ChanelMuslim.com – Siapa yang disebut sebagai penyantun anak yatim? Penyantun anak yatim (Kaafilul Yatim), bukan hanya pihak yang menanggung nafkah harta, tapi siapa pun yang mendidik dan membina mereka, bahkan sampai merapikan dan meminyaki rambut mereka.
Baca Juga: Hukum Menyantuni Anak Yatim pada Bulan Muharam
Siapa yang Disebut sebagai Penyantun Anak Yatim
Oleh: Ustaz Farid Nu’man Hasan
Imam An Nawawi Rahimahullah mengatakan:
كَافِلُ الْيَتِيمِ الْقَائِمُ بِأُمُورِهِ مِنْ نَفَقَةٍ وَكِسْوَةٍ وَتَأْدِيبٍ وَتَرْبِيَةٍ وَغَيْرِ ذَلِكَ وَهَذِهِ الْفَضِيلَةُ تَحْصُلُ لِمَنْ كَفَلَهُ مِنْ مَالِ نَفْسِهِ أَوْ مِنْ مَالِ الْيَتِيمِ بِوِلَايَةٍ شَرْعِيَّةٍ
Kaafilul Yatim adalah orang yang mengurus berbagai urusan anak yatim baik berupa nafkah, pakaian, pendidikan adab, pembinaan, dan lainnya. Keutamaan ini berlaku bagi yang menyantuninya lewat hartanya sendiri atau dari harta si anak yatim dengan kewenangan yang dibenarkan syariat. (Syarh Shahih Muslim, jilid. 18, hlm. 113)
Syaikh Az Zurqani Rahimahullah dalam Syarh ‘ala al Muwaththa:
أَنَّ مِنْ جُمْلَةِ كَفَالَةِ الْيَتِيمِ إِصْلَاحَ شَعَرِهِ، وَتَسْرِيحَهُ، وَدَهْنَهُ.
Sesungguhnya di antara cakupan makna “menyantuni anak yatim” adalah merapikan rambutnya, menyisirnya, dan meminyakinya. (Syarh ‘alal Muwaththa, jilid. 4, hlm. 534)
Jadi, secara global, orang yang menyantuni anak yatim bisa melakukan semua bentuk santunan dalam hal-hal yang besar dan kecil yang dibutuhkan anak-anak yatim tersebut,
tidak terbatas pada belanja materi tapi kebutuhan lainnya baik berupa pendidikan agama, tutur kata yang baik, mengajak mereka dalam kesenangan, dan menghiburnya dalam kebaikan.
Baca Juga: Kisah Wanita yang Menampung Anak Yatim Piatu
Siapa yang lebih ditekankan menafkahi mereka?
Secara umum, dorongan menyantuni anak yatim adalah berlaku bagi seluruh umat Islam, baik yang ada hubungan darah atau tidak dengan si anak yatim tersebut.
Namun ada segolongan manusia yang mendapatkan penekanan khusus untuk menyantuni, merawat, dan mendidik mereka.
Imam An Nawawi Rahimahullah menjelaskan siapa saja mereka:
فَاَلَّذِي لَهُ أَنْ يَكُونَ قَرِيبًا لَهُ كَجَدِّهِ وَأُمِّهِ وَجَدَّتِهِ وَأَخِيهِ وَأُخْتِهِ وَعَمِّهِ وَخَالِهِ وَعَمَّتِهِ وَخَالَتِهِ وَغَيْرِهِمْ مِنْ أَقَارِبِهِ وَاَلَّذِي لِغَيْرِهِ أَنْ يَكُونَ أَجْنَبِيًّا
Maka, yang punya hubungan dekat dengan anak yatim tersebut seperti kakek, ibu, nenek, saudara yang laki-laki, saudara yang perempuan, paman dari pihak ayah, bibi dari pihak ayah,
paman dari pihak ibu, bibi dari pihak ibu, dan kerabat lainnya, dan selainnya adalah ajnabi (orang asing/bukan kerabat). (Syarh Shahih Muslim, jilid. 18, hlm. 113).[ind]
Bersambung