KONSELOR Keluarga Cahyadi Takariawan menulis bahwa posisi sosial dan beban moral dapat menjadi sumber motivasi untuk mempertahankan keutuhan dan keharmonisan rumah tangga.
Masing-masing memiliki kekuatan yang berbeda-beda dalam seberapa besar kemampuan mempertahankan keutuhan keluarga.
Cobalah kamu renungkan posisi diri di tengah keluarga besar, di masyarakat, di kantor tempat kamu bekerja, bahkan dalam rumah tangga sendiri.
Sudah barang tentu, sebagai suami atau istri, kamu menempati posisi sentral, tempat bergantungnya segala kebaikan. Apakah tega kamu mengecewakan ribuan sorot mata yang mengarah kepadamu?
Ada beban moral bagi kamu, sebagai seseorang yang dipercaya dan mendapatkan harapan untuk menjadi contoh teladan dalam kehidupan.
Mungkin kamu orang biasa saja, bukan pemimpin, bukan atasan. Akan tetapi, bukan berarti kamu tidak menjadi contoh teladan dalam posisi seperti itu.
Minimal, kamu adalah teladan bagi anak-anak dan kerabat dekat kamu.
Baca Juga: Memori Indah Kebersamaan dapat Menjadi Sumber Keharmonisan Keluarga
Posisi Sosial dan Beban Moral Suami Istri
Apabila bahtera rumah tangga kamu dilanda bencana permasalahan yang menyebabkan kehancuran, bayangkan, betapa kecewa ayah ibu kamu, anak-anak, adik dan kakak kamu. Semua kecewa.
Sulit bagi kamu untuk melepaskan diri dari beban moral seperti ini.
Mungkin rasanya memang membebani, tetapi sesungguhnya ia merupakan salah satu bahan bakar yang efektif untuk memperbesar nyala lentera motivasi kamu.
Cobalah kamu perhatikan, seseorang bisa memenangkan perlombaan lari, semata-mata karena merasa malu kalau kalah.
Seseorang bersedia belajar giat demi sukses ujian, karena malu kalau sampai gagal.
Seorang gadis bersedia mengeluarkan biaya besar untuk operasi plastik, karena malu wajahnya dipenuhi jerawat. Nah, sekadar beban moral bernama “malu”, mampu memperbesar nyala lentera motivasi seseorang.
Tentu saja, masalahnya bagi kamu bukan sekadar malu kalau sampai terlihat keluarga kamu tidak harmonis. Lebih dari itu, beban moral tersebut terkait dengan masa depan yang lebih panjang.
Masa depan anak-anak, sangat dipengaruhi oleh suasana yang mereka dapatkan dalam rumah tangga.
Apabila suasana rumah tangga dipenuhi cinta dan kasih sayang, niscaya berbagai potensi kebaikan akan teroptimalkan.
Sebaliknya, apabila suasana rumah dipenuhi oleh amarah dan permusuhan, anak-anak akan mendapatkan trauma yang membuat potensi mereka tidak teroptimalkan.
Jadikan beban moral tersebut sebagai pembakar nyala lentera motivasi kamu.[ind]