ChanelMuslim.com – Hindari Kata-kata Ini agar Bisa Harmonis (2)
Suami istri itu saling menyeimbangkan. Inputnya baik, outputnya juga akan baik. Jangan berharap output baik kalau inputnya kata-kata yang menyakitkan.
Interaksi suami istri selalu akan membuahkan hasil. Ada sakinah, mawaddah, dan rahmah. Ada ketenangan, cinta, dan kasih sayang.
Baca Juga: Hindari Kata-kata Ini agar Tetap Harmonis (3)
Hindari Kata-kata Ini agar Bisa Harmonis (2)
Hasil berupa samawa itu bisa dibilang yang jangka panjang. Yang jangka pendeknya juga banyak. Antara lain, semangat untuk bekerja, semangat untuk berkreasi di rumah seperti olahan di dapur, semangat ibadah. Dan lainnya.
Namun dari semua interaksi itu, ada sejumlah ucapan pantangan yang baiknya dihindari. Karena ucapan atau kata-kata ini bisa merusak keharmonisan. Antara lain.
Kata Mantan
Keakraban suami istri tidak selalu bisa membuka pembicaraan apa saja. Termasuk soal masa lalu ketika suami atau istri masih dalam status lajang.
Salah satu hal yang mungkin sangat melekat adalah pengalaman ketika punya mantan. Ya, apalagi kalau bukan mantan pacar atau orang yang dicintai.
Meskipun pengalaman ini begitu berkesan, memorinya harus segera dihapus ketika suami atau istri berjodohan dengan orang lain. Kenapa?
Pertama, kata “mantan” itu identik dengan masa jahiliyah pribadi masing-masing. Karena Islam tidak mengenal istilah pacaran. Yang namanya cinta-cintaan pria dan wanita, ya, harus dalam bingkai pernikahan.
Ketika seseorang sudah mengenal Islam dan bertekad untuk mengamalkannya, masa lalu yang buruk harus dihapus meskipun sangat berkesan. Penghapusan memori ini akan sejalan dengan penghapusan dosa dari Allah subhanahu wata’ala.
Apa yang sudah Allah hapus, jangan sekali-kali dibuka lagi. Walaupun hanya sekadar cerita atau berbagi pengalaman.
Kedua, kata “mantan” jika disampaikan ke suami atau istri akan memunculkan tanda tanya besar. Yaitu, apa di hatinya masih ada cinta yang lain?
Tentu saja hal ini sulit untuk ditanyakan, apalagi dijawab. Karena isi hati tidak akan bisa tergambar utuh kecuali oleh si pemiliknya sendiri. Efeknya, suami atau istri hanya akan merasakan was-was, dan tentu saja cemburu.
Ketiga, menyebut kata “mantan” memunculkan rasa keraguan kepada suami atau istri. Apakah hubungan masa lalu ini sudah padam, atau jangan-jangan masih menyisakan bara. Persis seperti bara dalam sekam yang suatu waktu bisa menyala lagi.
Jika suatu saat ada kasus yang seolah menunjukkan berkurangnya rasa perhatian suami atau istri, tentang mantan ini akan menjadi pihak yang tertuduh. Walaupun faktanya tidak demikian.
Hal ini karena kata mantan tiba-tiba menjadi hidup di hati pasangan suami atau istri. Seolah-olah sosok itu seperti membayangi keduanya. Padahal boleh jadi, sudah benar-benar menjadi masa lalu.
Karena itu, jangan sekali-kali menyebut pengalaman tentang mantan ini kepada suami atau istri. Hapus semua tentang itu, seiring dengan berseminya cinta baru dalam bingkai ikatan suami istri. [Mh]