ChanelMuslim.com – Selain dalam bentuk harta, Allah juga memberikan rezeki kepada manusia berupa bertambahnya ilmu. Oleh sebab itu, sudah seharusnya sebagai Muslim, kita juga tidak hanya berikhitar mencari rezeki, tetapi juga berikhtiar dalam menuntut ilmu.
Baca Juga: Ilmu Pranikah: Karakteristik Keluarga Islami
Bertambahnya Ilmu adalah Salah Satu Rezeki
Dari Abu Kabsyah Al Anmari radhiallahu’anhu, Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
إنما الدنيا لأربعةِ نفرٍ ؛ عبدٌ رزقَه اللهُ مالًا و علمًا فهو يتَّقي فيه ربَّه ، و يصِلُ فيه رَحِمَه ، و يعلمُ للهِ فيه حقًّا ، فهذا بأفضلِ المنازلِ ، و عبدٌ رزقَه اللهُ علمًا ، و لم يرزقْه مالًا ، فهو صادقُ النَّيَّةِ ، يقولُ : لو أنَّ لي مالًا لعملتُ بعملِ فلانٍ ، فهو بنِيَّتِه ، فأجرُهما سواءٌ و عبدٌ رزقَه اللهُ مالًا ، و لم يرزقْه عِلمًا يخبِطُ في مالِه بغيرِ علمٍ ، و لا يتَّقي فيه ربَّه ، و لا يصِلُ فيه رَحِمَه ، و لا يعلمُ للهِ فيه حقًّا ، فهذا بأخبثِ المنازلِ ، و عبدٌ لم يرزقْه اللهُ مالًا و لا علمًا فهو يقولُ : لو أنَّ لي مالًا لعملتُ فيه بعملِ فلانٍ ، فهو بنيَّتِه ، فوزرُهما سواءٌ
“Dunia itu untuk 4 orang: Pertama, Hamba yang diberi rezeki oleh Allah berupa harta dan ilmu (agama), ia bertakwa kepada Allah dengan ilmu dan hartanya, ia gunakan untuk menyambung silaturahim, ia mengetahui di dalamnya terdapat hak Allah, inilah kedudukan yang paling utama.
Kedua, hamba yang diberi rezeki oleh Allah berupa ilmu (agama), tetapi tidak diberi harta. Namun niatnya tulus. Ia berkata: andai aku memiliki harta aku akan beramal seperti Fulan (nomor 1), dan ia sungguh-sungguh dengan niatnya tersebut. Maka antara mereka berdua (nomor 1 dan 2) pahalanya sama.
Ketiga, hamba yang diberi rezeki oleh Allah berupa harta, tetapi tidak diberi ilmu (agama). Ia membelanjakan hartanya tanpa ilmu, ia juga tidak bertakwa dalam menggunakan hartanya, dan tidak menyambung silaturahmi dengannya, ia juga tidak mengetahui hak Allah di dalamnya. Ini adalah seburuk-buruk kedudukan.
Keempat, hamba yang tidak diberi rezeki dan juga tidak diberi ilmu (agama). Ia pun berkata: Andai saya memiliki harta maka saya akan beramal seperti si Fulan (yang ke-3), dan ia sungguh-sungguh dengan niatnya itu, maka mereka berdua (nomor 3 dan 4) dosanya sama.” (HR. At Tirmidzi no. 2325, ia berkata: “hasan shahih”).
Baca Juga: Ulama Besar Memberi Makan Ayam ketika sedang Menyampaikan Ilmu
Penjelasan Hadits
Dilansir channel telegram Fawaid Kang Aswad, Ibnu ‘Allan rahimahullah menjelaskan: “Dalam hadits ini terdapat dalil bahwa ilmu adalah rezeki. [ia bertakwa kepada kepada Allah dengan ilmu dan hartanya], yaitu ia tidak membelanjakan hartanya dalam maksiat, bahkan ia menjauhkan dirinya dari perkara yang tidak diridhai Allah.
[ia gunakan untuk menyambung silaturahim, dan ia mengetahui di dalamnya terdapat hak Allah] baik hak Allah yang wajib ‘ain, seperti zakat, kafarah wajib, nadzar.
Atau pun hak Allah yang wajib kifayah seperti memberi makan orang yang kelaparan, memberi pakaian orang yang tidak berpakaian atau pun hak Allah yang sunnah, seperti melakukan berbagai ketaatan kepada Allah dengan hartanya.
[Inilah kedudukan yang paling utama] di surga. Karena ia memiliki ilmu dan amal, serta menunaikan kewajiban, menunaikan yang sunnah, menjauhkan diri dari yang diharamkan dan dilarang.
Ilmunya juga membimbing dia untuk ikhlas dalam melakukan itu semua dan ilmunya juga membuat ia melakukan itu semua tetap dalam koridor syari’at Allah Subhanahu” (Dalilul Falihin li Thuruq Riyadhis Shalihin, Ibnu ‘Allan Ash Shadiqi, 2/417).
Sahabat Muslim, semoga hadits di atas membuat kita makin bersyukur karena diberikan rezeki berupa ilmu dan harta. [Cms]