PILLOW talk secara harafiah berarti percakapan bantal. Mengapa dinamakan demikian? Karena biasanya memang dilakukan sambil rebahan di atas bantal menjelang tidur.
Dilansir dari Healthline, pillow talk adalah obrolan yang bisa dilakukan untuk mendekatkan pasangan secara emosional.
Uttiek Herlambang mengutip sebuah penelitian yang dimuat dalam jurnal komunikasi tahun 2012 yang menyebutkan pillow talk memberikan dampak positif dalam hubungan rumah tangga.
Responden menyebutkan, percakapan bantal yang dilakukan dapat meningkatkan kepercayaan, kepuasan, kemesraan, serta membuat pasangan suami-istri menjadi lebih terbuka satu sama lain.
Obrolan menjelang tidur yang dilakukan saat kondisi fisik lebih relaks akan meningkatkan produksi hormon oksitosin alias hormon cinta.
“Ini membuat hubungan emosional dan pada akhirnya saling jatuh cinta satu sama lain,” jelas Alisa Ruby Bash, seorang terapis pernikahan dan keluarga.
Allen Wagner, LMFT, konsultan keluarga di Los Angeles merekomendasikan beberapa obrolan yang bisa dilakukan saat pillow talk.
Di antaranya, berbicara tentang apa yang disukai satu sama lain. Berbagi mimpi untuk masa depan atau hal-hal baru yang ingin dicoba. Membangkitkan kenangan akan momen spesial bersama.
Menghibur pasangan yang sedang dilanda kesedihan. Berbagi semangat dan hal positif lainnya yang akan mendorong keberhasilan bersama. Dan tak lupa, saling mengingatkan tentang cinta.
Jauh sebelum pillow talk disarankan oleh para psikolog modern, manusia paling mulia, Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam telah menyontohkannya.
Baca Juga: Pillow Talk, Obrolan Menjelang Tidur
Pillow Talk ala Rasulullah
View this post on Instagram
Banyak riwayat yang menyebutkan tentang Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam yang berbagi cerita atau melakukan aktivitas lainnya dengan ibunda Aisyah sambil bersandar di pangkuannya.
“Dahulu Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam meletakkan kepalanya di pangkuanku kemudian membaca Alqur’an sedangkan aku dalam keadaan haid.” [HR Abu Dawud, Bukhari, Muslim, Ahmad].
Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam juga sering berbaring di pangkuan Ibunda Aisyah ketika lelah sepulang dari medan jihad atau tugas dakwah.
Ada riwayat lain yang masyhur yakni ketika Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam sedang bersandar, lalu sahabat Abu Bakar mohon izin untuk masuk. Saat itu, betis Rasulullah sedikit tersingkap.
Setelah itu Umar ibn Khattab ganti menemuinya.
Berikutnya, ketika menantunya, Utsman ibn Affan minta izin untuk masuk, Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam memperbaiki cara duduknya sehingga betisnya kembali tertutup.
“Bagaimana aku tidak merasa malu dengan orang yang malaikat saja malu kepadanya.”
Kebiasaan mesra ini terus berlanjut hingga akhir hayat. Disebutkan Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam diwafatkan saat berada di pangkuan Ibunda Aisyah.
MasyaAllah, alangkah romantisnya![ind]