Chanelmuslim.com-
Dikembangkan dari sebuah karya legendaris, yang sangat menggetarkan dan membangkitkan semangat belajar Islam para remaja Indonesia sejak pertama kali diterbitkan di Majalah Annida 1993, hingga sekarang (Asma Nadia). Inilah resensi novel Ketika Mas Gagah Pergi yang ditulis oleh Devita Damayanti (anggota Forum Lingkar Pena Sulawesi Tenggara).
Gita selalu bangga pada abangnya yang ia panggil Mas Gagah. Namun suatu hari Mas Gagah berubah!
Berubah pula semua kehidupan Gita. Dan ketika kemudian Mas Gagah pergi, apa yang terjadi dengan Gita?
Siapa Nadia Hayuningtyas dan lelaki berkemeja kotak-kotak yang selalu Gita lihat di dalam bus, kereta api dan di berbagai tempat itu?
Dan mengapa lelaki itu mengingatkannya pada Mas Gagah?
Dikembangkan dari sebuah karya legendaris, yang sangat menggetarkan dan membangkitkan semangat belajar Islam para remaja Indonesia sejak pertama kali diterbitkan di Majalah Annida 1993, hingga sekarang (Asma Nadia). Inilah resensi novel Ketika Mas Gagah Pergi yang ditulis oleh Devita Damayanti (anggota Forum Lingkar Pena Sulawesi Tenggara).
Ketika Mas Gagah Pergi dan Kembali merupakan lanjutan dari cerpen legendaris yang dimuat di Majalah Annida pada tahun 1993. Awalnya berjudul Ketika Mas Gagah Pergi. KMGP –singkatan cerpen ini- dianggap sebagai pelopor kebangkitan Sastra Islam Kontemporer di Indonesia kala itu yang kemudian diterbitkan dalam bentuk novel pada tahun 1997 dan sampai sekarang tercatat sudah lebih dari 15 kali penerbitan ulangnya. Di dalam novel Ketika Mas Gagah Pergi dan Kembali terdapat 15 cerpen pembangun jiwa, dan kisah tentang Ketika Mas Gagah Pergi dan Kembali berjumlah 64 halaman.
Novel ini menceritakan tentang seorang gadis belia, Gita Ayu Pratiwi yang sangat dekat dengan saudara kandung satu-satunya, Gagah Perwira Pratama, biasa dipanggil Mas Gagah, dia adalah mahasiswa Teknik Sipil Universitas Indonesia semester tujuh. Gita sangat bangga dan menyukai kakaknya tersebut karena sosoknya yang sangat baik, cerdas, tidak pernah meninggalkan shalat, periang dan tentu saja ganteng. Menurutnya, tidak ada yang tidak menyukai Mas Gagah, dari keluarga atau tetangga, nenek atau kakek, orang tua dan adik kakak teman-temannya menyukai sosok “Gagah” tersebut.
Kedekatan Gita dan Mas Gagah berubah ketika Masnya pulang dari Madura, Mas Gagah bertemu dengan seorang Kiai yang membawanya menjemput hidayah Allah. Gagah yang dulu suka jalan-jalan, nonton konser musik, selalu bernampilan ala coverboy, humoris dan pencinta music rock benar-benar berubah.
Bahkan Gita yang merupakan cewek tomboy yang sangat cuek penampilannya mulai merasa gawat ketika Masnya sudah tidak mau bersalaman dengan perempuan.
Inilah Gita, salah satu dari banyaknya remaja gadis yang dalam masa pencarian jati diri. Ia menganggap apa yang Masnya lakukan adalah suatu hal yang aneh. Ia merasa kehilangan sosok Mas Gagah yang selalu ia banggakan. Sampai pada saat ia mulai belajar memahami tentang kebiasaan baru Masnya dengan membaca buku dan berdiskusi. Perlahan ia merasa hidayah mulai menghampirinya, dan Mas Gagah yang sempat hilang ia rasakan telah kembali. Kehendak Allah berbicara lain. Mas Gagah yang sedang pergi mengemban tugas dakwah meninggal dunia karena bentrok massa. Ia benar-benar kehilangan sosok Mas kebanggaannya.
Satu tahun kemudian Gita mulai bisa mengikhlaskan kepergian sosok Mas Gagah. Namun, ketika ia mulai mengikhlaskan, ia bertemu dengan sosok Lelaki yang selalu menggunakan kemeja kotak-kotak. Hampir di setiap kesempatan ia selalu bertemu dengan sosok tersebut, di bus, gerbong kereta api, restoran, Universitas Indonesia sampai panti-panti. Lelaki berkemeja kotak-kotak tersebut selalu berdiri di tengah kerumunan orang banyak menyampaikan pesan-pesan kebaikan. Sampai pada akhirnya Gita ingin mencari tahu tentang lelaki itu.
Lama setelah kejadian tersebut, Gita sudah tidak pernah bertemu dengan sosok berkemeja kotak-kotak, sosok yang punya andil dalam keislamanan Gita. Gita telah menjadi muslimah sejati dan ia berniat ingin mencari pekerjaan setelah lulus kuliah. Gita mulai mencari pekerjaan walau ayahnya mempunyai perusahaan sendiri. Ketika ia menemukan pekerjaan dan mulai melakukan wawancara, ia bertemu dengan sosok yang tidak pernah ia sangka sebelumnya, Si Kemeja Kotak-Kotak, yang merupakan Direktur perusahaan tempat Gita melamar pekerjaan.
Ketika selesai melakukan wawancara dan hendak pulang, Gita melihat sosok Yudhistira naik ke dalam bus. Sosok itu kembali menyebarkan kebaikan, walaupun sosok tersebut merupakan seorang Direktur. Dalam senja yang temaram, Gita kembali melihat sosok Mas Gagah yang menunggu bus. Wajah Mas Gagah yang cerah.
Penasaran bagaimana cerita lengkapnya dan visualisasinya dalam layar lebar? Jangan lupa ajak keluarga untuk menonton film Ketika Mas Gagah Pergi di bioskop terdekat.
Devita Damayanti
(ind/mediatadulako)