KEBANYAKAN laki-laki yang hidupnya lurus, istrinya sederhana.
Mau membangun bersama dari keprihatinan. Seringnya pola hidup suami dipengaruhi oleh istrinya.
Berhutang dan boros hanya karena mendengar istrinya menyebut-nyebut
tetangga punya mobil baru.
Korupsi dan mencuri hanya karena istrinya suka mengeluh dan mengkhayalkan kemewahan hidup dan jalan-jalan keliling dunia.
Tanpa sadar terusik harga dirinya sebagai seorang suami karena ingin menyenangkan istri, sehingga gelap mata mencari nafkah.
Ada uang abang sayang, tak ada uang abang melayang.
Memang fitrah wanita senang dengan gemerlapnya dunia. Mudah silau dengan godaan materi.
Itulah sebabnya om-om kaya playboy dengan mudah memikat wanita muda yang cantik.
Sebaliknya, mas-mas jomblo minder menikah karena merasa belum mapan.
Itulah sebabnya kebanyakan perceraian di Indonesia karena masalah ekonomi.
Karena istri yang banyak menuntut atau suami yang pelit menafkahi.
Follow Official WhatsApp Channel chanelmuslim.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
Maka berbahagialah lelaki yang mendapatkan istrinya tak banyak menuntut, kecuali tuntutan yang wajar (untuk nafkah sehari-hari).
Dan sengsaralah lelaki yang mendapatkan istrinya banyak menuntut.
Belajarlah dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam yang istri-istrinya pernah meminta kenaikan uang belanja di luar kemampuan beliau.
Lalu beliau sampai mendiamkan istri-istrinya.
Atas peristiwa itu, Allah Subhnahu wa Ta’ala menurunkan surah al Ahzab ayat 28 dan 29:
“Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, “Jika kamu sekalian mengingini kehidupan dunia dan perhiasannya, maka marilah supaya kuberikan kepadamu mut’ah dan aku ceraikan kamu dengan cara yang baik. Dan jika kamu sekalian menghendaki (keridhaan) Allah dan Rasulnya-Nya serta (kesenangan) di negeri akhirat, maka sesungguhnya Allah menyediakan bagi siapa yang berbuat baik diantaramu pahala yang besar.”
Maka sederhanalah. Karena sederhana lebih dekat kepada kebahagiaan.
Allah berfirman:
“Dan janganlah kamu berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebihan” (Qs. Al-An’am ayat 141).
Istri Sederhana
Allah juga berfirman untuk mengingatkan para suami agar tak tergoda dengan buruk rayu isteri atau anak, sehingga menyimpang dari jalan yang lurus.
“Hai orang-orang mukmin, sesungguhnya di antara isteri-isterimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu, maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka) maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (Qs. At Taghabun ayat 14).
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, menceritakan tentang istri-istri dan anak-anak, bahwa di antara mereka ada yang menjadi musuh suaminya dan orang tuanya.
Dikatakan demikian karena di antara mereka ada yang melalaikannya dari amal saleh, seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman Allah Subhanahu wa Ta’ala yang mengatakan:
{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُلْهِكُمْ أَمْوَالُكُمْ وَلا أَوْلادُكُمْ عَنْ ذِكْرِ اللَّهِ وَمَنْ يَفْعَلْ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ}
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah harta-hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barang siapa yang membuat demikian, maka mereka itulah orang-orang yang rugi.” (QS. Al-Munafiqun: 9).
Karena itulah dalam surat ini disebutkan oleh firman-Nya:
Baca juga: Sederhana dalam Mencintai
{فَاحْذَرُوهُمْ}
“maka berhati-hatilah kamu. (At-Taghabun: 14).
Mujahid mengatakan sehubungan dengan makna ayat ini:
{إِنَّ مِنْ أَزْوَاجِكُمْ وَأَوْلادِكُمْ عَدُوًّا لَكُمْ}
“Sesungguhnya di antara istri-istrimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu. (At-Taghabun: 14).
Karena mendorong seseorang untuk memutuskan tali persaudaraan atau berbuat suatu maksiat terhadap Tuhannya, karena cintanya kepada istri dan anak-anaknya terpaksa ia menaatinya dan tidak kuasa menolaknya.
Ibnu Abu Hatim menceritakan dari Ibnu Abbas yang telah ditanya oleh seorang lelaki tentang makna firman-Nya:
“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya di antara istri-istrimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu, maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka.” (At-Taghabun: 14).
Bahwa ada sejumlah lelaki yang telah masuk Islam di Mekah; ketika mereka hendak bergabung dengan Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam di negeri hijrah, maka istri-istri dan anak-anak mereka tidak mau ditinggalkan.
Pada akhirnya setelah mereka datang kepada Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam (sesudah penaklukan Mekah), mereka melihat orang-orang telah mendalami agama mereka.
Kemudian mereka melampiaskan kemarahannya kepada istri-istri dan anak-anak mereka yang menghalang-halangi mereka untuk hijrah.
Dan ketika mereka hendak menghukum istri-istri dan anak-anak mereka, Allah menurunkan firman-Nya:
“Dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka), maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (At-Taghabun: 14).
Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Imam Turmuzi, dari Muhammad ibnu Yahya Al-Faryabi alias Muhammad ibnu Yusuf dengan sanad yang sama.
Hasan mengatakan bahwa hadis ini sahih. Ibnu Jarir danTabrani meriwayatkan hadis ini melalui Israil dengan sanad yang sama.
Telah diriwayatkan pula melalui jalur Al-Aufi, dari Ibnu Abbas hal yang semisal, dan hal yang sama dikatakan pula oleh Ikrimah (bekas budak Ibnu Abbas).[Sdz]
Sumber: Serambi Ilmu dan Faidah