APA arti marhaban yaa Ramadan? Kita sering mendengar ungkapan ini, tapi apakah makna sesungguhnya dari perkataan ini? Ustaz K.H. Iman Santoso, Lc., M.EI. menjelaskan mengenai hal ini.
Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
“Siapa yang puasa Ramadan karena iman dan mengharapkan pahala, akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (Bukhari)
Marhaban Yaa Ramadan artinya menyambut bulan Ramadan dengan hati terbuka, lapang dada, senang dan penuh suka cita, seperti menyambut tamu agung.
Dengan begitu, ia akan menyiapkan segala segala sesuatunya dengan baik dan optimal.
Karena Ramadan datang setahun sekali dengan segala kebaikan yang akan diraih orang beriman. Semakin baik persiapan menyambutnya, maka semakin optimal dalam mengisi bulan Ramadan.
Ibadah inti dan utama di bulan Ramadan adalah menunaikan puasa Ramadan sebulan penuh, yang merupakan rukun Islam keempat.
Baca Juga: Mam Fifi: Marhaban Ya Ramadan untuk Semua Keluarga Muslim
Arti Marhaban Yaa Ramadan
Allah Ta’ala berfirman:
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (Al-Baqarah: 183)
Pelajaran dari ayat ini adalah:
1. Kewajiban berpuasa untuk orang beriman, dan ciri khas orang beriman adalah puasa Ramadan.
2. Ibadah puasa adalah ibadah yang memiliki sejarah sudah lama, diwajibkan kepada umat terdahulu, umatnya Nabi Musa alaihis salam disyariatkan puasa, demikian juga umat Nabi Isa alaihis salam.
Bahkan Imam Suyuti dalam kitabnya Al-Wasail menjelaskan bahwa Nabi Adam alaihis salam juga sudah puasa, yaitu tiga hari dalam sebulan.
3. Visi atau tujuan utama puasa yaitu mengantarkan orang beriman sampai ke derajat taqwa.
Sedangkan hadis: “Siapa yang puasa Ramadan karena iman dan mengharapkan pahala, akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.“ (Bukhari)
Ibnu Hajar mengatakan bahwa yang dimaksud dengan al-iman adalah meyakini kewajiban puasa Ramadan. Sedangkan al-ihtisab yaitu mengharapkan pahala dari Allah Ta’ala.
Bulan Ramadan adalah momentum untuk berlomba dalam ibadah dan amal shalih dengan penuh keyakinan dan mengharap pahala dari Allah Subhanahu wa taala dari mulai hari pertama dan malam pertama, karena demikian mulia dan berkahnya bulan Ramadan.
Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
إذا كان أولُ ليلةٍ من شهرِ رمضانَ صُفِّدَتِ الشياطينُ ومَرَدةُ الجنِّ ، وغُلِّقتْ أبوابُ النارِ فلم يُفتحْ منها بابٌ ، وفُتِّحَتْ أبوابُ الجنةِ فلم يُغلقْ منها بابٌ ، ويُنادي منادٍ كلَّ ليلةٍ : يا باغيَ الخيرِ أقبلْ ، ويا باغيَ الشرِّ أقْصرْ ، وللهِ عتقاءُ من النارِ ، وذلك كلَّ ليلة
“Jika telah datang awal malam bulan Ramadan, diikatlah para setan dan jin-jin yang jahat, ditutup pintu -pintu neraka, tidak ada satu pintupun yang dibuka,
dan dibukalah pintu-pintu surga, tidak ada satu pintu pun yang tertutup, berseru seorang penyeru:
Wahai orang yang ingin kebaikan lakukanlah, wahai orang yang ingin kejelekan kurangilah. Dan bagi Allah membebaskan sejumlah orang dari neraka. Hal itu terjadi pada setiap malam.” (Tirmidzi dan Ibnu Majah)
Sebelum Ramadan, kita harus menyiapkan untuk ibadah dengan baik, persiapan hati dengan banyak beristighfar dan taubat, supaya hati kita bersih dan kuat.
Persiapan pikiran dengan menyiapkan ilmu terkait ibadah Ramadan. Persiapan fisik, supaya sehat dan mampu menunaikan ibadah Ramadan dengan optimal.
Persiapan harta supaya tidak terganggu dalam ibadah dan waktunya habis untuk mencari harta, termasuk persiapan memasuki 10 terakhir dan hari raya. Wallahu a’lam bis-shawab.[ind]