PARA suami harus menyadari bahwa terdapat kegiatan yang bernilai ibadah dalam pekerjaan rumah tangga. Mungkin, selama ini para pria sibuk dalam shalat sunnah, membaca Al-Quran, dan shalat berjamaah atau menghadiri kajian di masjid.
Banyak yang bahkan tidak akan melangkahkan kakinya ke dapur atau repot-repot memperbaiki pakaian mereka sendiri yang rusak. Berapa banyak pria Muslim yang tahu cara mengikat benang jahit? Sebaliknya, Nabi Muhammad melakukan banyak pekerjaan rumah tangga.
Baca Juga: Cara Menyikapi Kekurangan Suami
Ibadah Suami dalam Pekerjaan Rumah Tangga
Nabi berbeda dari mayoritas laki-laki Muslim di seluruh dunia saat ini, yang mendefinisikan rumah tangga sebagai wilayah perempuan. Dan Nabi telah memberikan contohnya dengan melakukannya.
Jadi apakah Muslim akan merasa bangga mengikuti contoh nabi? Bukankah kita akan selalu berusaha mencontohkannya, mengambil yang terbaik darinya, dan menerapkannya dalam kehidupan kita sehari-hari?
Mengapa kemudian, ketika sampai pada tugas-tugas rumah tangga, kebanyakan pria Muslim telah memilih untuk mengabaikan contoh Nabi Muhammad?
Sementara beberapa berpendapat bahwa rumah adalah domain wanita, cendekiawan Muslim Sunni klasik seperti Imam Malik, Imam Syafi’i dan Abu Hanifah semuanya berpandangan bahwa seorang istri tidak wajib melayani suaminya di rumah.
Ketika ditanya, Aisyah ra, istri nabi, mengatakan bahwa Muhammad akan melakukan tugas-tugasnya. Di lain waktu, ketika berbicara dengan sekelompok pria, dia menjawab bahwa nabi melakukan apa yang kalian (pria) akan lakukan di rumah mereka: yaitu, pekerjaan rumah tangga.
Salah satu pelajaran terpenting yang diajarkan iman adalah bahwa kita harus menginginkan orang lain apa yang kita inginkan untuk diri kita sendiri. Ini berlaku untuk orang asing dan juga anggota keluarga kita, dan terutama bagi para wanita di rumah kita.
Marilah para suami, mengubah anggapan bahwa kita ingin para wanita kita memiliki waktu yang sama untuk terlibat dalam berbagai ibadah, baik di rumah atau di masjid, seperti yang kita miliki.
Marilah kita para pria mengambil tanggung jawab yang lebih besar di rumah, mulai dari memasak, membersihkan, dan melakukan pekerjaan sehari-hari.
Marilah kita sebagai pria mengingat sunah Nabi Muhammad, yang, alih-alih menyuruh para wanita di rumahnya untuk sekedar melayani, lebih baik berbagi dalam tugas-tugas rumah tangga.
Jika kita ingin menghidupkan kembali satu tradisi Nabi Muhammad Ramadhan ini, biarlah itu menjadi kontribusi yang lebih baik untuk tugas-tugas rumah tangga.
Wanita tidak di sini untuk melayani pria. Sebaliknya, bersama-sama, pria dan wanita ada di sini untuk melayani Allah. [My/aboutislam.net/Cms]