DALAM dekapan ukhuwah, kita mengambil cinta dari langit. Lalu menebarkannya di bumi. Sungguh di surga, menara-menara cahaya menjulang untuk hati yang saling mencinta. Mari membangunnya dari sini, dalam dekapan ukhuwah.
Berkilaulah, dalam dekapan ukhuwah. Alangkah syahdu menjadi kepompong; berkarya dalam diam, bertahan dalam kesempitan.
Tetapi bila tiba waktu untuk jadi kupu-kupu, tak ada pilihan selain terbang menari; melantun kebaikan di antara bunga, menebar keindahan pada dunia. Dan angin pun memeluknya, dalam sejuk wangi surga.
Alangkah damai menjadi bebijian; bersembunyi di kegelapan, menanti siraman hujan, menggali hunjaman dalam-dalam.
Tapi bila saat untuk tumbun dan mekar, tak ada pilihan kecuali menyeruak menampilkan diri; bercabang menggapai langit, membagikan buah manis di tiap musim pada segenap penghuni bumi. Dan matahari pun mendekapnya, dalam hangat serta cahaya.
“Aku cemburu. Maka kutulis buku ini untuk jiwaku dengan harap dan rindu; berkilaulah dalam dekapan ukhuwah.” Salim A. Fillah, Penulis buku Dalam Dekapan Ukhuwah.
Baca juga:Resensi Buku Cara Berpikir Suprarasional
Resensi Buku Dalam Dekapan Ukhuwah – Salim A. Fillah
Sinopsis: Karena beda antara kau dan aku sering jadi sengketa. Karena kehormatan diri sering kita tinggikan di atas kebenaran karena satu kesalahanmu padaku seolah menghapus sejuta kebaikan yang lalu. Wasiat Sang Nabi itu rasanya berat sekali: “jadilah hamba-hamba Allah yang bersaudara.”.
Mungkin lebih baik kita berpisah sementara, sejenak saja. Menjadi kepompong dan menyendiri berdiri malam-malam, bersujud dalam-dalam bertafakkur bersama iman yang menerangi hati hingga tiba waktunya menjadi kupu-kupu yang terbang menari melantun kebaikan di antara bunga, menebar keindahan pada dunia.
Lalu dengan rindu kita kembali ke dalam dekapan ukhuwah, mengambil cinta dari langit dan menebarkannya di bumi dengan persaudaraan suci: sebening prasangka. selembut nurani, sehangat semangat, senikmat berbagi, dan sekokoh janji.
Buku ini adalah renungan-renungan sederhana tentang bagaimana membangkitkan kembali kekuatan ummat yang hari ini terserak-serak bagai buih tak berarti. Tentu saja tak hendak muluk, semua ikhtiar itu dimulai dari dalam diri kita.
Disini, kita menginsyafi bahwa iman berbanding lurus dengan kualitas hubungan yang kita jalani pada sesama. Juga bahwa tiap hubungan uang tak didasari iman akan jadi sia-sia. Dan baik iman maupun ukhuwah, memerlukan upaya untuk meneguhkan dan menyuburkannya. Selamat datang dalam dekapan ukhuwah.
Sosok Salim A. Fillah, penulis buku ini. Ia dikenal sebagai penulis muda yang piawai memadukan dalil dengan kisah, norma dengan hikmah, dan membingkainya dalam nuansa sastra yang indah. Ada keberanian kata dalam tulisannya untuk tak selalu membaku, namun justru menjadi kekhasan rasa penuh makna.
Gaya bertuturnya melompat lincah, meliuk, cepat, kadang mengalun syahdu, dan membuat pembacanya serta terlibat dengan gagasan-gagasannya. [Azh]