ADIL menjadi kunci penting berjaya suatu tatanan masyarakat, karena dengan adil dekat kepada taqwa. Saat seluruh lapisan masyakat diperlakukan dengan adil maka buahnya adalah kesejahteraan.
وَلَا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَـَٔانُ قَوْمٍ عَلَىٰٓ أَلَّا تَعْدِلُوا۟ ۚ ٱعْدِلُوا۟ هُوَ أَقْرَبُ لِلتَّقْوَىٰ
“Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa.” (QS. Al Maidah: 8)
Penjelasan:
Artinya janganlah kebencian kalian terhadap suatu menjadikan kalian berlaku tidak adil kepada mereka. Berlakulah adil kepada semua orang, baik terhadap teman sendiri atau terhadap musuh.
Dan oleh karena itu Dia berfirman, “Berlaku adillah karena itu lebih dekat kepada taqwa. Sebab berlaku adil itu lebih mendekatkan kalian kepada ketaqwaan daripada berlaku tidak adil.”
Firman-Nya, “Karena adil itu lebih dekat kepada taqwa”, ayat ini menggunakan kata kerja yang memiliki makna lebih, dimana di sisi lain tidak ada perbandingannya, sama seperti yang terdapat dalam firman-Nya:
أَصْحَابُ الْجَنَّةِ يَوْمَئِذٍ خَيْرٌ مُسْتَقَرًّا وَأَحْسَنُ مَقِيلًا
“Penghuni-penghuni surga pada hari itu paling baik tempat tinggalnya dan paling indah tempat istirahatnya.” (QS. Al Furqon: 24), demikian dijelaskan dalam tafsir “Ibnu Katsir”.
Baca Juga: Alasan Surat At-Taubah Tidak Diawali dengan Basmallah
Al-Maidah Ayat 8, Adil itu Dekat kepada Taqwa
Buya Hamka menafsirkan tentang makna ayat, “Berlaku adillah, itulah yang akan mendekatkan dirimu kepada taqwa”, dengan sebuah ungkapan yang indah,
“Keadilan adalah pintu yang terdekat kepada taqwa, sedang rasa benci adalah membawa jauh dari Allah. Apabila kamu telah dapat menegakkan keadilan, jiwamu sendiri akan merasai kemenangan yang tiada taranya dan akan membawa martabatmu naik di sisi manusia dan di sisi Allah. Lawan adil adalah zhalim dan zhalim adalah salah satu dari puncak maksiat kepada Allah. Maksiat akan menyebabkan jiwa merumuk dan merana.”
Sayyiq Qutub berkata, “Tidak ada aqidah atau sistem di muka bumi ini yang bisa menjamin keadilan mutlak bagi musuh-musuh yang dibenci, sebagaimana jaminan keadilan yang diberikan oleh agama ini kepada mereka; ketika agama ini menyeru orang-orang beriman agar menegakkan kebenaran karena Allah dalam perkara ini dan berinteraksi dengannya seraya melepaskan.”
Inilah keadilan yang dibangun oleh Islam, yaitu keadilan yang berdiri diatas nilai-nilai yang benar bukan berdasarkan suka atau tidak suka.
Sebab jika keadilan sudah berasaskan suka dan tidak, maka ketika itu hukum akan menjadi alat untuk menindas orang-orang yang susah dan tidak punya uang.
Ia seperti pisau, tajam ke bawah dan tumpul ke atas. Lihatlah bagaimana tegasnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Andai Fatimah binti Muhammad mencuri, pasti akan ku potong tangannya.”
Keadilan itu tajam dan berat untuk ditegakkan namun ia tidak pernah memenggal orang-orang yang tidak bersalah, maka tegakkanlah keadilan walau langit akan runtuh.
Keadilan bukan hanya perlu dijalankan tetapi ia perlu ditampakkan agar terlihat di jalan, sehingga mereka yang melakukannya merasa bangga dan mereka yang melakukan kezhaliman perlahan akan tersingkir.
Keadilan harus dijalankan dengan kebijaksanaan karena keduanya seperti dua sisi mata uang yang tidak terpisahkan.
Keadilan bukan hanya huruf yang tertulis dalam undang-undang, tetapi ia harus diterpatri dalam hati seorang hakim kemudian diterjemahkan dalam putusan-putusannya.
Ketahuilah tidak ada keadilan kecuali dalam kebenaran dan tidak ada kebenaran kecuali dalam keadilan.
Berikut penulis cantumkan beberapa tentang makna keadilan menurut para tokoh, semoga semakin menguatkan pemahaman kita tentang ayat ini.
“Adil ialah menimbang yang sama berat, menyalahkan yang salah dan membenarkan yang benar, mengembalikan hak yang empunya dan jangan berlaku zalim di atasnya. Berani menegakkan keadilan, walau mengenai diri sendiri, adalah puncak segala keberanian.” – Buya Hamka
“Keadilan tidak ada kaitannya dengan apa yang terjadi dalam ruang sidang. Keadilan adalah apa yang keluar dari ruang sidang itu.” – Clarence Darrow.
“Keadilan, kebenaran, kebebasan, itulah pangkal dari kebahagiaan.” – Plato.
“Keadilan jadi barang sukar, ketika hukum hanya tegak pada yang bayar.” – Najwa Shihab.
“Seorang pemimpin bukan meminta keadilan, tetapi memastikan keadilan.” – Mario Teguh.
Pemateri: Ustaz Faisal Kunhi M.A