ChanelMuslim.com- Pembagian warisan dan zakat rumah kost. Pertanyaan: Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh, Ustaz. Apabila orang tua sudah meninggal dan waris belum dilakukan, apakah anak wajib menuntaskan?
Bila ada rumah masih atas nama almarhum orang tua dan dijadikan tempat kost dan juga rumah tinggal anaknya, apakah harus bayar zakat usaha?
Menurut info anaknya, uang kostnya hanya cukup untuk makan, bayar listrik, air dan keperluan kenyamanan kostnya seperti pel dan perbaikan kerusakan kecil. Kalau anak-anaknya tidak mau mengurus waris, apakah dosa jika salah seorang anaknya meminta waris karena anak tersebut punya banyak utang di bank dan ingin melunasinya?
Baca Juga : Bayar Zakat Langsung Ke Mustahiq, Haruskah Disebut “Ini Zakat”?
Hukum Pembagian Warisan Dan Zakat Rumah Kost
Jawaban
Oleh : Ustaz Farid Nu’man Hasan Hafizhahullah
: و عليكم السلام و رحمة الله و بركاته
Bismillah wal Hamdulillah wash Shalatu was Salamu ‘Ala Rasulillah wa Ba’d.
Ada tiga pertanyaan.
Apakah waris mesti disegerakan?
Ya, sebaiknya waris tidak ditunda agar hak ahli waris tidak terlantar, sebab kita tidak tahu ajal, dikhawatirkan harta waris belum diapa-apakan tetapi ahli waris sudah ada yang wafat juga.
Namun, menyegerakan tentu bukan perkara mudah, mengingat kendala teknis. Seperti wujud harta waris adalah bangunan, yang tidak mudah untuk menjualnya. Disegerakan namun tetap bersabar.
Lalu, apakah ada zakat pada rumah yang dijadikan kost?
Iya, barang-barang yang produktif kena zakat yaitu hasilnya yang dizakati.
Rumah yang disewakan, maka hasil sewanya yang dizakati, bukan harga total rumahnya plus sewanya, bukan itu.
Nishabnya adalah jika hasilnya sudah mencapai senilai 85 gram emas, dikeluarkan zakatnya jika usianya sudah memenuhi satu haul (satu tahun), sebesar 2,5%. (fatwa-fatwa ulama terlampir) Jika rumah itu dijual, karena ini rumah dipakai sendiri, bukan sebuah objek bisnis, maka tidak ada zakat ketika menjualnya.
Bedakan antara menjual rumah karena memang itulah usahanya (properti) dengan menjual rumah bukan disebabkan bisnis.
Menjual rumah karena bisnis properti kena zakat, yaitu zakat perdagangan/perniagaan/tijarah, sebagaimana pendapat mayortas ulama.
Hanya sebagian kecil saja ulama yang mengatakan tidak ada zakat perniagaan, seperti Imam Ibnu Hazm, Imam Asy Syaukani, Imam Shiddiq Hasan Khan, dan Syaikh Al Albani.
Apakah berdosa seorang anak meminta waris tersebut ketika yang lain tidak ada yang mengurus?
Tidak apa-apa dia meminta haknya, apalagi ketika yang lain tidak peduli.
Tapi, ini juga diperhatikan keharmonisan hubungan di antara saudara. Sebaiknya dibicarakan dengan baik tentang urgensi penyegeraan pengurusan harta waris. Wallahu A’lam.
Baca Juga : Peduli Lingkungan, Solusi Zakat Tanam Sejuta Pohon Produktif
Lampiran Fatwa Ulama:
Tidak Ada Zakat pada Tanah dan Bangunan yang tidak Produktif Berikut ini kumpulan fatwa para imam zaman ini,
tentang tidak adanya zakat tanah dan bangunan yang tidak dimanfaatkan, baik dijual, disewakan, ditanami, dan
semua bentuk bisnis lainnya. Ini adalah pendapat terkenal dari zaman ke zaman, bahkan boleh dikatakan telah
ijma’ (konsensus) para ulama Islam.
Fatwa Syaikh Abdul Karim bin Abdullah Al Khudhair
السؤال: اشترى رجل أرضاً يريد أن يبني عليها استثماراً بعد سنة من شرائها فهل يجب عليه فيها الزكاة في هذه السنة وما بعدها؟ الجواب: أرض الاستثمار لا تجب الزكاة في عينها، اللهم إلا إذا اشتريت هذه الأرض بنية التجارة ليبيع هذه الأرض، أي: يُتاجر فيها، أما أن يقيم عليها مشروعاً يستغل فإن الزكاة في نتاجه، في أجرته، فيما يخرجه من غلة وما أشبه ذلك، أما أصل الأرض ليس عليها زكاة، هذا يريد أن يقيم عليها مشروعاً، فإذا أقام المشروع وأخذ المشروع في الإنتاج فالزكاة معروفة، فإذا أقام عليها مشروعاً سكنياً مثلاً وأجّر هذا المشروع فإن الزكاة في الأجرة وليست في الأرض، ولا في العمارة، إنما الزكاة في الأجرة، لو أقام عليها زراعة فالزكاة في ثمرتها، وهكذا، لكن لو أقام عليها محلاً تجارياً وملأه بالبضائع المعدة للتجارة فالزكاة على البضائع، والمبنى لا زكاة عليه، الزكاة على البضائع تُقَوَّم كلما حال عليها الحول وتزكّى.
Pertanyaan:
“Ada seseorang yang membeli tanah dan ia ingin membangun kebun di sana. Setelah satu tahun dari waktu pembeliannya, apakah ia harus mengeluarkan zakat dari tanah tersebut dan begitu pula tahun selanjutnya?”
Jawab:
Tanah yang dijadikan kebun tidak wajib untuk dizakati. Kecuali jika tanah tersebut ingin dibisniskan. Adapun jika di tanah tersebut ditanam sesuatu, maka zakatnya adalah dari tanaman tersebut atau dari penjualannya yang merupakan hasil dari tanah tersebut.
Jadi, tanah itu sendiri tidak ada zakatnya. Baru ada zakat, jika tanah tersebut dimanfaatkan. Jika pemanfaatn itu memiliki hasil, itulah yang dikenai zakat.
Jika tanah tersebut memiliki bangunan (misalnya), lalu ada keuntungan dari bangunan tersebut, maka zakat ditarik dari keuntungannya dan bukan ditarik dari tanah dan bukan pula ditarik dari kontruksi bangunan.
Sekali lagi zakatnya ditarik dari hasil (keuntungan) tadi. Jika tanah tersebut terdapat tanaman, maka zakatnya ditarik dari hasil tanaman (yaitu buah, dll).
Demikian seterusnya. Jika di atas tanah tersebut didirikan sesuatu yang diperdagangkan, maka zakatnya diambil dari hasil perdagangan barang tersebut.
Sedangkan bangunannya tidak dikenai zakat apa-apa. Zakat hanya diambil dari keuntungan penjualan barang-barang dagangan yang ada.
Ketika keuntungan tersebut telah bertahan satu tahun (haul), maka barulah dikeluarkan zakatnya. (sumber: http://www.khudheir.com/text/4312)
Syaikh Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin Rahimahullah
أما السؤال الثاني وهو الأرض التي اشتراها ليبني عليها بناء ولكنه لم يتمكن من البناء عليها لعدم وجود ما يبنيها به فإنه ليس فيها زكاة لأن العقارات التي لا تعد في البيع والشراء أي لا يريد التكسب ببيعها وشرائها ليس فيها زكاة لأنها من العروض والعروض لا تجب فيها الزكاة إلا إذا قصد بها الاتجار وعلى هذا فليس عليه زكاة في هذه الأرض ولو بقيت سنوات كما أنه ليس عليها زكاة إذا بناها أيضاً واستغلها لكن إذا استغلها فإن عليه الزكاة في أجرتها.
Adapun pertanyaan kedua, tanah yang dibeli untuk didirikan bangunan di atasnya, maka dia tidak ada zakat karena tanah milik yang tidak dipersiapkan untuk dijualbelikan yaitu yang tidak diambil keuntungan dari jual belinya, tidaklah terkena zakat, karena itu termasuk harta yang ditempati, dan harta seperti itu tidak wajib dizakatkan kecuali jika dimaksudkan untuk dijual, oleh karena itu tidak ada zakat atas tanah itu, walaupun keberadaannya bertahun-tahun lamanya, dan tidak pula ada zakat jika didirikan bangunan dan ditanamkan sesuatu di atasnya, tetapi jika ditanamkan sesuatu maka zakatnya ada pada harga tanaman itu [jika dijual].
(Fatawa Nur ‘Alad Darb, Az Zakah wash Shiyam, No. 199) Dalam fatwanya yang lain:
س ـ أمتلك قطعة أرض ، ولا أستفيد منها ، وأتركها لوقت الحاجة ، فهل يجب علي أن أخرج زكاة عن هذه الأرض ؟ .. وإذا أخرجت الزكاة هل علي أن أقدر ثمنها في كل مرة ؟ ج ـ ليس عليك زكاة في هذه الأرض لأن العروض إنما تجب الزكاة في قيمتها ، إذا أعدت للتجارة ، والأرض والعقارات والسيارات والفرش ونحوها عروض لا تجب الزكاة في عينها ، فإن قصد بها المال أعني الدراهم بحيث تعد للبيع والشراء والاتجار ، وجبت الزكاة في قيمتها . وإن لم تعد كمثل سؤالك فإن هذه ليست فيها زكاة .
Pertanyaan:
Saya mempunyai sebidang tanah, namun tidak menghasilkan apa-apa dan saya biarkan begitu saja. Wajibkah saya mengeluarkan zakat tanah tersebut? Jika dikeluarkan zakatnya, wajibkah saya memperhitungkan zakatnya?
Jawaban:
Tanah seperti ini tidak wajib dizakati. Semua barang wajib dizakati saat diperdagangkan. Pada dasarnya tanah, berbagai tanah milik (‘aqarat), kendaraan atau barang-barang lainnya, maka semuannya termasuk harta pemilikan dan tidak wajib dizakati kecuali jika dimaksudkan memperoleh uang, yakni diperjualbelikan atau diperdagangkan. (Fatawa Islamiyah, 2/140. Disusun oleh Muhammad bin Abdul Aziz Al Musnad)
Syaikh Muhammad Khaathir Rahimahullah (Mufti Mesir pada zamannya) Katanya:
لا تجب فى الأرض المعدة للبناء زكاة إلا إذا نوى التجارة بشأنها
Tanah yang dipersiapkan untuk didirikan bangunan tidak wajib dizakati, kecuali diniatkan untuk dibisniskan dengan mengembangkannya. (Fatawa Al Azhar, 1/157. Fatwa 15 Muharam 1398)
Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baaz Rahimahullah (Mufti Arab Saudi pada zamannya)
س : إذا كان لدى الإنسان قطعة أرض ولا يستطيع بناءها ولا الاستفادة منها ، فهل تجب فيها الزكاة ؟ ج : إذا أعدها للبيع وجبت فيها الزكاة ، وإن لم يعدها للبيع أو تردد في ذلك ولم يجزم بشيء ، أو أعدها للتأجير فليس عليه عنها زكاة ، كما نص على ذلك أهل العلم ؛ لما روى أبو داود رحمه الله عن سمرة بن جندب -رضي الله عنه- قال : « أمرنا رسول الله -صلى الله عليه وسلم- أن نخرج الصدقة مما نعده للبيع » .
Pertanyaan:
Jika manusia punya sebidang tanah dan dia tidak mampu mendirikan bangunan dan tidak pula bisa memanfaatkannya, apakah tanah itu wajib dizakati?
Jawabannya:
Jika dia mempersiapkannya untuk dijual maka wajib dikeluarkan zakat, jika tidak untuk dijual atau ragu-ragu dan belum pasti, atau tidak untuk disewa, maka tidak ada kewajiban zakat atasnya.
Sebagaimana ulama katakan tentang hal itu, karena telah diriwayatkan oleh Abu Daud Rahimahullah, dari Samurah bin Jundub Radhiallahu ‘Anhu, katanya:
“Kami diperintah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam untuk mengeluarkan zakat dari apa-apa yang diperdagangkan.” (Majalah Al Buhuts Al Islamiyah, 56/124). Wallahu A’lam.[Ind/Wld].