Chanelmuslim.com – Mencintai masjid dan memakmurkan mesjid adalah bagian dari amal sholeh yang harus secara kontinyu dilakukan. Agar anak-anak kita dapat mencintai masjid dan kelak memakmurkan masjid, perlu dibangun keterikatan dengan masjid sejak dini.
Menjaga kebersihan masjid salah satu bentuk memakmurkan masjid, mengenalkan masjid sejak dinipun bentuk pendidikan yang tujuannya agar anak senang ke masjid dan melaksanakan ibadah di masjid kelak.Tapi, bagaimana jika banyak anak-anak yang justru trauma dengan masjid karena seringkali dimarahi oleh orang-orang dewasa bahkan dilarang ke masjid.
Istilah masjid yang ramah anak pun beredar. Masjid yang tidak melarang anak-anak ke masjid, masjid yang dapat menjadi tempat bagi anak-anak belajar, dan orang dewasa yang tidak menegur anak-anak dengan bentakan atau cara yang kasar.
Sebelum kita orang tua merasa masjid menjadi tidak ramah anak. Ada baiknya kita mengetahui dan memberikan pengetahuan mendasar tentang masjid pada anak dan balita kita karena semua tentu ada aturannya.
Berikanlah pijakan bahwa masjid adalah tempat suci, rumah Allah, dimana semua umat muslim dapat melaksanakan ibadah seperti shalat, mengaji, melakukan kajian dann keutamaan shalat berjamaah di masjid bagi laki-laki.
Mengetahui kapan usia yang tepat mengenalkan masjid kepada anak serta posisi saat anak ikut sholat berjamaah. Usia 2 tahun sudah bisa dikenalkan tapi pada usia ini anak belum tahu esensi sholat hanya praktek langsung sholat berjamaah, jadi cukup sesekali dikenalkan. Hal ini merujuk pada hadits tentang perintah sholat bagi anak usia 7 tahun.
Ajarkan dan beritahukan pada anak-anak kita bahwa dalam masjid kita harus menjaga kebersihan, dan tidak mengganggu orang yang sedang melakukan ibadah. Menjaga kebersihan dalam masjid termasuk dalam memakmurkan masjid.
Beri pengetahuan adab-adab dalam masjid dan posisi saat melakukan shalat berjamaah. Posisi sholat berjamaah untuk anak laki-laki adalah di bagian belakang shaf jamaah laki-laki, untuk anak perempuan di depan shaf jamaah perempuan. Bisa dibayangkan jika anak-anak berada di shaf paling belakang, kemungkinan ribut/berlarian bisa saja terjadi.
Rasul tidak setiap waktu mengajak cucunya atau anak lain ke masjid. Bagi anak balita, mengenalkan masjid sebagai tempat ibadah dapat dilakukan saat menghadiri kajian, saat waktu anak-anak mengaji (TPA/TPQ di masjid).
Jamid bin Samurah menceritakan masa kecilnya bersama Rasulullah ,”Aku pernah mengerjakan shalat dhuhur bersama Rasulullah kemudian beliau keluar menuju masjid keluarga beliau dan akupun keluar bersama beliau. Beliau kemudian ditemui 2 anak kecil lalu beliau mengusap ke dua pipi mereka satu persatu. Adapun terhadapku, beliau juga mengusap pipiku dan aku rasakan kedua tangan beliau dingin dan harum baunya seakan beliau baru keluar dari tempat minyak wangi.” HR Imam Muslim
Dalam buku “Cara Nabi Mendidik Anak” tulisan Ir. M. Ibnu Abdul Hafidh Suwaid dijelaskan bahwa anak boleh dibawa ke masjid jika sudah bisa menjaga kebersihannya, sudah bisa menyampaikan kebutuhan BAB dan BAK.
Imam Malik pernah ditanya tentang laki laki yang membawa anak masuk masjid. Beliau menjawab ,”Jika ia sudah mengerti tata tertib (adab) di dalam mesjid, dan tidak bermain main di dalamnya, maka tidak mengapa meski masih kecil. Tapi jika ia belum bisa menjaga hal tersebut dan justru bermain-main maka hal ini tidak disukai.”
Kita patut menegur ketika ada anak yang mengganggu ketenangan orang yang tengah beribadah tetapi dengan cara yang baik dan tidak melukai hati anak.
Jika setiap orang tua memberi pijakan dan perhatian khusus dalam hal ini, tentu sholat dan ibadah dalam masjid akan nyaman. Kenyataannya tidak sedikit anak-anak kita yang sholat karena ikut-ikutan teman, karena orang tuanyapun tidak sholat di masjid. Ini menjadi “PR” kita sahabat…. Wallahu a’lam bis shawab… (w)
Sumber : seminar online group sekolah orangtua smart