ChanelMuslim.com – Sakaratul maut adalah kondisi dimana seseorang antara sadar dan tidak sadar, atau kondisi saat ruh dalam proses dicabut dari jasadnya.
Ustadz Isnan Ansory Lc, MA dalam pertemuan pertama seri kajian The Islamic Wellness yang diselenggarakan oleh Imanpath, menyampaikan materi mengenai fiqih menjelang kematian. (04/09)
Dalam salah satu pemaparannya ia menyebutkan tentang tindakan yang harus dilakukan oleh seseorang saat melihat kerabatnya sedang menghadapi Sakaratul Maut.
Talqin kalimat tauhid
“Tuntunlah seseorang yang akan meninggal dunia untuk mengucapkan kalimat: ‘Laa ilaaha illa Allah’” (HR. Muslim)
“Barangsiapa yang akhir dari kalimat dalam hidupnya adalah laa ilaaha illAllah, maka dia akan masuk surga” (HR. Abu Dawud)
Berkata yang baik dan menganjurkan untuk berhusnu zhan
Memposisikan badannya untuk menghadap kiblat
Imam an-Nawawi berkata adalam Minhaj ath-Thalibirr
“Muhtadhir (orang yang sedang sakaratul maut) diletakkan pada posisi kanannya dengan menghadap kiblat -menurut pendapat yang shahih-. Namun jika tidak memungkinkan karena tempatnya yang sangat sempit atau sebab lainnya, maka bisa ditelentangkan dengan menghadapkan wajah dan kedua telapa kakinya ke arah kiblat.”
Mensiwaki mulut al-muhtadhar
Membaca surah Yasin dan surah ar-Ra’du
“Bacakanlah surat Yasiin kepada orang yang akan meninggal diantara kalian” (HR. Bukhari)
“Dan dianjurkan membaca di sampingnya surat Yasin. Sebagian tabi’in juga menganjurkan membaca surat ar-Ra’du (Imam Nawawi, Raudhah ath-Thalibirr)
Baca Juga: Sakaratul Maut, Tulisan Diah Rima Ini Bikin Merinding sebagai Muslim
Lakukan Hal-Hal Berikut Saat Kerabatmu Mengalami Sakaratul Maut
Memberi Minum
Imam Ibnu Hajar al-Haitami berkata: dan disunnahkan untuk memberinya minum, bahkan dapat menjadi wajib, jika terdapat indikasi orang yang sedang sekarat sangat membutuhkannya. Seperti jika terlihat ada kesenangan pada dirinya jika dapat meminumnya.
Sebab rasa hasu sangat terasa oleh sebab sakaratul maut. Dan karena itu, syeta akan mendatanginya dengan membawa air yang segar. Dan berkata kepadanya: “Katakanlah tiada tuhan selain diriku, hingga aku memberimu minum.”
Asy-Syirwani menambahkan, “Jika al-muhtadhar berkata seperti itu, maka ia akan mati dalam kondisi tanpa ada iman pada dirinya, jika ia melakukannya dalam kondisi sadar.” (Abdul Hamid asy-Syirwani, Hasyiah ‘ala Tuhfah al-Muhtaj li al-Haitami, hlm. 3/94)
Menganjurkan ketabahan bagi keluarga al-muhtadhar
Dari Ummu Salamah bahwa ia berkata: saya mendengar Rasulullah Saw bersabdah: “Tidaklah seorang mukmin tertimpa musibah lalu ia membaca apa yang telah diperintahkan oleh Allah, ‘Innaa lillahi wainna ilaihi raaji’uun allahumma’ jurnii fii mushiibati wa akhlif li khairan minhaa (Sesungguhnya kami adalah miliki Allah dan akan kembali kepada Allah. Ya Allah, berilah kami pahala karena musibah ini dan tukarlah bagiku dengan yang lebih baik daripadanya).’ melainkan Allah menukar bagina dengan yang lebih baik.” (HR. Muslim)