BAHAGIA itu menular, begitu pun kesedihan. Tebarlah bahagia, maka ia akan nyata di hati kita.
Salah satu akhlak Islam adalah menebar bahagia. Jika seseorang bertanya, “Bagaimana kabarmu?” Maka jawaban spontannya, “Alhamdulillah!”
Kita tidak diajarkan jujur tentang keadaan sedih. Tidak ada yang menjawab pertanyaan di atas, “Saya sedang susah!” Meskipun jawaban itu memang apa adanya.
Seorang sahabat Nabi yang tidak kaya pernah ‘berlagak’ kaya ketika bersedia menerima tamu Rasulullah. Demi menghormati tamu Nabi, ia siap menjamu makan. Meskipun ia tidak memiliki makanan kecuali untuk anak-anaknya.
Sang istri menyepakati untuk menidurkan anak-anak agar jatah makannya bisa ‘dialihkan’ ke tamu. Tamu itu pun makan tanpa menyadari kalau hanya ia yang makan malam itu.
Keesokan harinya ia menemui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Belum lagi ia bercerita, Nabi memujinya. Allah memujimu karena apa yang kamu lakukan terhadap tamu.
Allah subhanahu wata’ala berfirman, “….mereka (kaum Anshar) mengutamakan (kaum Muhajirin) atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan. Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dalam dirinya, merekalah orang-orang yang beruntung.” (QS. Al-Hasyr: 9)
Begitulah adab terhadap tamu. Ungkapkan bahagia, meskipun keadaannya tidak. Dan Allah akan membahagiakan mereka.
Ekspresi sederhana dari menebar bahagia adalah dengan senyum. Bukan senyum pura-pura. Tapi senyuman doa agar kesedihan bisa Allah gantikan dengan bahagia.
Nabi berpesan, “Janganlah kalian remehkan kebaikan, meskipun dengan menyambut saudaramu dengan wajah berseri.” (HR. Muslim)
Senyum menyiratkan kebahagiaan. Siapa pun yang disambut dengan senyum, ia akan ikut tersenyum karena bahagia.
Mungkin saja sebenarnya dua orang itu sedang susah. Tapi dengan ekspresi senyum bahagia, rasa bahagia spontan menggantikan susah. Dan itulah doa dalam bentuk amal.
Jangan tularkan ekspresi kesusahan, karena kesusahan akan mendominasi keadaan. Ekspresikan bahagia dan bahagia akan mampu mengalahkan rasa susah.
Selalu ada dua sisi di semua masalah: sisi sulitnya dan sisi mudahnya. Satukan hati dengan sisi mudahnya, kita akan bahagia. Sementara itu, setan akan berupaya menyatukan hati kita dengan sisi sulitnya agar kesedihan bertahan lama.
Yakinlah dengan apa yang Allah firmankan, “Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan.” (QS. Al-Insyirah: 5-6)
Jadi ungkapkan keadaan kita ke orang lain dengan mengatakan, “Alhamdulillah baik, insya Allah!” Meskipun kita tidak sedang baik-baik saja. Dan tersenyumlah, semoga itu menjadi doa makbul kita. [Mh]