ChanelMuslim.com – Kalam mursyid ayah guru. Rezeki sudah dijamin, sedangkan nasib di akhirat belum ada jaminan. Mengapa bekerja keras sampai lembur segala? Bukankah urusan rejeki sudah ditakdirkan alias telah dijamin?
Sedangkan surga atau neraka harus diupayakan, alias belum ada jaminan. Satu motivasi untuk beribadah dan mengutamakan urusan akhirat yang tampak indah dan menyejukkan hati. Terlebih bagi engkau yang telah memahami bahwa urusan dunia begitu hina dina sedangkan akhirat begitu mulia, dan memahami bahwa urusan rezeki benar-benar urusan kadrat ilahi.
Wahai umat manusia, bertakwalah engkau kepada Allah azza wa jalla, dan tempuhlah jalan yang baik dalam mencari rezeki, karena sesungguhnya tidaklah seorang hamba akan mati, hingga ia benar-benar telah mengenyam seluruh rezekinya, walaupun telat datangnya.
Maka bertakwalah kepada Allah azza wa jalla, dann tempuhlah jalan yang baik dalam mencari rezeki. Tempuhlah jalan-jalan mencari rezeki yang halal dan tinggalkan yang haram.
Baca juga: Nggak Begitu Seru, Jangan Dibaca
Mendengar motivasi ini, engkau semakin tergugah untuk meningkatkan ibadah, dan zuhud terhadap urusan dunia. Tentu saja ini adalah sikap yang bagus dan patut diapresiasi.
Walau demikian, sadarkah engkau bahwa ungkapan di atas walau bertujuan baik, namun disadari atau tidak mengandung kesalahan besar. Karena ternyata urusan surga dan neraka juga telah menjadi bagian dari kadrat ilahi.
Suatu hari Nabi shallallahu alaihi wa sallam menghadiri penguburan seorang jenazah. Sambil menanti proses penggalian selesai, beliau duduk lalu bersabda, “Tiada seorang jiwa pun melainkan Allah azza wa jalla telah menuliskan tempat kembalinya, baik di surga atau di neraka, dan juga telah dituliskan apakah ia berbahagia atau sengsara.”
Tak ayal lagi, pernyataan Nabi shallallahu alaihi wa sallam ini mengejutkan para sahabat, sehingga salah seorang dari mereka segera bertanya, “Wahai Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, bila demikian apa tidak lebih baik kita mengandalkan catatan takdir kami dan meninggalkan segala bentuk amalan (usaha)?”
Menanggapi pertanyaan ini, Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Siapa pun yang ditakdirkan termasuk dari orang yang berbahagia niscaya ia berhasil mengamalkan amalan orang-orang yang berbahagia. Sebaliknya orang yang ditakdirkan menjadi bagian dari orang-orang sengsara, niscaya ia hanyut dalam amalan orang-orang sengsara.”
Beramallah kalian, karena setiap orang pastilah mendapat kemudahan. Orang-orang yang berbahagia pastilah dimudahkan untuk mengamalkan amalan orang-orang yang berbahagia. Sedangkan orang-orang sengsara pasti pula dimudahkan untuk hanyut dalam amalan orang-orang sengsara. Selanjutnya beliau membaca ayat berkut.
“Adapun orang yang memberikan (hartanya di jalan Allah azza wa jalla) dan bertakwa, serta membenarkan adanya balasan yang terbaik (surga), maka kami kelak akan memudahkan baginya jalan yang mudah (kebahagiaan). Dan adapun orang-orang yang bakhil dan merasa dirinya cukup, serta mendustakan balasan yang terbaik, maka kelak kami akan memudahkan baginya (jalan) yang sukar (kesengsaraan).”
Allah berfirman, “Dan barangsiapa berusaha, maka sesungguhnya usahanya itu untuk dirinya sendiri.” (QS. Al-Ankabut: 6)
Website:
https://ChanelMuslim.com/jendelahati
https://www.jakartaislamicschool.com/category/principal-article/
Facebook Fanpage:
https://www.facebook.com/jakartaislamicschoolcom
https://www.facebook.com/Jakarta.Islamic.Boys.Boarding.School
Instagram:
www.instagram.com/fifi.jubilea
Twitter: