ChanelMuslim.com – Surat Al-Kahfi ayat 16 berisi firman Allah tentang para pemuda yang berlindung di dalam gua. Apabila mereka ingin berlindung dari kaum mereka yang musyrik, maka gua menjadi tempat berlindung yang baik bagi mereka.
Baca Juga: Tadabur Surat Al-Kahfi Ayat 15
Isi Surat Al-Kahfi Ayat 16
وَإِذِ ٱعۡتَزَلۡتُمُوهُمۡ وَمَا يَعۡبُدُونَ إِلَّا ٱللَّهَ فَأۡوُۥٓاْ إِلَى ٱلۡكَهۡفِ يَنشُرۡ لَكُمۡ رَبُّكُم مِّن رَّحۡمَتِهِۦ وَيُهَيِّئۡ لَكُم مِّنۡ أَمۡرِكُم مِّرۡفَقٗا
“Dan jika kalian (wahai para pemuda) akan menjauhi mereka (kaum musyrik) dan segala yang mereka sembah selain Allah, maka berlindunglah ke dalam sebuah gua.
Niscaya Rabb kalian akan melimpahkan rahmatNya kepada kalian dan Dia akan memudahkan urusan kalian pada hal-hal yang bermanfaat bagi kalian.”
Dilansir channel telegram TAFSIR AL-QUR’AN, Ustaz Abu Utsman Kharisman, kata mirfaqo maknanya adalah hal-hal yang bermanfaat.
Ayat ini mengisyaratkan bahwa kaum Ash-haabul Kahfi itu juga menyembah Allah.
Namun, selain menyembah Allah mereka juga menyembah berhala-berhala (lihat penjelasan Tafsir al-Baghowy –salah seorang Ulama Syafiiyyah-).
Dalam ayat ini disebutkan ucapan Ash-haabul Kahfi sebagai ucapan internal mereka bahwa jika kalian akan meninggalkan kaum musyrik dan segala yang mereka sembah selain Allah, maka berlindunglah ke dalam sebuah gua, niscaya Allah akan merahmati kalian (dengan perlindunganNya), dan Allah akan memudahkan hal-hal yang mencukupi kebutuhan kalian.
Ash-haabul Kahfi tersebut melakukan perbuatan lari (menjauh) dari fitnah, serta tidak menyandarkan pada kekuatan mereka, namun bertawakkal kepada Allah (Disarikan dari Tafsir as-Sa’di).
Salah satu bentuk ketawakkalan mereka adalah keyakinan bahwa Allah akan memudahkan segala hal yang mereka butuhkan dalam hidup, padahal di dalam gua secara asal akan sulit didapatkan hal-hal untuk bertahan hidup.
Baca Juga: Tafsir Surat Al-Kahfi Ayat 7, Perhiasan Dunia sebagai Ujian
Tidak Membawa Bekal
Mereka juga tidak membawa bekal atau peralatan yang banyak, hanya berbekal dengan uang yang dibawa. Ayat ini juga menunjukkan bahwa sikap orang beriman dalam meninggalkan kaumnya yang musyrik dan sesembahan selain Allah akan mendatangkan kelembutan dan rahmat Allah.
Hal ini sebagaimana yang terjadi pada Nabi Ibrahim alaihissalam yang meninggalkan kaumnya dan sesembahan mereka karena Allah:
فَلَمَّا اعْتَزَلَهُمْ وَمَا يَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ وَهَبْنَا لَهُ إِسْحَاقَ وَيَعْقُوبَ وَكُلّاً جَعَلْنَا نَبِيّاً وَوَهَبْنَا لَهُمْ مِنْ رَحْمَتِنَا وَجَعَلْنَا لَهُمْ لِسَانَ صِدْقٍ عَلِيّاً
“Ketika dia (Nabi Ibrahim) meninggalkan mereka dan yang mereka sembah selain Allah, Kami anugerahkan kepadanya Ishaq dan Ya’qub. Semuanya kami jadikan sebagai Nabi.
Dan kami anugerahkan bagi mereka dari rahmat Kami dan Kami jadikan untuk mereka penyebutan (pujian) yang tinggi (pada umat setelahnya)(Q.S Maryam : 49-50) [Cms]