ChanelMuslim.com – Surat Al-Fatihah ayat 4 membahas terkait yang menguasai hari pembalasan. Berdasarkan tafsir At-Tabari, apsbila dibaca Maliki yaumiddin maka tafsirnya adalah hanya Allah penguasa di hari pembalasan.
Tidak satu pun makhluk memiliki kekuasaan saat itu walaupun di dunia, mereka adalah raja-raja adikuasa.
Baca Juga: Samudera Al-Fatihah oleh Bey Arifin
Tafsir Surat Al-Fatihah Ayat 4, Pemilik Hari Pembalasan
Dikutip dari channel telegram TAFSIR AL-QUR’AN, seperti firman Allah, (pada) hari mereka keluar (dari kubur) tiada suatu pun dari keadaan mereka yang tersembunyi bagi Allah.
(Lalu Allah berfirman), “Kepunyaan siapakah kerajaan pada hari ini?’ kepunyaan Allah yang Maha Esa lagi Maha Mengalahkan. (QS Gafir 40: 16)
Jika ayat tersebut dibaca Maliki yaumiddin maka tafsirnya adalah hanya Allah Pemilik hari pembalasan, tidak satu pun yang memiliki kewenangan untuk memerintah kecuali Dia.
Dan jika ayat tersebut dibaca’ Malika’ yaumiddin, maka tafsirnya, hamba yang membaca ayat ini memanggil, wahai yang Maha Memiliki Hari Pembalasan. At-Tabari sendiri lebih memilih qira’at pertama karena maknanya lebih komprehensif.
Adapun Yaumiddin tafsirnya adalah tentang hari penghisaban seluruh makhluk, hari kiamat, hari ketika Allah membalas amal hamba-hamba-Nya, dan hari ketika manusia diberi balasan sesuai perhitungan amalnya.
(Tafsir At-Tabari Jilid I, 2001: 149-159).
Sementara itu, tafsir Ibnu Katsir menjelaskan bahwa ayat ini disebutkan bahwa Allah adalah penguasa hari Kiamat.
Penyebutan penguasaan atas hari kiamat secara khusus di sini tidak menafikan kekuasaan-Nya atas selain hari Kiamat.
Hal itu karena telah disebutkan sebelumnya bahwa Allah adalah Tuhan seluruh alam yang mencakup semua kekuasaan yang ada di dunia dan akhirat.
Adapun penyebutan secara khusus kata ‘hari Kiamat’ disebabkan pada hari Kiamat itu tidak seorang pun dapat mengakui suatu hal, bahkan untuk berbicara saja tidak ada yang berhak melakukannya, kecuali atas izin Allah.
Mengenai ayat Maliki yaumiddin’ ini, Dahhak meriwayatkan bahwa Ibnu ‘Abbas menafsirkan ayat ini dengan mengatakan bahwa pada hari Kiamat itu tidak ada seorang pun yang memiliki hukum ataupun kekuasaan sebagaimana pernah dimilikinya ketika di dunia.
Yaumiddin adalah hari pembalasan bagi seluruh amalan makhluk, yaitu hari kiamat. Semua makhluk akan dibalas sesuai amal perbuatan mereka. Jika perbuatan mereka baik maka akan dibalas dengan kebaikan, sedangkan jika perbuatan mereka buruk maka akan dibalas dengan keburukan, kecuali jika ia mendapatkan ampunan dari Allah.
Pendapat ini juga telah disebutkan oleh para sahabat, tabi’in, dan ulama-ulama salaf. Kata -Din- berarti balasan atau penghitungan.
Rasulullah bersabda sebagai berikut. “Orang yang kuat adalah orang yang mampu mengukur (menghitung) dirinya dan beramal untuk kehidupan setelah mati.” (HR Ibnu Majah), (Al-Misbah Al-Munir fi Tahzib Tafsir Ibnu Kasir, 19-20). [Cms]