SAHABAT Muslim, mari mengambil inspirasi kecerdasan dari seorang istri yang mulia berikut. Dalam menjalani biduk rumah tangga seorang istri haruslah cerdas.
Cerdas membantu suami dalam menciptakan keluarga yang bahagia dunia dan akhirat. Menjadi istri tidak sekedar nrimo tapi juga pro aktif dalam mencari solusi di setiap permasalahan rumah tangga.
Baca Juga: Kecerdasan Hajar Istri Nabi Ibrahim Bertahan Hidup di Gurun Pasir
Inspirasi Kecerdasan dari Seorang Istri yang Mulia
Sejarah telah mencatat perjalanan seorang wanita yang cerdas. Beliau adalah Khadijah binti Khuwailid. Kecerdasan telah nampak dari bagaimana beliau menjalankan bisnisnya.
Kemudian kecerdasan juga telah beliau perlihatkan ketika mengutus Maisarah (pembantu laki-lakinya) untuk meneliti bagaimana Muhammad bin Abdullah mampu bernegosiasi membesarkan usahanya.
Kecerdasan lainnya beliau tunjukkan saat ia mulai tertarik kepada Muhammad bin Abdullah dan ingin menjadikannya suami, pendamping hidup. Ia memilih seorang sahabatnya, Nafisah binti Maniyah untuk menyampaikan maksudnya kepada Muhammad bin Abdullah.
Ternyata gayung pun bersambut, Muhammad bin Abdullah berjanji untuk membicarakannya dengan paman-pamannya untuk meminang Khadijah.
Setelah menikah, kembali Khadijah memberi keteladanan dalam kematangan akal dan pikiran. Beliau tidak panik tatkala suaminya dalam kebingungan saat menerima wahyu pertama.
Dengan mantap ia berkata jika Allah tidak akan menghinakan suaminya. Beliau juga mengenalkan suaminya kepada Waraqah, seorang pendeta nasrani yang kemudian membenarkan perkataan Rasulullah saw.
Ummul Mukminin, Khadijah pun termasuk orang yang pertama kali masuk Islam. Itu sangat penting bagi Rasulullah. Sangat penting untuk beliau diterima di lingkungannya.
Karena istrinya adalah orang pertama yang beriman dan mendukung dakwahnya. Setelah memeluk Islam, beliau korbankan hidupnya. Kehidupan yang tenang dan nyaman, berubah menjadi kehidupan yang menantang dan penuh gangguan.
Kehidupan dakwah Islam yang menimbulkan kesulitan demi kesulitan dalam hidupnya hingga menjalani masa pemboikotan kaum Quraisy tidak membuatnya pergi meninggalkan Rasulullah saw. Beliau semakin cinta pada Allah dan Rasul-Nya dan tetap mendukung perjuangan suaminya.
Cinta Khadijah dan Rasulullah saw inilah yang bisa kita sebut sebagai cinta sejati. Cinta dalam keadaan suka dan duka. Cinta dalam keadaan yang terburuk dan yang terbaik.
Bukan sekedar cinta karena parasnya saja atau hartanya saja. Cinta yang selalu bermekaran hingga ke surga. Cinta yang menginspirasi semua pasangan di dunia. [MAY/Cms]