Setelah menghafal al-Quran kita mengenal istilah Muraja’ah yaitu melakukan pengulangan agar hafalan tidak hilang akibat lupa. Murajaah hafalan ini memiliki lima level berdasarkan tingkat kesulitan yang dirasakan oleh para penghafal al-Quran.
Pembagian ini berdasarkan yang disampaikan oleh Slamet Setiawan, S.H.I, yaitu sebagai berikut:
1. Murojaah perjuangan
Yaitu murojaah hafalan yang baru hafal dan belum masuk zona aman. Belum bisa ditunda dalam kurun waktu 24 jam. Masih perlu diulang-ulang.
Baca Juga: Kisah Seseorang yang Kuat Hafalannya
5 Level Murajaah Hafalan
Ini perlu perjuangan keras, karena ada kalanya hafalan tersebut lupa hanya karena tertindih beberapa ayat berikutnya. Karenanya harus dimurajaah sesegera mungkin. Sebelum benar-benar tertindih dan tak bisa bangkit lagi.
Lalu hafalan yg menindihpun akan tertindih pula ketika kita memurajaah yang tadi tertindih. Dan terus akan saling menindih antara hafalan yang satu dengan yang lainnya. Sebelum akhirnya menjadi satu hafalan yang utuh.
Seringkali untuk membuat hafalan yang utuh tersebut seorang penghafal Al-Quran harus menyetop produksi hafalan baru beberapa saat. Disinilah saya sering mengatakan kepada para penghafal untuk membatasi target hariannya, agar dia mempunyai waktu untuk mengutuhkan hafalannya.
Dan ketika hafalannya sudah utuh pun dia masih punya kewajiban untuk terus mengulang-ulang hafalannya sebelum berlalu 24 jam. Lalu bisa ditunda 2 hari, lalu ditunda 3 hari, lalu ditunda 1 minggu dan begitu seterusnya, sampai hafalannya benar-benar mantap, karena ini adalah level muroja’ah perjuangan.
2. Murojaah harapan
Yaitu murojaah hafalan yang sudah masuk zona aman, akan tetapi belum mutqin. Biasanya dilakukan sambil melihat mushaf Al-Quran. saya menyebutnya dengan murojaah memperlambat lupa.
Karena hafalan yang belum mutqin apabila di murojaah sambil melihat mushaf menyebabkan hafalan yang sudah masuk melalui mata ke dalam hati akan keluar lagi melalui mata ke dalam mushaf. Apa yang dilihatnya tidak akan menambah ingatannya.
Karena ingatan yang sudah ada akan mengganggu pemotretan huruf-huruf dalam mushaf oleh mata. Yang terjadi hanya menyesuaikan ingatan yang remang-remang dengan apa yang dilihatnya sepintas dari mushaf, Yakni sebenarnya hafalannya akan lupa pada akhirnya tapi diperlambat dengan murojaah melihat mushaf. Tapi ini sangat bagus apabila hafalannya dihafalkan kembali sebelum benar-benar lupa.
3. Murojaah pertahanan
Yaitu murojaah hafalan yang sudah mutqin untuk menjaga dan mempertahankannya. Murojaah dilakukan dengan tanpa melihat mushaf. Dan tanpa memperhatikan kualitasnya. Biasanya temponya cepat yang penting target muroja’ahnya tercapai.
Misalkan punya hafalan 15 Juz dan zona amannya selama 3 hari maka dia harus membaca 5 juz perhari. tapi ini tidak dapat menambah kualitas hafalan tapi juga tidak menguranginya. Jika hafalannya punya nilai 70 maka tidak akan bertambah 80 ataupun berkurang jadi 60.
4. Murojaah menguatkan
Yaitu murojaah hafalan yang sudah mutqin untuk menjadi lebih mutqin, bukan sekedar mempertahankan hafalan. Biasanya dibaca dengan memperhatikan kualitas bacaannya serta mengecek hafalannya melalui mushaf dengan cara sekali membaca tanpa mushaf kemudian mengulanginya dengan melihat mushaf.
Terutama pada halaman-halaman atau ayat-ayat yang dia sering keliru sehingga dia menjadi yakin akan hafalannya. Bagi yang setiap hari terbiasa murojaah tanpa melihat mushaf biasanya hafalannya akan menjadi membibir. Dimana dia bisa membaca hafalan dengan tanpa berpikir.
5. Murojaah menikmati lezatnya Al-Quran
Murojaah di level ini sudah tidak lagi memperhatikan target-target dan kualitasnya. Karena mereka yang sudah sampai pada level ini terfokus pada memproduksi makna-makna yang terkandung di dalam Al-Quran.
Bisa saja mereka muroja’ah dalam sehari hanya mengulang-ulang ayat-ayat tertentu atau bahkan membabi-buta menghatamkan Al-Quran dalam waktu singkat.
Bahkan di dalam At-Tibyan Fi Adabi Hamalatil Qur’an, Imam An-Nawawi mengatakan bahwa banyak generasi salaf yang mampu mengharamkan Al-Quran hanya dalam waktu 1 rakaat shalat saja.
Dan di level manapun kita murojaah akan terasa nikmat dan indah apabila kita meniatkan murojaah kita untuk lebih dekat berinteraksi dengan Al-Quran dan mengikhlaskan niat kita untuk Allah subhanahu wa ta’ala.
Wallahu a’lam. [Ln]