ChanelMuslim.com – Surat Yasin ayat 52 berisi penjelasan tentang betapa terkejutnya manusia ketika dibangkitkan kembali. Manusia akhirnya membenarkan bahwa telah datang waktu yang dijanjikan, ketika manusia harus mempertanggungjawabkan perbuatannya selama di dunia.
Baca Juga: Tafsir Surat Yasin Ayat 51, Tiupan Sangkakala
Isi Surat Yasin Ayat 52
قَالُوا يَا وَيْلَنَا مَنْ بَعَثَنَا مِنْ مَرْقَدِنَا هَذَا مَا وَعَدَ الرَّحْمَنُ وَصَدَقَ الْمُرْسَلُونَ
“Mereka (manusia) berkata: Duhai celaka kami, siapa yang membangunkan dari tempat tidur kami. Ini adalah (waktu) yang dijanjikan arRahmaan (Allah) dan benarlah (yang disampaikan) para Rasul.”
Dilansir dari buku “TAFSIR SURAT YAASIN”, Ustaz Abu Utsman Kharisman, manusia dibangkitkan dari kubur mereka, seakan-akan mereka dibangkitkan dari ‘tidur’nya.
Jika ia adalah orang yang beriman, ada yang mendapatkan kenikmatan di alam barzakh, ruh mereka berkeliaran di taman-taman jannah (Surga).
Seperti para syuhada’ yang meninggal berjihad di jalan Allah. Ada juga yang tidur dengan nyaman bagaikan tidurnya pengantin.
ثُمَّ يَأْمُرَانِ الأَرْضَ فَتَنْفَسحُ لَهُ سَبْعِينَ ذِرَاعًا فِي سَبْعِينَ ذِرَاعًا وَيُنَوَّرُ لَهُ فِي قَبْرِهِ وَيَقُولاَنِ لَهُ : نَمْ فَيَقُولُ : دَعُونِي أَرْجِعُ إِلَى أَهْلِي فَأُخْبِرُهُمْ فَيَقُولاَنِ لَهُ : نَمْ نَوْمَةَ الْعَرُوسِ الَّذِي لاَ يُوقِظُهُ إِلاَّ أَحَبُّ أَهْلِهِ إِلَيْهِ
“Kemudian, kedua Malaikat itu memerintahkan bumi sehingga menjadi bertambah luas (untuk orang mukmin). Diluaskan 70 hasta kali 70 hasta. Diterangi di kuburnya.
Kemudian dikatakan kepada orang mukmin itu: tidurlah. Orang tersebut berkata: Biarkan aku kembali ke keluargaku untuk mengkhabarkan (keadaanku) kepada mereka.
Kedua Malaikat itu berkata: Tidurlah seperti tidurnya pengantin, yang tidak membangunkannya kecuali anggota keluarga yang paling dicintainya.”(H.R Abu Dawud atThoyalisiy, Musaddad, Abu Bakr bin Abi Syaibah, dinyatakan sanadnya shahih oleh al-Bushiry).
Bagaimana dengan orang-orang kafir, musyrik, munafik, kaum fasiq? Apakah di kubur mereka tidur nyenyak sehingga bisa istirahat? Bukankah mereka diadzab di kuburnya?
Benar. Mereka mendapatkan adzab di kuburnya. Sementara itu, untuk orang kafir, musyrik, dan munafik akbar mereka akan terus diazab di kuburnya hingga dibangkitkan. Sebagaimana disebutkan dalam hadits:
فَلَا يَزَالُ فِيهَا مُعَذَّبًا حَتَّى يَبْعَثَهُ اللَّهُ مِنْ مَضْجَعِهِ ذَلِكَ
“Terus menerus mereka diadzab hingga Allah bangkitkan dari pembaringannya itu.” (H.R atTirmidzi).
Namun, azab kubur, dibandingkan azab nanti setelahnya yang akan mereka dapatkan setelah hari kiamat, adalah jauh lebih ringan.
Diibaratkan mereka di kuburnya ‘tidur’, untuk dibangunkan nanti mendapatkan adzab yang lebih dahsyat.
Seperti yang Allah ceritakan tentang pengikut Fir’aun yang diadzab dan ditampakkan kedudukan mereka di anNaar nanti setiap hari dua kali di alam barzakh, dan mereka akan mendapatkan adzab yang lebih dahsyat nanti setelah datang hari kiamat :
النَّارُ يُعْرَضُونَ عَلَيْهَا غُدُوًّا وَعَشِيًّا وَيَوْمَ تَقُومُ السَّاعَةُ أَدْخِلُوا آَلَ فِرْعَوْنَ أَشَدَّ الْعَذَابِ
“AnNaar ditunjukkan kepada mereka pada pagi dan petang. Dan pada hari kiamat, masukkanlah pengikut Fir’aun pada adzab yang lebih dahsyat.” (Q.S Ghofir: 46).
Imam al-Baghowy menjelaskan bahwa orang-orang kafir itu mengakui bahwa masa dibangkitkan mereka dari kubur itu adalah benar-benar sesuai yang disampaikan para Rasul dan dijanjikan Allah. Mereka baru benar-benar mengakui kebenaran itu saat sudah tidak bermanfaat lagi pengakuan mereka.
Baca Juga: Tafsir Surat Yasin Ayat 50, Tidak Mampu Memberikan Wasiat
Allah Tidak Pernah Mengingkari Janji
Ayat ini juga menunjukkan bahwa Allah tidak akan pernah menyelisihi janjinya.
Sesungguhnya seseorang yang berjanji kemudian tidak bisa menepatinya, bisa jadi karena dua hal yaitu karena dia berdusta atau karena kelemahan dia (ingin berusaha menepati, tapi apa daya tak kuasa). Dua hal ini (dusta dan kelemahan) tidak ada pada Allah.
Tidak ada yang lebih jujur dari ucapan Allah dan tidak ada yang lebih kuat dari Allah. Apabila Allah menghendaki sesuatu tiada satu pihakpun yang bisa menghalangi.
Ayat ini juga menunjukkan bahwa para Rasul telah benar-benar amanah dalam menyampaikan risalah. Mereka jujur dalam mengkhabarkan wahyu dari Allah. (Tafsir Yasin libni Utsaimin halaman 189). [Cms]