KETIKA umat Islam mulai menanggalkan ajaran agamanya setahap demi setahap, Ustaz Rikza Maulan, Lc., M.Ag. menjelaskan seperti yang digambarkan dalam hadits berikut ini.
عَنْ أَبِي أُمَامَةَ الْبَاهِلِيِّ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَيُنْقَضَنَّ عُرَى الْإِسْلَامِ عُرْوَةً عُرْوَةً فَكُلَّمَا انْتَقَضَتْ عُرْوَةٌ تَشَبَّثَ النَّاسُ بِالَّتِي تَلِيهَا وَأَوَّلُهُنَّ نَقْضًا الْحُكْمُ وَآخِرُهُنَّ الصَّلَاةُ (رواه أحمد وابن حبان والطبراني)
Dari Abu Umamah Al Bahili radhiyallahu anhu, bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda: Sungguh ikatan-ikatan dari ikatan agama Islam akan terlepas sehelai demi sehelai.
Setiap kali satu ikatan terlepas, maka orang-orang berpegangan pada ikatan selanjutnya. Adapun ikatan pertama yang akan terlepas adalah ikatan al-hukmu (hukum, UU, pemerintahahan dan kekuasaan).
Dan yang terakhir kali akan terlepas adalah shalat.” (HR. Ahmad, Ibnu Hibban & At-Thabrani)
Baca Juga: Kisah Pemboikotan Nabi Muhammad dan Umat Islam
Takhrij Hadits
Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Ahmad bin Hambal dalam Musnadnya, dalam Baqi Musnad Al-Anshar, Hadits Abi Umamah Al-Bahily, hadits no 21139, juga oleh Ibnu Hibban dalam Shahihnya hadits no 6715, dan At-Thabrani dalam Al-Mu’jam Al-Kabir, hadits no 7486.
Hikmah Hadits tentang Kondisi Umat Islam
Islam merupakan ajaran agama yang telah sempurna, sebagaimana yang Allah subhanahu wa taala kehendaki ketika diturunkan kepada Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam. Kesempurnaan Islam tertuang jelas dalam Al-Qur’an ketika Allah Subhanahu wa taala berfirman:
الْيَوْمَ يَئِسَ الَّذِينَ كَفَرُواْ مِن دِينِكُمْ فَلاَ تَخْشَوْهُمْ وَاخْشَوْنِ الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الإِسْلاَمَ دِيناً
Pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku.
Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu ni`mat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu.(QS. Al-Maidah : 3)
Oleh karena itulah, Allah Subhanahu wa taala memerintahkan kepada hamba-hamba-Nya agar melaksanakan ajaran agama Islam secara sempurna.
Dengan tujuan agar manusia mendapatkan kebaikan dan kebahagiaan baik di dunia maupun di akhirat. Allah Subhanahu wa taala berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ ادْخُلُواْ فِي السِّلْمِ كَآفَّةً وَلاَ تَتَّبِعُواْ خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِينٌ ﴿٢٠٨﴾
Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhannya, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu. (QS. Al-Baqarah : 208)
Namun seiring dengan berjalannya waktu, selaras dengan perkembangan interaksi umat Islam dengan umat-umat lainnya, dan sebagai konsekuensi semakin jauhnya jarak generasi awal Islam dengan generasi-generasi berikutnya, maka muncullah pemahaman-pemahaman Islam yang mulai menanggalkan ajaran agama Islam sedikit demi sedikit.
Demikianlah gambaran yang disebutkan Nabi Shallallahu alaih wa sallam dalam hadits Abu Umamah Al-Bahily di atas, bahwa ajaran agama Islam akan terlepas sehelai demi sehelai.
Ibarat sebuah pintalan benang yang saling terikat satu dengan yang lainnya dan membentuk rangkaian yang indah, namun kemudian sehelai demi sehelai dari ikatan-ikatan yang ada pada pintalan tersebut akan terlepas seiring berjalannya waktu.
Baca Juga: Shamsi Ali Ingin Pesantrennya jadi Wajah Umat Islam Indonesia di AS
Hukum dan Perundangan Islam akan Hilang
Kemudian Nabi shallallahu alaihi wa sallam menggambarkan bahwa yang pertama kali akan terlepas dari ajaran agama Islam adalah al-hukmu, yaitu hukum, aturan, perundangan, pemerintahan dan kekuasaan.
Aspek ini adalah aspek yang pertama kali akan terlepas dari ajaran agama Islam, dimana sebagian golongan dari umat Islam akan memiliki pemahaman untuk memisahkan antara Islam dengan hukum dan pemerintahan.
Dengan istilah lainnya, akan mencul ungkapan-ungkapan “jangan bawa-bawa agama ke dalam urusan politik dan negara”, atau ungkapan lainnya yang senada, yang substansinya ingin memisahkan antara ajaran agama Islam dengan hukum dan kekuasaan.
Dalam hadits lainnya, Nabi Shallallahu alaihi wa sallam menggambarkan perihal akan terlepasnya urusan hukum, pemerintahan dan kekuasaan dengan ajaran agama adalah dalam hadits dengan redaksi lainnya sebagai berikut:
Dari Mu’adz bin Jabal radhiyallahu anhu bahwa Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda: Ketahuilah bahwasanya antara Al-Kitab (Al-Qur’an) dengan kekuasaan keduanya akan berbeda (berpisah). Maka janganlah kalian berpisah dari Al-Qur’an.
Dan ketahuilah bahwasanya kelak akan muncul para pemimpin yang akan memimpin (menetapkan hukum) bagi kalian.
Apabila kalian mentaati mereka, maka mereka akan menyesatkan kalian dan apabila kalian mengingkari mereka, maka mereka akan memerangi kalian..” (HR. Thabrani dalam Mu’jam Shaghir, hadits no 749)
Maka, fenomena sebagaimana yang digambarkan Nabi Shallallahu alaihi wa sallam mulai terlihat, yaitu munculnya pemahaman yang ingin memisahkan ajaran agama dari urusan hukum, aturan perundangan, pemerintahan dan kekuasaan dengan beragam bentuk dan warnanya.
Ada yang terang-terangan menolak Islam mencampuri usuran kekuasaan, dengan ungkapan misalnya, ‘Jangan bawa-bawa agama ke dalam urusan negara.
Ada juga yang tatarannya pada ranah kajian akademik di universitas-universitas sehingga menimbulkan pemikiran sekuler yang terpengaruh dari pemikiran barat.
Ada juga mengubah makna dan terjemahan terjemahan Al-Qur’an misalnya QS. Al-Maidah: 51 yang terjemahan awalnya larangan menjadikan Yahudi dan Nasrani sebagai pemimpin, diganti dengan larangan menjadikan Yahudi dan Nasrani sebagai teman setia.
Demikian juga dalam QS. Ali Imran: 28 yang dalam terjemahan awalnya “Janganlah orang-orang beriman menjadikan orang kafir sebagai pemimpin melainkan orang-orang beriman..”, diganti menjadi sebagai teman setia.
Fenomena terlepasnya tali agama Islam dari umat Islam sehelai demi sehelai, tidak lepas dari adanya upaya kelompok yang memusuhi Islam, yang tiada henti berusaha untuk melakukan upaya demikian, dengan segenap kekuatan tenaga yang mereka miliki.
Hal ini sebagaimana firman Allah Subhanahu wa taala:
وَلاَ يَزَالُونَ يُقَاتِلُونَكُمْ حَتَّىَ يَرُدُّوكُمْ عَن دِينِكُمْ إِنِ اسْتَطَاعُواْ وَمَن يَرْتَدِدْ مِنكُمْ عَن دِينِهِ فَيَمُتْ وَهُوَ كَافِرٌ فَأُوْلَـئِكَ حَبِطَتْ أَعْمَالُهُمْ فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ وَأُوْلَـئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ ﴿٢١٧﴾
Dan mereka tidak henti-hentinya memerangi kamu sampai mereka (dapat) mengembalikan kamu dari agamamu (kepada kekafiran), seandainya mereka sanggup.
Barangsiapa yang murtad di antara kamu dari agamanya, lalu dia mati dalam kekafiran, maka mereka itulah yang sia-sia amalannya di dunia dan di akhirat, dan mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya. (QS. Al-Baqarah : 217)
Maka, sebagai hamba-hamba Allah yang berupaya untuk mendapatkan keridhaan-Nya, dan sebagai umat Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam yang mudah-mudahan kita termasuk orang-orang yang kelak mendapatkan syafaat beliau.
Hendaknya kita berusaha untuk mengamalkan ajaran agama Islam secara benar dan kafah, sesuai dengan ajaran yang termaktub dalam Al-Qur’an dan Sunnah, serta sebagaimana yang dijelaskan oleh para ulama-ulama umat Islam.
Mudah-mudahan Allah berikan taufik dan hidayah-Nya kepada kita semua, dan kita bisa istiqamah menjadi seorang hamba yang kaafah hingga kelak ketika Allah Subhanahu wa taala memanggil kita. Amiin ya Rabbal Alamiin.
Wallahu a’lam.[ind]