HATI-HATI dengan masalah kecil yang bisa merusak kemesraan suami dan istri. Tentunya, setiap laki-laki dan perempuan yang menikah mempunyai mimpi yang indah tentang pernikahan mereka.
Contohnya seperti bahagia bersama hingga hari tua. Mimpi-mimpi ini akan mendapat pengaruh dari harapan pribadi, pengaruh orangtua, budaya dan bahkan media.
Baca Juga: Suami Istri Harus Cerdas Menyelesaikan Masalah Besar
Masalah Kecil yang Bisa Merusak Kemesraan Suami & Istri
Penggambaran media tentang sebuah hubungan atau sistem nilai yang bukan berasal dari budaya yang kita anut terkadang kita anggap hanya sebagai sebuah pengetahuan dan tidak akan mempengaruhi pemikiran kita.
Faktanya, sebuah penelitian oleh Dr. Mary Lou Galician, seorang profesor dari Arizona State dan seorang penulis “Sex, Love and Romance in the Media Massa” mengungkapkan bahwa mitos-mitos media seputar apa yang seharusnya atau dilakukan oleh masing-masing pasangan seringkali sangat tidak sehat, dan bahkan sebenarnya memperburuk hubungan.
Film-film percintaan dan acara TV sering kali menggambarkan istri yang sangat cantik setiap saat. Istri digambarkan sangat ideal, selalu melayani, berdandan, mengurus rumah, lucu, dan tetap tampil seksi.
Pria atau suami juga digambarkan sebagai sosok yang penuh perhatian, peka terhadap kebutuhannya, selalu berhasrat untuk ditemani, sabar dan kuat secara emosional.
Ketika pasangan mengembangkan harapan yang tidak realistis atau ketika karakteristik ini tidak terwujud dalam kehidupan perkawinan mereka yang sebenarnya, yang muncul kemudian adalah kebencian.
Lalu muncullah dendam yang merupakan emosi yang kuat dan terpendam, yang membawa perasaan tidak senang atau bahkan marah pada beberapa tindakan atau ucapan yang membuat kita merasa dihina atau terluka.
Daftar Masalah-Masalah Kecil
Salah satu program terlucu yang memiliki episode tentang masalah ini adalah acara “Cosby” dengan karakter televisi “Cliff” dan “Clare”.
Dalam satu episode, Cliff dan Clare bersepakat untuk menuliskan kesalahan pasangannya. “Cliff” dengan cepat menerima tantangan, tetapi kemudian memperhatikan bahwa daftar istrinya tampaknya terus menuliskan kesalahannya.
Respons alaminya adalah merasa terhina dan membenci bahwa daftarnya jauh lebih panjang sehingga ia memulai membuat daftar yang agak picik.
Meskipun ini adalah adegan dari acara TV, banyak pasangan telah berpartisipasi dalam latihan serupa di mana mereka membuat daftar hal-hal yang menyebabkan perselisihan.
Kemudian, mereka membagikan daftar mereka satu sama lain, atau jika situasinya telah berkembang secara negatif, mereka membaginya dengan anggota keluarga atau penasihat pernikahan sehingga kedua belah pihak dapat mengetahui prilaku apa yang dianggap sebagai sebuah kesalahan oleh pasangannya.
Seringkali, yang ditulis adalah daftar kebiasaan pribadi atau kebiasaan yang aneh. Seorang suami mungkin menulis bahwa istrinya
- selalu menuntut waktu bersama,
- melibatkannya dalam percakapan yang tidak diinginkan,
- tidak cukup berusaha untuk menyajikan makanan favoritnya,
- mengeluh tentang kebiasaannya atau
- tidak menjaga penampilan rumah tangga sesuai standar yang diinginkannya
Sang istri mungkin membuat daftar bahwa sang suami
- tidak komunikatif,
- ketat dengan uang,
- tidak membantu pekerjaan rumah tangga padahal istri juga bekerja,
- terlalu sering tidak ada di rumah
- mengeluh setiap kali harus mengantar istrinya ke suatu tempat.
Prosedur yang biasa adalah meminta masing-masing membuat daftar negatif, kemudian membuat daftar karakter positif dari pasangan mereka yang dapat mereka lihat kembali setiap kali mereka merasa kesal terhadap pasangan mereka. Ini membantu mereka untuk tidak terlalu fokus pada kekurangan pasangan mereka.
Masalah dengan latihan ini adalah bahkan setelah berbagi daftar dengan pasangan dan mendiskusikannya, memang terjadi sedikit perubahan, namun kemudian masing-masing kembali mencari kesalahan pasangannya.
Cara yang lebih baik untuk menggunakan latihan ini adalah tidak hanya menuliskan apa yang dilakukan pasangannya yang menyebabkan kebencian atau frustrasi, tetapi kemudian di samping setiap kesalahan, tulislah respons Anda sendiri terhadap perilaku itu.
Misalnya, daftar pengakuan suami yamg merespons perilaku istrinya dengan,
- menjadi marah setiap kali istrinya mengajukan permintaan
- berjalan pergi atau mengabaikannya ketika istrinya berbicara
- merajuk atau ngambek ketika tidak tersedia makanan yang disukainya
- menjadi defensif tentang kebiasaannya
- mengeluh tentang penampilan istri atau pekerjaan rumah tangganya
Sementara itu, istri dapat memeriksa daftarnya dan mengakui bahwa dia sering merespons dengan
- mengajak berdebat dengan suami bahkan saat dia tidak mau berbicara
- membenci sikap pelit suami yang dirasakannya
- bertingkah seperti orang yang dizhalimi ketika suami tidak membantu pekerjaan rumah tangga
- menangis ketika suami jauh dari rumah
- berharap menikahi orang lain ketika suami tidak mau menemaninya ke tempat kerabatnya atau ke tempat yang disukainya
Setelah memeriksa daftar respons dengan cepat, masing-masing pasangan cenderung mengungkapkan daftar perilaku negatif yang kasar, picik, egois, dan destruktif dari pasangannya. Tentu saja hal ini memperburuk keadaan daripada menyelesaikan masalah.
Ya, hanya orang bodoh yang tidak sopan yang akan terus-menerus terlibat dalam perilaku yang sangat menjengkelkan atau membahayakan pasangan mereka.
Namun, ada perbedaan antara respons yang membuat pasangan Anda tahu bahwa perilakunya melewati batas toleransi Anda.
Refleksi diri
Ketika pasangan tidak mau mengakui kesalahan dan berkompromi dengan pasangannya, tidak hanya memengaruhi pernikahan secara keseluruhan, tetapi juga kekuatan keintiman di antara mereka.
Ketika pasangan itu mencoba membuat hubungan yang initim, dinding kebencian atas hal-hal yang belum terselesaikan, menjadikan momen-momen yang seharusnya indah sebagai bom waktu yang akan menghilangkan segala gairah dan cinta.
Ketika seseorang benar-benar memeriksa tidak hanya perilaku pasangannya, tetapi perilaku mereka sendiri, mereka akan menemukan bahwa dasar kebenciannya bukan hanya terletak orang lain tetapi ada pada dirinya sendiri.
Jenis pencerahan ini biasanya membantu pasangan menyadari bahwa mereka memang menikah dengan orang yang baik, – bukan yang sempurna – tetapi yang baik. Karena itu, mereka dapat mencoba memahami dan melihat kembali pada catatan respons mereka kemudian mencatat kesalahan mereka sendiri tentang perasaan dendam yang mereka simpan.
Kita sering tidak dapat mengendalikan perilaku orang lain – terutama jika ini adalah bagian dari kepribadian alami mereka. Namun, kita dapat mengontrol diri kita dalam menanggapinya.
Pernikahan membutuhkan konsentrasi, realisasi, kesabaran, dan kerja keras. Ketika pasangan sudah bertanggung jawab untuk menjalani kehidupan pernikahan, perasaan negatif jangan sampai memengaruhi keintiman mereka.
Tentunya, ketika pasangan bergerak maju dalam pernikahan mereka, satu rasa yang tidak mereka butuhkan atau inginkan adalah kebencian.
Refleksikan diri dengan jujur dan tentu saja menghormati dan berkompromi dengan pasangan kita membantu memperkuat pernikahan sehingga keintiman alami antara suami dan istri dapat berkembang. [Maya/sumber: aboutislam.net/Cms]