TAUBATNYA orang-orang beriman dijelaskan oleh Ustaz K.H. Aunur Rafiq Saleh Tamhid, Lc. dalam Tadabbur Surat At-Taubah berikut ini.
Yaitu jenis taubat yang lain, bukan taubat dari maksiat dan dosa yang biasa.
Yakni taubat dari tidak mau aktif berdakwah atau malas dan enggan berjuang membela Islam.
Terutama bagi mereka yang pernah aktif berdakwah lalu berhenti atau tawaqquf (pause). Dalam dakwah tidak ada istilah “pensiun” atau tawaqquf.
قُلْ اِنْ كَا نَ اٰبَآ ؤُكُمْ وَاَ بْنَآ ؤُكُمْ وَاِ خْوَا نُكُمْ وَاَ زْوَا جُكُمْ وَعَشِيْرَتُكُمْ وَ اَمْوَا لُ ٱِ قْتَرَفْتُمُوْهَا وَتِجَا رَةٌ تَخْشَوْنَ كَسَا دَهَا وَ مَسٰكِنُ تَرْضَوْنَهَاۤ اَحَبَّ اِلَيْكُمْ مِّنَ اللّٰهِ وَرَسُوْلِهٖ وَ جِهَا دٍ فِيْ سَبِيْلِهٖ فَتَرَ بَّصُوْا حَتّٰى يَأْتِيَ اللّٰهُ بِاَ مْرِهٖ ۗ وَا للّٰهُ لَا يَهْدِى الْقَوْمَ الْفٰسِقِيْنَ
“Katakanlah, Jika bapak-bapakmu, anak-anakmu, saudara-saudaramu, istri-istrimu, keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perdagangan yang kamu khawatirkan kerugiannya,
dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya serta berjihad di jalan-Nya,
maka tunggulah sampai Allah memberikan keputusan-Nya. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik.” (QS. At-Taubah: 24)
Ayat ini menyebutkan 8 hal yang boleh dilakukan tetapi diperingatkan agar tidak menjadi sebab terjauhkan dari Allah dan dari berjuang membela agama Allah.
Ini berarti urusan Allah atau dakwah ilallah harus menjadi tugas utama dalam kehidupan.
Apapun pekerjaan dan profesinya, baik sebagai guru, dosen, dokter, pengusaha dan lannya, harus tetap melaksanakan tugas utama ini. Mengajak manusia ke jalan Allah.
Seorang muslim tidak hanya berkewajiban melaksanakan agama Allah dalam kehidupannya, tetapi juga berkewajiban berjuang membela agama-Nya.
Baca Juga: Taubatnya Orang-orang Musyrik dalam Surat At-Taubah
Taubatnya Orang-orang Beriman dalam Surat At-Taubah
Disebutkan pula agar kaum muslimin bertaubat dari membanggakan jumlah dan kekuatan, tanpa bersandar kepada pertolongan Allah dalam berjuang membela Islam:
لَـقَدْ نَصَرَكُمُ اللّٰهُ فِيْ مَوَا طِنَ كَثِيْرَةٍ ۙ وَّيَوْمَ حُنَيْنٍ ۙ اِذْ اَعْجَبَـتْكُمْ كَثْرَتُكُمْ فَلَمْ تُغْنِ عَنْكُمْ شَيْئًـا وَّضَا قَتْ عَلَيْكُمُ الْاَ رْضُ بِمَا رَحُبَتْ ثُمَّ وَلَّـيْتُمْ مُّدْبِرِ يْنَ
“Sungguh, Allah telah menolong kamu (mukminin) di banyak medan perang, dan (ingatlah) Perang Hunain, ketika jumlahmu yang besar itu membanggakan kamu,
tetapi (jumlah yang banyak itu) sama sekali tidak berguna bagimu, dan Bumi yang luas itu terasa sempit bagimu, kemudian kamu berbalik ke belakang dan lari tunggang-langgang.” (QS. At-Taubah: 25)
Kesalahan ini harus ditaubati, karena itu disampaikan ayat berikut ini:
ثُمَّ يَتُوْبُ اللّٰهُ مِنْۢ بَعْدِ ذٰلِكَ عَلٰى مَنْ يَّشَآءُ ۗ وَا للّٰهُ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ
“Setelah itu Allah menerima tobat orang yang Dia kehendaki. Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.” (QS. At-Taubah 9: Ayat 27)
Surat ini mengajak orang-orang beriman sekali lagi agar bertaubat dari keengganan berjuang membela Islam. Bahkan di ayat 38 diisyaratkan bahwa sikap buruk ini memerlukan taubat yang serius:
يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مَا لَـكُمْ اِذَا قِيْلَ لَـكُمُ انْفِرُوْا فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ اثَّا قَلْـتُمْ اِلَى الْاَ رْضِ ۗ اَرَضِيْتُمْ بِا لْحَيٰوةِ الدُّنْيَا مِنَ الْاٰ خِرَةِ ۚ فَمَا مَتَا عُ الْحَيٰوةِ الدُّنْيَا فِى الْاٰ خِرَةِ اِلَّا قَلِيْلٌ
“Wahai orang-orang yang beriman! Mengapa apabila dikatakan kepada kamu, Berangkatlah (untuk berperang) di jalan Allah, kamu merasa berat dan ingin tinggal di tempatmu?
Apakah kamu lebih menyenangi kehidupan di dunia daripada kehidupan di akhirat? Padahal kenikmatan hidup di dunia ini (dibandingkan dengan kehidupan) di akhirat hanyalah sedikit.” (QS. At-Taubah: 38)
Teguran dan celaan ini disampaikan agak halus tetapi di ayat berikutnya disampaikan dengan bahasa yang sangat keras:
اِلَّا تَـنْفِرُوْا يُعَذِّبْكُمْ عَذَا بًا اَلِيْمًا ۙ وَّيَسْتَبْدِلْ قَوْمًا غَيْرَكُمْ وَلَا تَضُرُّوْهُ شَيْئًــا ۗ وَا للّٰهُ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ
“Jika kamu tidak berangkat (untuk berperang), niscaya Allah akan menghukum kamu dengan azab yang pedih dan menggantikan kamu dengan kaum yang lain,
dan kamu tidak akan merugikan-Nya sedikit pun. Dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (QS. At-Taubah: 39)
Ayat ini memperingatkan adanya proses penggantian (istibdal) dengan komunitas lain bila mereka tetap tidak mau aktif berdakwah dan berjuang membela agama Allah.
Benarlah ungkapan yang mengatakan, sejatinya kita yang memerlukan dakwah bukan dakwah memerlukan kita.
Berdakwah dan berjuang membela agama Allah merupakan tanggung jawab semua orang beriman, yang kaya atau pun miskin, yang kuat atau pun lemah, laki-laki atau pun perempuan.
Semuanya harus terlibat di dalamnya:
اِنْفِرُوْا خِفَا فًا وَّثِقَا لًا وَّجَاهِدُوْا بِاَ مْوَا لِكُمْ وَاَ نْفُسِكُمْ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ ۗ ذٰ لِكُمْ خَيْرٌ لَّـكُمْ اِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُوْنَ
“Berangkatlah kamu baik dengan rasa ringan maupun dengan rasa berat, dan berjihadlah dengan harta dan jiwamu di jalan Allah. Yang demikian itu adalah lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.” (QS. At-Taubah: 41)
Kalimat, “dengan rasa ringan maupun berat”, mengisyaratkan tidak seorang pun punya alasan untuk tidak terlibat dalam perjuangan membela agama Allah. Masing-masing sesuai kemampuannya.
Karena itu, Nabi Shallallahu alaihi wa sallam mengajari para dai agar segera memfungsikan setiap muslim untuk berpartisipasi mendukung dakwah Islam dengan apa saja yang bisa dilakukannya, sekalipun baru masuk Islam.
Pada masa Nabi Shallallahu alaihi wa sallam bahkan ada seorang sahabat bernama Amru bin Tsabit masuk Islam di saat Nabi Shallallahu alaihi wa sallam sedang melakukan perang di Uhud
lalu orang itu langsung ikut berperang bersama Nabi saw dan terbunuh syahid hingga ada yang berkomentar, “dia mati syahid sekalipun belum pernah shalat satu rakaat pun”.
Baru masuk Islam setengah hari lalu ikut berperang dan mendapat karunia mati syahid.
Untuk berjuang membela Islam tidak harus menunggu menjadi ulama, orang pintar, kaya atau sempurna terlebih dahulu baru ikut berjuang membela Islam.
Karena berkontribusi dalam perjuangan membela Islam bisa dilakukan oleh semua orang Islam, masing-masing sesuai kapasitas dan kemampuannya. Yang penting punya kemauan kuat dan keikhlasan.[ind]
(Bersambung)