KONSELOR keluarga sekaligus Founder Wonderful Family Institute, Cahyadi Takariawan mengatakan untuk membongkar benteng dari sebuah keangkuhan. Apakah maksudnya?
Langkah penting untuk merawat keharmonisan keluarga adalah membongkar benteng keangkuhan, sebuah benteng yang membuat suami istri berjauhan, berjarak, dan tersekat.
Sebuah benteng yang membuat suami dan istri saling tidak mau mengalah, saling menyalahkan, saling tidak mau meminta maaf dan saling tidak mau memaafkan.
Anda harus rela membongkar benteng seperti itu. Jika tidak bisa melakukan dengan suka rela, paksalah diri untuk melakukannya.
Benteng keangkuhan ini tidak ada manfaatnya dalam kehidupan keluarga anda, justru akan semakin merusak dan menghancurkan kebahagiaan yang sudah anda bangun selama ini. Ya, segera bongkar benteng itu.
Follow Official WhatsApp Channel chanelmuslim.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
Anda berdua yang harus melakukannya, karena tidak ada orang lain yang bisa membantu anda untuk merobohkannya. Ini menyangkut ego dan konsep harga diri anda berdua.
Tidak maukah anda menurunkan kadar ego, dan mengorbankan sesuatu yang anda sebut sebagai “harga diri”, untuk kebaikan keluarga anda? Apalah artinya perasaan menang anda terhadap pasangan, jika hal itu hanya akan melukai hati dan perasaannya?
Bukankah anda justru akan merasa bahagia apabila mampu membahagiakan pasangan dan bukan menyakitinya
Tidak pernah ada kebahagiaan dalam menyakiti dan melukai hati pasangan. Bongkar benteng anda.
Di benua manapun, di budaya manapun, di agama manapun, setiap keluarga tangguh selalu memiliki enam kualitas yang sama.
Membongkar Benteng Keangkuhan
Baca juga: Nasihat dan Pengingatan, Sumber Motivasi Keharmonisan Keluarga
1. Apresiasi dan afeksi
2. Komitmen terhadap keluarga
3. Komunikasi positif
4. Kemampuan menikmati quality time bersama keluarga
5. Kesejahteraan spiritual
6. Kemampuan mengatasi stres dan krisis secara efektif.
Setiap keluarga harus punya standar yang dibuat dan disepakati bersama.
Standar tentang kebahagiaan dan kesengsaraan. Standar tentang kemewahan dan kesederhanaan.
Standar tentang kemapanan dan kekurangan. Standar tentang kegembiraan dan kedukaan. Standar tentang keberhasilan dan kegagalan.
Tidak menggunakan standar keluarga besar pihak suami. Tidak menggunakan standar keluarga besar pihak istri.
Tidak menggunakan standar orang lain. Tidak menggunakan standar medsos.
Tapi standar keluarga kita masing-masing.[Sdz]