ChanelMuslim.com – Surat Al-Kahfi ayat 8 menjelaskan lanjutan dari ayat 7 terkait perhiasan di bumi. Semua perhiasan itu nantinya akan dijadikan oleh Allah menjadi lenyap. Oleh sebab itu, hal ini tentunya menjadi pengingat kita agar tidak terlalu mengejar hal tersebut, sehingga membuat lalai dalam mengingat Allah.
Baca Juga: Tafsir Surat Al-Kahfi Ayat 7, Perhiasan Dunia sebagai Ujian
Isi Surat Al-Kahfi Ayat 8
وَإِنَّا لَجَٰعِلُونَ مَا عَلَيۡهَا صَعِيدٗا جُرُزًا
“Dan sesungguhnya Kami akan menjadikan apa yang ada di atasnya (bumi) adalah tanah yang kering (tandus).”
Dilansir channel telegram TAFSIR AL-QUR’AN, Ustaz Abu Utsman Kharisman, Allah menjelaskan dalam ayat ini bahwa setelah sebelumnya Allah perindah apa yang ada di atas bumi.
Allah akan jadikan bumi sebagai tanah yang tandus kering, segala perhiasan itu akan lenyap binasa tak berbekas.
Syaikh Abdurrahman as-Sa’di rahimahullah menyatakan, bumi akan menjadi tanah yang tandus, telah pergi kelezatan yang ada padanya. Terputuslah sungai-sungainya.
Telah larut (sirna) bekas-bekasnya. Hilang kenikmatan-kenikmatannya. Inilah hakikat dunia.
Allah telah menerangkannya kepada kita (dengan sangat jelas) seakan-akan kita melihatnya dengan mata kepala (langsung).
Allah memperingatkan kita agar tidak tertipu dengannya. Allah berikan motivasi kepada kita kepada kampung yang akan kekal kenikmatannya, yang berbahagia penghuninya.
Semua itu adalah sebagai bentuk kasih sayang-Nya kepada kita.
Orang-orang yang melihat kepada dzhahir/ lahiriah dunia bukan kepada batinnya, akan terperdaya dengan perhiasan dan keindahannya.
Oleh sebab itu, ia akan hidup di dunia bagaikan hidupnya binatang ternak. Ia nikmati dunia bagaikan hewan-hewan menikmatinya. Mereka tidak memperhatikan hak Rabbnya, tidak peduli akan pengenalan terhadap-Nya.
Baca Juga: Keutamaan Surat Al Kahfi
Ambisi Mereka Mengikuti Keinginan
Hal ini justru ambisi mereka untuk mengikuti keinginan (syahwat/ hawa nafsu), dengan berbagai segi yang bisa dicapai, dalam berbagai keadaan yang bisa didapat.
Orang-orang tersebut jika menjelang meninggal dunia, ia sangat bersedih karena dzatnya (dunianya) telah runtuh, telah terlewatkan kesenangan-kesenangannya, bukan karena menyesali kekurangtaatan ataupun (banyaknya) dosa-dosa.
Sedangkan itu, barangsiapa yang melihat kepada batin dunia, ia akan mengetahui tujuan (dari penciptaan) dunia dan dirinya.
Ia ambil bagian dari dunia (sekadar) mampu menolong dia melakukan (tujuan) penciptaannya (beribadah). Ia gunakan kesempatan dalam usianya yang mulia.
Ia jadikan dunia bagian tempat tinggal persinggahan (sementara), bukan tempat (mengumbar) kegembiraan, (ia jadikan dunia) sebagai tempat safar, bukan tempat menetap.
Oleh sebab itu, ia kerahkan segenap upayanya untuk mengenal Rabbnya, menjalankan perintah-Nya, memperbaiki amalannya.
Hal ini adalah sebaik-sebaik kedudukan di sisi Allah. Ia berhak mendapatkan segenap pemulyaan dan kenikmatan, kegembiraan dan penghormatan.
Orang semacam ini melihat kepada batin dunia, saat orang-orang lain yang terperdaya melihat kepada dzhahir dunia.
Orang-orang ini beramal untuk akhiratnya, saat para penganggur bekerja untuk dunianya, maka sungguh jauh (perbandingan) antara 2 kelompok itu, sungguh berbeda 2 pihak itu (Taysiir Kariimir Rohmaan fii Tafsiiri Kalaamil Mannaan). [Cms]