• Tentang Kami
  • Iklan
  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber
Minggu, 8 Juni, 2025
No Result
View All Result
FOKUS+
  • Home
  • Jendela Hati
    • Thinking Skills
    • Quotes Mam Fifi
  • Keluarga
    • Suami Istri
    • Parenting
    • Tumbuh Kembang
  • Pranikah
  • Lifestyle
    • Figur
    • Fashion
    • Healthy
    • Kecantikan
    • Masak
    • Resensi
    • Tips
    • Wisata
  • Berita
    • Berita
    • Editorial
    • Fokus +
    • Sekolah
    • JISc News
    • Info
  • Khazanah
    • Khazanah
    • Quran Hadis
    • Nasihat
    • Ustazah
    • Kisah
    • Umroh
  • Konsultasi
    • Hukum
    • Syariah
Chanelmuslim.com
No Result
View All Result
Home Suami Istri

Makna Tangis Seorang Istri

April 17, 2021
in Suami Istri, Unggulan
Makna Tangis Seorang Istri

Ilustrasi, foto: Dreamstime.com

99
SHARES
760
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterWhatsappTelegram
Dapatkan Informasi Terupdate Terbaru Melalui Saluran CMM Dapatkan Informasi Terupdate Terbaru Melalui Saluran CMM Dapatkan Informasi Terupdate Terbaru Melalui Saluran CMM
ADVERTISEMENT

ChanelMuslim.com- Istri menangis itu biasa. Masalahnya, sejauh mana suami memahami makna tangis itu.

Wanita memiliki kodrat yang berbeda dengan pria. Ia lembut dan perasa. Kelembutan dan perasa ini memang sesuai dengan tugas utamanya sebagai istri dan ibu. Istri sebagai pendamping, dan ibu sebagai pembimbing.

Sebagai pendamping, ia seumpama balancing pada sebuah roda. Meski terkesan kecil, fungsi itu begitu vital. Tanpa balancing, roda akan berputar liar.

Itulah mungkin yang dimaksud firman Allah subhanahu wa ta’ala sebagai litaskunu ilaiha, ketenangan atau keseimbangan. Sosok pria yang kuat dan bergerak cepat akan memiliki keseimbangan dan ketenangan dalam kekuatan dan kecepatannya.

Sebagai pembimbing, ia seperti rambu-rambu lalu lintas di tepian jalan. Terlihat diam, tapi sangat menentukan keselamatan gerak kendaraan. Di balik kesuksesan seorang anak, selalu ada sosok ibu yang gigih dalam kelembutannya.

Dua fungsi ini bergerak seiring sejalan. Di satu sisi ia sebagai pendamping untuk suaminya, dan di sisi lain ia sebagai pembimbing untuk anak-anaknya.

Namun, dua fungsi ini pula yang mampu menoreh luka kecil di hati seorang istri dan ibu. Karena kelembutan dan perasanya, luka kecil akan begitu terasa. Dan, inilah makna umum dari tangis seorang istri dan ibu.

Beban dan Pelepasan

Istri dan ibu merupakan dua fungsi utama yang menjadi tumpuan beban. Beban dari suami dan sekaligus sebagai beban dari anak-anak. Ia pikul dua beban ini secara paralel. Bisa terjadi dalam waktu beriringan, bisa juga bersamaan.

Ia tentu tidak bisa menolak beban ini tertuju padanya. Karena dua beban ini terjadi terus-menerus  seperti alat pernafasan yang mengolah udara secara otomatis. Terima, olah, dan keluarkan.

Masalahnya, tidak semua yang diterima dan diolah mampu ia keluarkan secara sempurna. Boleh jadi adanya sumbatan keluaran. Mungkin pula karena yang diolah terlalu banyak sehingga sulit untuk dikeluarkan.

Contoh, ketika seorang istri mendapati suaminya kehilangan pekerjaan, mungkin hal itu akan bisa ia sikapi dengan tenang. Tak ada tangis muncul di situ. Tapi, ketika di saat bersamaan, ia juga mendapati anak-anaknya membutuhkan biaya besar; di situlah pelepasan beban menjadi tersumbat. Hal ini karena beban yang datang melampaui keluaran yang ia miliki.

Hal itu terjadi karena kapasitas rasa dalam jiwanya sudah tak lagi mampu menampung beban itu sekaligus. Dan cara melampiaskan pelepasan beratnya beban yang alami dan sehat adalah dengan menangis.

Dengan kata lain, menangis di saat seperti itu merupakan hal wajar dan alami. Dan itulah cara fisik dan jiwa membentuk keseimbangan baru dalam diri istri.

Untuk tangis seperti ini, baiknya disalurkan dengan baik. Suami harus memberikan ruang seluas-luasnya agar tangis bisa keluar dengan leluasa. Yaitu dengan cara menemani, mempercayakan, dan memposisikan diri sebagai pihak yang sama.

Bukan sebaliknya, dijauhi, dihalang-halangi, bahkan memposisikan diri sebagai pihak yang berlawanan. Seolah tangisan itu sebagai protes dari ketidakmampuan suami terhadap keadaan yang terjadi.

Jika hal yang sebaliknya itu terjadi, pelepasan beban rasa akan makin terhambat. Bahkan bisa menggumpal menjadi penyakit: fisik dan jiwa. [Mh/bersambung]

 

Tags: Istri shalihahmakna tangis istriMakna Tangis Seorang Istri
Previous Post

Sepanjang Puasa adalah Waktu Pengabulan Doa

Next Post

Scarf Media Gelar Parade Online Selama Ramadan

Next Post
Scarf Media Gelar Parade Online Selama Ramadan

Scarf Media Gelar Parade Online Selama Ramadan

Aqsa Working Group Kecam Pelarangan Azan

Aqsa Working Group Kecam Pelarangan Azan

kalam mursyid

Kalam Mursyid Ayah Guru

.:: TERPOPULER

Chanelmuslim.com

© 1997 - 2022 ChanelMuslim - Media Pendidikan dan Keluarga

Navigate Site

  • IKLAN
  • TENTANG KAMI
  • PEDOMAN MEDIA SIBER
  • REDAKSI
  • LOWONGAN KERJA

Follow Us

No Result
View All Result
  • Home
  • Jendela Hati
    • Thinking Skills
    • Quotes Mam Fifi
  • Keluarga
    • Suami Istri
    • Parenting
    • Tumbuh Kembang
  • Pranikah
  • Lifestyle
    • Figur
    • Fashion
    • Healthy
    • Kecantikan
    • Masak
    • Resensi
    • Tips
    • Wisata
  • Berita
    • Berita
    • Editorial
    • Fokus +
    • Sekolah
    • JISc News
    • Info
  • Khazanah
    • Khazanah
    • Quran Hadis
    • Nasihat
    • Ustazah
    • Kisah
    • Umroh
  • Konsultasi
    • Hukum
    • Syariah

© 1997 - 2022 ChanelMuslim - Media Pendidikan dan Keluarga