DALAM Islam, pergantian tahun atau tahun baru artinya umur berkurang. Jadi, mengapa sebagian orang merayakannya dengan berhura-hura?
Ustaz Farid Nu’man Hasan memberi nasihat, bahwa malam tahun baru, bagi seorang muslim tidak ada yang istimewa dan keutamaan apa pun, dia sama dengan malam-malam lainnya.
Keistimewaan malam diukur dari apa yang diperbuat malam itu; jika diisi kebaikan maka dia baik, jika diisi keburukan maka dia buruk.
Justru bergulirnya waktu merupakan tanda jatah umur kita berkurang, kenapa justru berbahagia? Ataukah mungkin ia merasa amal shalihnya sudah banyak.
Di antara kita, bisa jadi jatah usianya tinggal 30 tahun lagi, atau 20, 10, 2, .. , atau hitungan bulan, bahkan beberapa hari lagi.. kita tidak tahu..
Bersuka cita dalam keadaan Malaikat Maut mengintai adalah kebodohan dan kegilaan … tapi manusia jenis itu memang ada..
Banyak manusia bersusah payah untuk kehidupan yang baik, tapi jarang bersusah payah untuk kematian yang baik..
Tragis, jika sedang meniup terompet, Malaikat Maut menjemputmu..
Jingkrak-jingkrak pukul 00:00 pas ruhmu terlepas .. atau genjrang genjreng di pinggir jalan dengan gitarmu…atau saat berduaan dengan orang yang bukan mahrammu.
Baca Juga: 5 Resolusi Muslim di Tahun Baru agar Tetap Istiqomah
Umur Berkurang saat Tahun Baru, Jadi Jangan Hura-hura
Sungguh akhir kehidupan yang tidak enak dilihat, tidak sudi didengar..
Keluarga dan handai taulan malu atas kematian yang tidak membanggakan.. mati meninggalkan aib.
Karyakan kebaikan, ukir prestasi ilmu dan ibadah .. agar baik dalam hidup, baik saat kematian ..
Ada seorang laki-laki Anshar bertanya:
يَا رَسُولَ اللَّهِ ، مَنْ أَكْيَسُ النَّاسِ ، وَأَكْرَمُ النَّاسِ ؟ قَالَ : ” أَكْثَرُهُمْ ذِكْرًا لِلْمَوْتِ ، وَأَشَدُّهُمُ اسْتِعْدَادًا لَهُ ، أُولَئِكَ هُمُ الأَكْيَاسُ ، ذَهَبُوا بِشَرَفِ الدُّنْيَا ، وَكَرَامَةِ الآخِرَةِ ” .
“Wahai Rasulullah, siapakah manusia paling cerdas dan paling mulia?”
Beliau bersabda:
“(Yaitu) Manusia yang paling banyak mengingat kematian dan paling serius mempersiapkan diri untuk menghadapinya. Mereka itulah orang-orang cerdas. Mereka pergi dengan membawa kehormatan dunia dan kemuliaan akhirat.”
HR. Ibnu Majah No. 4249, Al Baihaqi dalam Syu’abul Iman No. 9845, Ath Thabarani dalam Al Kabir, Al Awsath, dan Ash Shaghir, Ibnu Wahb dalam Al Jaami’ Al Hadits No. 458, Abu Nu’aim dalam Hilyatul Auliya No. 1140, dll, dengan sanad HASAN
Allahumarzuqnasy syahaadah fi sabiilik … amiin.[ind]