ChanelMuslim.com – Berawal dari prihatin melihat negara-negara maju melakukan ekspor sampah ke Indonesia, Siswi SMPN 12 Gresik, Aeshnina Azzahra Kilani mengirim surat ke Kanselir Jerman.
Kepeduliannya terhadap lingkungan, khususnya permasalahan sampah muncul karena orang tua yang selalu mendukung, menyuruh, serta mengajaknya bersih-bersih sungai dan pantai.
Baca Juga: Dapat Indekos Gratis dan Dibimbing Belajar Al-Qur’an, inilah Beasiswa Asrama Mahasiswi YMI
Awal Prihatin Melihat Ekspor Sampah ke Indonesia
Dari ajakan orang tuanya inilah yang membuat siswi yang akrab diaapa Nina menjadi suka terhadap permasalahan lingkungan.
Selain itu, Nina juga pernah mengunjungi Tanjung Perak dan melihat langsung bagaimana proses negara-negara maju mengeskpor sampah ke Indonesia.
“Banyak kontainer masuk ke green lane, tapi tidak semua dicek,” ujar Nina seperti dilansir dari video yang dibuat oleh DW.
Kemudian, hal lain yang membuat Nina prihatin adalah karena ada yang namanya Desa Bangun yang menjadi tempat pembuangan sampah plastik.
Di Desa Bangun, sampah-sampah tersebut dipisahkan mana yang bisa didaur ulang dan yang tidak. Sampah yang tidak bisa didaur ulang dijual ke pabrik tahu untuk bahan bakar pembuatan tahu.
“Asapnya itu bisa menghasilkan racun yang namanya dioksin, sehingga bisa membuat semuanya tercemar,” tambahnya.
Racunnya bisa saja dimakan sama ikan atau ayam, sehingga nanti ujung-ujungnya adalah kembali ke kita sendiri saat kita mengonsumsi makanan tersebut
Nina mengirim surat melalui Duta Besar Jerman, Peter Schoof. Ia berkata bahwa Dubes akan lebih memperkuat menjaga di pelabuhan agar sampah yang kotor tidak masuk ke Indonesia.
Baca Juga: Mahasiswi di London Dirikan Klub Lari Khusus Wanita Muslim
Membuat Petisi
“Saya nggak mau orang-orang luar negeri, negara-negara maju menyelipkan sampahnya lagi,” ujar Nina.
Selain mengirim surat, sebelumnya, Nina juga pernah melakukan pameran dan membuat petisi terkait permasalahan tersebut.
“Petisi itu ditandatangani teman-teman saya untuk menolak impor sampah datang lagi ke sini,” tutupnya.
Nina mengirim surat ini pada Januari 2020 lalu. Tidak heran Nina menunjukkan keprihatinannya karena pada tahun 2018, data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan peningkatan impor sampah plastik Indonesia sebesar 141 persen (283.152 ton).
Dilansir laman icel.or.id, angka ini merupakan puncak tertinggi impor sampah plastik selama 10 tahun terakhir, di mana pada 2013 impor sampah plastik Indonesia sekitar 124.433 ton.
Angka ini menandakan ada 184.702 ton sampah yang masih ada di Indonesia, di luar beban pengelolaan sampah domestik kita di negara sendiri. [Cms]