TAUBATNYA orang-orang munafik dalam Surat At-Taubah dijelaskan oleh K.H. Aunur Rafiq Saleh Tamhid, Lc. Sekalipun ulah dan kejahatan orang-orang munafik sangat membahayakan kaum muslimin, tetapi mereka juga tetap memiliki kesempatan bertaubat.
Di antara sebab munculnya berbagai fenonena kemunafikan adalah tidak adanya niat baik dan kemauan yang kuat untuk berbuat baik di dalam hati mereka.
Firman Allah:
وَلَوْ اَرَا دُوْا الْخُـرُوْجَ لَاَ عَدُّوْا لَهٗ عُدَّةً وَّلٰـكِنْ كَرِهَ اللّٰهُ انْبِۢعَا ثَهُمْ فَثَبَّطَهُمْ وَقِيْلَ اقْعُدُوْا مَعَ الْقٰعِدِيْنَ
“Dan jika mereka mau berangkat, niscaya mereka menyiapkan persiapan untuk keberangkatan itu, tetapi Allah tidak menyukai keberangkatan mereka,
maka Dia melemahkan keinginan mereka, dan dikatakan (kepada mereka), Tinggallah kamu bersama orang-orang yang tinggal itu.” (QS. At-Taubah: 46)
Krisis kemauan baik ini lah di antaranya yang memicu berbagai penyakit di dalam hati lalu mereka melakukan berbagai manuver dan tipu daya terhadap orang-orang beriman.
Baca Juga: Taubatnya Orang-orang yang Labil dalam Surat At-Taubah
Taubatnya Orang-orang Munafik dalam Surat At-Taubah
Di antara penyakit hati itu seperti bergerak atas dasar kepentingan materi dan beralasan tidak mampu jika terlalu berat resiko atau perjuangan yang dihadapi (ayat 42),
mencari-cari alasan dusta untuk tidak ikut berjuang bersama kaum muslimin (ayat 44-45), lemah kemauan (ayat 46), merusak atau mengacaukan barisan dakwah (ayat 47),
memutarbalikkan fakta kebenaran (ayat 48), senang melihat kekalahan kaum muslimin (50), pengecut (ayat 57), suka mencibir orang yang berkontribusi kepada dakwah,
merasa senang bila mendapat “kue” perjuangan dan marah bila tidak diberi (ayat 58), suka menyakiti atau menyerang pemimpin dakwah (ayat 61),
menghalangi dakwah, mengajak keluar dari barisan dakwah dan tidak bisa bertahan lama dalam bergabung dengan perjuangan dakwah (al-Ahzab 18).
Ayat ini (46) patut menjadi renungan mendalam bagi orang-orang beriman.
Karena tidak adanya kemauan baik di dalam hati ini, bila dibiarkan dan ditutup-tutupi dengan berbagai kebohongan dan mencari-cari alasan untuk tidak mau berjuang, maka Allah akan menghukumnya dengan:
“Allah tidak menyukai keberangkatan mereka”, “melemahkan keinginan mereka”, dan “dikatakan (kepada mereka), tinggallah kamu bersama orang-orang yang tinggal”.
“Allah tidak menyukai keberangkatan mereka”, yakni Allah tidak menyukai keterlibatan mereka di dalam dakwah lalu diberi kesibukan, bisnis, kedudukan, popularitas,
masalah kehidupan, jabatan dan lainnya yang bisa menjauhkan mereka dari dakwah atau perjuangan. Agar barisan dakwah terbersihkan dari berbagai unsur perusak.
Bila keadaan itu tidak segera disadari dan ditaubati, bisa jadi mereka makin jauh dari dakwah dan perjuangan hingga tidak bisa kembali, karena penyakit mereka sudah sampai pada stadium,
“Dikatakan (kepada mereka), Tinggallah kamu bersama orang-orang yang tinggal”.
Sebagaimana iman bisa bertambah dan berkurang, demikian pula kemunafikan juga bisa bertambah dan berkurang.
Bila ditaubati dengan serius, bisa sembuh total dan kembali menjadi orang beriman.
Firman Allah:
فَإِن يَتُوبُوا يَكُ خَيْرًا لَّهُمْ ۖ
“Maka, jika mereka bertaubat, itu adalah lebih baik bagi mereka”. (at-Taubah: 74)
Bila “dipelihara” terus, bisa makin menguat bahkan mencapai kekafiran sebagaimana disebutkan dalam firman Allah:
ۗ هُمْ لِلْكُفْرِ يَوْمَئِذٍ اَقْرَبُ مِنْهُمْ لِلْاِ يْمَا نِ ۚ يَقُوْلُوْنَ بِاَ فْوَاهِهِمْ مَّا لَيْسَ فِيْ قُلُوْبِهِمْ ۗ وَا للّٰهُ اَعْلَمُ بِمَا يَكْتُمُوْنَ
“…Mereka pada hari itu lebih dekat kepada kekafiran daripada keimanan. Mereka mengatakan dengan mulutnya apa yang tidak sesuai dengan isi hatinya.
Dan Allah lebih mengetahui apa yang mereka sembunyikan.” (QS. Ali ‘Imran: 167)
وَمَا مَنَعَهُمْ اَنْ تُقْبَلَ مِنْهُمْ نَفَقٰتُهُمْ اِلَّاۤ اَنَّهُمْ كَفَرُوْا بِا للّٰهِ وَبِرَسُوْلِهٖ وَلَا يَأْتُوْنَ الصَّلٰوةَ اِلَّا وَهُمْ كُسَا لٰى وَلَا يُنْفِقُوْنَ اِلَّا وَهُمْ كٰرِهُوْنَ
“Dan yang menghalang-halangi infak mereka untuk diterima adalah karena mereka kafir (ingkar) kepada Allah dan Rasul-Nya dan mereka tidak melaksanakan sholat,
melainkan dengan malas dan tidak (pula) menginfakkan (harta) mereka, melainkan dengan rasa enggan (terpaksa).” (QS. At-Taubah: 54)
Langkah pertama bagi orang munafiq untuk bertaubat adalah membersihkan hatinya dari niat buruk terhadap Islam dan kaum muslimin, berhenti dari mencari-cari alasan dusta,
dan menguatkan kemauan mereka untuk berbuat baik. Kemudian menguatkan iman, terurama iman kepada Allah dan Hari Akhir, di samping keluar dari lingkungan yang menyuburkan kemunafikan.[ind]
(bersambung)