ChanelMuslim.com – Selain pada makhluk hidup, kepada makananpun ada adabnya. Makanan adalah pemberian dari Allah, oleh karena itu tidak sepatutnya kita berbuat semaunya terhadap makanan yang ada dihadapan kita. Berkaitan dengan adab terhadap makanan ini ada haditsnya:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ مَا عَابَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ طَعَامًا قَطُّ كَانَ إِذَا اشْتَهَى شَيْئًا أَكَلَهُ وَإِنْ كَرِهَهُ تَرَكَه (رواه مسلم)
Dari Abu Hurairah ra berkata, “Bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sama sekali tidak pernah mencela makanan apapun. Apabila beliau menyukai suatu makanan, beliau memakannya, dan apabila beliau tidak menyukainya, maka beliau membiarkannya saja.” (HR. Muslim, hadits no 3844)
Baca Juga: Mengatasi Anak yang Pilih-pilih Makanan
Hadits Adab Terhadap Makanan
Hikmah Hadits:
1. Bahwa diantara adab dan etika dalam makan dan minum dalam Islam adalah tidak mencela makanan yang telah dihidangkan dihadapan kita, kendatipun kita tidak menyukai makanan tersebut.
Inilah adab dan etika yang Rasulullah Saw ajarkan dan contohkan kepada kita. Karena setiap butir makanan yang dihidangkan pada dasarnya adalah anugrah dan nikmat dari Allah Swt yang patut kita syukuri dan kita nikmati.
2. Bahkan dalam riwayat lainnya Nabi Saw mencontohkan kepada kita, dimana suatu ketika beliau pulang ke rumah dalam kondisi lapar. Lalu dihidangkanlah makanan oleh salah seorang istri beliau dengan lauk hanya cuka saja. Maka ketika dihidangkan makanan tersebut beliau bersabda, ‘Sebaik-baik lauk adalah cuka, sebaik-baik lauk adalah cuka.’ (HR. Muslim).
Masya Allah, betapa luhurnya akhlak dan budi pekerti beliau, yang bahkan terhadap makanan yang disajikanpun, beliau sikapi dengan etika yang baik, kendatipun hanya lauk cuka yg dihidangkan di hadapan beliau.
3. Namun dalam hal kita tidak terlalu menyukai makanan yang telah dihidangkan, maka yang terbaik adalah
a. Kita tetap mensyukurinya,
b Memakannya dengan baik,
c. Memuji makanan tersebut sebagai nikmat dan karunia dari Allah Swt,
d. Menyebut nama Allah Swt ketika memakannya,
e. Kemudian makan menggunakan tangan kanan,
f. Mengakhirinya dengan membaca hamdalah,
g. Tidak tabdzir (membuang-buang makanan).
h. Jikapun tidak berselera , maka biarkanlah makanan tersebut tetap berada di wadahnya, tidak perlu dicela, tidak perlu di pegang-pegang, atau disingkirkan dari hadapan kita. Karena bagaimanapun setiap makanan yang terhidang adalah bagian dari nikmat Allah Swt yang harus senantiasa kita syukuri.
Wallahu A’lam
Pemateri: Ustadz Rikza Maulan, Lc., M.Ag