SURAH Al-Hujurat ayat 13 terlantun dalam perhelatan akbar sepakbola Piala Dunia 2022 di Qatar. Ayat ini dibacakan oleh seorang hafiz Al-Qur’an penyandang disabilitas asal Qatar, Ghanim Al-Muftah, dan didampingi oleh Morgan Freeman, aktor asal Amerika Serikat.
Opening ceremony Piala Dunia 2022 dengan lantunan Surah Al-Hujurat ayat 13 ini menjadi salah satu keunikan di ajang bergensi dunia tersebut.
Pasalnya Surah Al-Hujurat ayat 13 mengandung pesan-pesan kepada seluruh umat manusia tidak terbatas bangsa maupun sukunya untuk saling mengenal dan berlaku baik.
يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَٰكُم مِّن ذَكَرٍ وَأُنثَىٰ وَجَعَلْنَٰكُمْ شُعُوبًا وَقَبَآئِلَ لِتَعَارَفُوٓا۟ ۚ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ ٱللَّهِ أَتْقَىٰكُمْ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal.
Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.
Baca Juga: Piala Dunia FIFA 2022, Qatar Membuka Kembali Museum Seni Islam
Makna Surah Al-Hujurat Ayat 13 yang Dilantunkan oleh Ghanim Al-Muftah di Ajang Piala Dunia 2022
Dalam kitab Tafsir An-Nabulsi karya Dr. Muhammad Ratib An-Nabulsi mengatakan bahwa ayat tersebut memberikan pesan kepada seluruh manusia untuk tidak berlaku menyombongkan diri sehingga merasa lebih baik daripada yang lain sehingga tidak saling membutuhkan.
Allah menciptakan manusia dari dua jenis kelamin, laki-laki dan perempuan, bukan untuk saling menyaingi dan memusuhi namun untuk saling mengenal dan bekerjasama sesuai dengan potensi yang telah diberikan kepada masing-masing dari keduanya.
Demikian Allah menciptakan manusia berbangsa dan bersuku-suku dengan warna kulit yang beragama serta bentuk tubuh yang bervariasi bukan untuk saling merendahkan satu sama lain.
Karena perbedaan-perbedaan itu bukan sebagai tolak ukuran kemuliaan di sisi Allah.
Hanya satu ukuran yang Allah tetapkan sebagai syarat seseorang atau suatu bangsa itu mulia yaitu Takwa.
Manusia yang baik adalah yang menjadikan satu tolak ukur ini untuk mencapai kemuliaannya di sisi Allah.
Bukan menjadi masalah jika ia miskin, kaya, kuat, lemah, sempurna fisik, disbilitas, kulit hitam, kulit putih dan lain sebagainya. Karena Allah dengan syariat Islam yang dibuat-Nya tidak pernah menjadikan kriteria-kriteria tersebut untuk menimbang ketaatan hamba-Nya.
Ayat ini juga mengajarkan kepada kita bahwa kemuliaan berupa takwa ini bisa diraih dengan cara hidup bermasyarakat.
Keberagaman yang dimiliki antar suku dan bangsa, baik dari segi bahasa, karakter, adat istiadat, kekayaan alam, perbedaan iklim dan lain sebagainya untuk menciptakan ketergantungan satu sama lain sehingga mewujudkan keharmonisan antar manusia.
Ada bangsa yang memiliki teknologi yang canggih, ada pula bangsa yang memiliki energi dan kekayaan alam melimpah.
Allah mendistribusikan kekayaan alam di satu bangsa, menganugrahkan banyak kecerdasan di bangsa lain, demikian beragam kelebihan dari masing-masing makhluknya agar satu sama lain saling membutuhkan.
Kelebihan dan kekurangan yang dimiliki oleh masing-masing suku dan bangsa untuk membangun kepedulian dan kolaborasi bukan saling menindas dan mengeksploitasi.
Demikian ayat ini mengajak seluruh manusia untuk saling berbuat baik dengan saling mengenal dan bahu membahu dengan adil dan bijaksana. [Ln]