USTAZAH, saya punya orangtua yang qodarullah awam dalam agama. Saya sebagai anak ingin menasihati mereka berdua namun, saya takut menyakiti hati mereka lalu termasuk anak durhaka.
Qodarullah, di keluarga saya, komunikasinya buruk antara anak dan orangtua karena sedari kecil tidak terbiasa, di lain, sisi saya takut tergolong setan bisu. Mohon solusinya, Ustazah.
Ustazah Nur Hamidah, Lc, M.Ag. menjelaskan bahwa berbuat baik kepada orangtua mengikat sepanjang masa.
Bahkan kebaikan prioritas setelah hubungan kita dengan Allah Subhanahu wa taala, sebagaimana firman Allah Subhanallhu wa Ta’ala:
وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا ۖ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا
“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa..” (QS. An-Nisaa’: 36)
Jadi, sebelum berkomunikasi dengan orangtua mereka sudah merasakan terlebih dahulu budi baik kita sebagai anak untuk meluluhkan hatinya.
Bakti kepada mereka apalagi sepanjang mereka tidak menyuruh anak-anak kemaksiatan.
Baca Juga: Pakaian Kemuliaan untuk Orang Tua di Akhirat
Menyikapi Orangtua yang Awam Agama
Jika terjadi konflik atau sudut pandang yang beda, apalagi kekurangan ilmu agama maka hendaknya anak-anaknya mencari solusi di antaranya sebagai berikut.
– Cari waktu untuk duduk bersama membahas permasalahan apa yang sebenarnya terjadi. Akan tetapi, tidak dengan bahasa menggurui tetapi dengan bahasa santun dan meminta pendapatnya.
– Sebelum pertemuan, hendaknya masing-masing anak sudah dalam kondisi suci dan banyak berdoa, terutama doa untuk orangtua.
Minta agar Allah Subhanallhu wa Ta’ala menaklukkan hati antara orangtua dengan anak.
Jangan sampai perbedaan sikap dan pahaman membuat hubungan kita tidak harmonis dan memutuskan silaturahim.
Karena memutuskan silaturahim akan menjadi dosa besar dan tertutup pintu surga, sebagaimana hadits Rasulullah Shallahu ‘Alaihi wa Sallam:
تُفْتَحُ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ يَوْمَ الاثْنَيْنِ وَيَوْمَ الْخَمِيسِ فَيُغْفَرُ لِكُلِّ عَبْدٍ لاَ يُشْرِكُ بِاللهِ شَيْئًا إِلاَّ رَجُلاً كَانَتْ بَيْنَهُ وَبَيْنَ أَخِيهِ شَحْنَاءُ، فَيُقَالُ: أَنْظِرُوا هَذَيْنِ حَتَّى يَصْطَلِحَا، أَنْظِرُوا هَذَيْنِ حَتَّى يَصْطَلِحَا، أَنْظِرُوا هَذَيْنِ حَتَّى يَصْطَلِحَا
“Pintu-pintu Surga dibuka pada hari Senin dan Kamis. Maka semua hamba yang tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu apapun akan diampuni dosa-dosanya, kecuali seseorang yang antara dia dan saudaranya terjadi permusuhan.
Lalu dikatakan, ‘Tundalah pengampunan terhadap kedua orang ini sampai keduanya berdamai, tundalah pengampunan terhadap kedua orang ini sampai keduanya berdamai, tundalah pengampunan terhadap kedua orang ini sampai keduanya berdamai.” (HR. Muslim)
Wallahu’alam. Sahabat Muslim, itulah penjelasan Ustazah mengenai sikap kita terhadap orang tua bila ingin menasihati mereka. Semoga bermanfaat.[ind]
Sumber: Sharia Consulting Center (SCC)