ChanelMuslim.com- Suami istri itu saling menyeimbangkan. Inputnya baik, outputnya juga akan baik. Jangan berharap output baik kalau inputnya kata-kata yang menyakitkan.
Interaksi suami istri selalu akan membuahkan hasil. Ada sakinah, mawaddah, dan rahmah. Ada ketenangan, cinta, dan kasih sayang.
Hasil berupa samawa itu bisa dibilang yang jangka panjang. Yang jangka pendeknya juga banyak. Antara lain, semangat untuk bekerja, semangat untuk berkreasi di rumah seperti olahan di dapur, semangat ibadah. Dan lainnya.
Namun dari semua interaksi itu, ada sejumlah ucapan pantangan yang baiknya dihindari. Karena ucapan atau kata-kata ini bisa merusak keharmonisan. Antara lain.
Saya Nyesal Nikah
Ada kalanya suami istri mengalami bahagia. Tapi, adakalanya pula mengalami susah. Yang penting di saat susah, jangan sekali-kali mengungkapkan kata penyesalan.
Problem utama dari ketidakmampuan mengelola rumah tangga adalah tidak mampu melihat problematika sebagai kenyataan yang harus dihadapi. Seolah berumah tangga itu selalu happy, romantis, dan terus berbunga-bunga.
Pada saatnya, inilah ujiannya, ada kenyataan bahwa berumah tangga itu sangat menyusahkan. Seperti, keadaan di mana segalanya serba susah dan minim: anak sakit, kena PHK, utang menggunung, terkena bencana alam seperti banjir, dan lainnya.
Mereka yang tidak siap dengan ini, kadang ingin mencari “kambing hitam” untuk dipersalahkan. Dan siapa lagi yang bisa disalahkan kecuali pasangan sendiri: suami atau istri.
“Saya nyesal tidak mengikuti saran orang tua waktu itu.” Atau, “Saya nyesal terburu-buru mengambil keputusan waktu itu.” Dan seterusnya.
Mungkin saja ungkapan ini diucapkan dalam candaan, atau sekadar “hiburan” agar tidak terlalu serius menghadapi masalah. Tapi, untuk yang menerima ungkapan itu akan merasakan hal lain.
Pikirannya menerawang ke masa lalu. Ia seperti terjebak dalam keadaan di mana memang ia yang seolah membawa sial. Keadaan selanjutnya adalah keminderan dan perasaan bersalah. Ia seperti mengiyakan bahwa memang dirinya yang membuat keadaan menjadi susah seperti saat ini.
Padahal, nilai keimanan mengajarkan bahwa semua sudah Allah takdirkan. Tak seorang pun yang bisa lari dari takdir Allah. Dan hal itu memang harus dihadapi, diatasi, dan disikapi dengan sabar.
Berumah tangga adalah bagian dari lakon kehidupan. Dan lakon utama kehidupan adalah mengelola ujian: liyabluwakum ayyukum ahsanu ‘amala, sebagai ujian agar terlihat siapa yang amalnya paling baik.
Ketika Allah subhanahu wata’ala sudah mentakdirkan jodoh kita, jangan membayangkan seolah hal itu bisa dimundurkan ke masa lalu. Andai…andai…dan andai. Padahal kata andai ini bisa membuka pintu setan.
Jadi, hadapi masalah dengan lapang dada. Cari solusi dan lakukan dengan sabar. Inilah kesempatan dari Allah agar bisa “naik kelas”. Dan jangan pernah mengutak-atik, siapa yang patut disalahkan. [Mh]