SEBELUM menikah, calon pengantin harus mempersiapkan hal berikut agar rumah tangga yang akan dibangunnya langgeng dan harmonis.
Motivator dari Rumah Pintar Aisha, Randy Ariyanto W. menjelaskan bahwa bagi pasangan yang baru menikah, minimal ada 3 hal yang perlu disiapkan.
Pertama, menyamakan visi keluarga.
Suami istri perlu menyepakati visi keluarga. Mau dibawa ke mana keluarga mereka. Sepakatilah dan tetapkanlah tujuan akhir dari keluarga tersebut. Visi yang disepakati itu harus meliputi visi dunia dan juga visi akhirat.
Untuk visi akhirat, coba buat visi masuk surga sekeluarga.
Jadi tetapkan tujuan dalam berumah tangga ini untuk mendapatkan ridho Allah, rahmat dan kasih sayang-Nya sehingga Allah menempatkan keluarga ini di surga-Nya dan menjauhkan dari neraka-Nya.
Jadi visi akhiratnya adalah masuk surga sekeluarga.
“(yaitu) syurga ‘Adn yang mereka masuk ke dalamnya bersama-sama dengan orang-orang yang saleh dari bapak-bapaknya, isteri-isterinya dan anak cucunya, sedang malaikat-malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu” (Q.S. Ar-Ra’d: 23).
Rumusnya, jika ingin mudah dan cepat meraih surga maka biasakan melakukan amalan yang merupakan kunci-kunci pintu surga di antaranya di surga ada pintu sholat, pintu puasa, pintu sedekah.
Misalnya, jika ingin masuk surga melalui pintu sedekah maka keluarga itu harus menghidupkan gemar sedekah termasuk mendidik anak-anaknya agar gemar sedekah.
Jika ingin masuk surga melalui pintu puasa, maka keluarga itu harus rajin-rajin berpuasa. Jika ingin masuk melalui pintu sholat maka sholat ditingkatkan lagi kuantitas dan kualitasnya.
Sholat wajib tidak boleh ketinggalan dan berusaha tepat waktu di masjid, sedangkan sholat sunah rajin dikerjakan serta berusaha tidak ketinggalan sholat malam dan sholat dhuha setiap harinya.
Bagi calon Ayah nih, ayolah Ayah, jadilah teladan, inspirator dan motivator untuk istri dan anak-anakmu agar mampu meraih surga sekeluarga.
Tidak cukup bervisi untuk masuk surga sekeluarga, tetapi harus berkomitmen serta didukung dengan kebiasaan yang baik dan difasilitasi berbagai macam alat dan aktivitas.
Gandeng tangan istri dan anakmu menuju surga-Nya. Teruslah berjuang untuk mimpimu masuk surga sekeluarga, terus kapan istirahatnya, sampai tubuhmu tertanam dalam tanah.
Aamiinkan ya Ayah, Bunda semoga kita kelak dipanggil dengan panggilan ini:
“Masuklah ke dalam surga-Ku” (QS. Al Fajr: 30).
Setelah menentukan visi akhirat lalu tentukan visi keluarga di dunia. Apa tujuan akhir dari keluarga ini. Bagaimana keluarga ini mampu memberikan banyak manfaat kepada orang lain.
Bagaimana keluarga ini bisa membantu, menolong orang lain yang kesusahan, bisa membahagiakan orang lain.
Diskusikan dan sepakati bagaimana caranya agar keluarga ini bisa menjadi keluarga yang banyak memberi manfaat bagi banyak orang.
Apakah keluarga ini akan memberi manfaat dengan harta benda, dengan ilmu, keahlian atau dengan kekuasaan.
Jadilah manusia yang terbaik yakni manusia yang paling bermanfaat bagi manusia yang lainnya.
“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia” (HR. Ahmad, ath-Thabrani).
Visi selanjutnya yang harus ditetapkan adalah visi pengasuhan.
Visi pengasuhan itu untuk menjawab pertanyaan ini, tujuan akhir pengasuhan itu agar kelak anak kita jadi seperti apa.
Apakah anak kita kelak akan menjadi seorang ulama yang alim, hafizh Qur’an yang ilmu-ilmunya menjadi perantara hidayah Allah.
Apakah anak kita akan menjadi pemimpin hebat dan sholeh, menjadi kepala daerah, gubernur, menteri yang kebijakannya bermanfaat bagi banyak orang.
Apakah anak kita kelak menjadi seorang dokter sekaligus pembicara nasional yang dengan ilmunya banyak menolong dan memberi manfaat bagi banyak orang.
Apakah anak kita kelak menjadi seorang pengusaha sukses yang dengan kekayaannya ia mampu membangun 99 masjid, mendirikan pesantren, rumah tahfidz, rumah yatim,
banyak memberi makan orang yang berbuka puasa, konsisten menyantuni anak yatim dan dhuafa.
Rumuskan visi pengasuhanmu wahai calon Ayah Bunda dan berusahalah konsisten untuk mewujudkannya.
Baca Juga: 5 Perawatan Pranikah Bagi Calon Pengantin Pria
Sebelum Menikah, Calon Pengantin Harus Mempersiapkan Hal Berikut agar Rumah Tangga Harmonis
Kedua, mengenal karakter pasangan.
Setelah diskusi menetapkan visi keluarga baik visi akhirat maupun visi dunia serta visi pengasuhan maka langkah selanjutnya adalah belajar mengenal pasangan dan beradaptasi dengan karakter pasangan.
Ayah, Bunda harus mengenal pasangannya, mulai dari apa yang pasangan sukai dan tidak, makanan apa yang menjadi favoritnya dan makanan apa yang ia tidak suka.
Siapa saja teman yang ia sukai dan tidak, bagaimana karakter keluarganya. Bagaimana kultur keluarganya, watak ayah ibunya serta saudara-sudaranya.
Lalu perlu juga mengenali bahasa cinta apa yang dominan dalam diri pasangan.
Ayah Bunda, ada 5 bahasa cinta. Masing-masing orang memiliki bahasa cinta yang berbeda dan mereka juga memiliki bahasa cinta yang paling dominan.
Apa saja itu, pertama suka sekali diberi hadiah, kedua suka sekali dipuji. Kalau laki-laki biasanya suka sekali diberi kata-kata motivasi, semangat.
Suka sekali apa yang dilakukan dipuji, didukung dan dibenarkan. Sedangkan kalau perempuan suka sekali dipuji kecantikannya, baju yang bagus, tubuh yang ideal dsb.
Lalu yang ketiga adalah sentuhan fisik. Ada orang yang suka sekali dipeluk, dikelonin pasangan, dipegang tangannya, bersentuhan kulit dsb. Kalau laki-laki bisa juga suka ditepuk di bahu.
Kemudian yang keempat adalah pasangannya selalu ada waktu untuknya, menemaninya makan, menemaninya pergi, ngobrol berdua dsb.
Yang terakhir adalah pasangan yang suka sekali jika pasangannya melayani dia seperti mengambilkan minum, membukakan pintu, menyiapkan pakaian, menyiapkan makanan dsb.
Nah kenali bahasa cinta pasangan lalu lakukan lebih banyak sesuai bahasa cintanya.
Lalu kenali juga saat pasangan marah apa yang harus dilakukan. Tanya pasangannya saat ia marah apa yang harus dilakukan.
Misalnya bagi istri kalau marah suaminya diam saja, dengerin lalu kalau sudah selesai marahnya istrinya minta dipeluk dan diperhatikan.
Sedangkan suami kalau marah minta istrinya membiarkan ia sendiri untuk beberapa waktu. Jadi masing-masing pasangan tahu apa yang harus dilakukan saat pasangannya marah.
Dalam mengenali pasangan ini tidak bisa selesai dalam satu malam ya, tetapi butuh proses panjang bahkan bisa jadi sampai akhir hayat kita perlu terus belajar mengenali hal-hal baru dari pasangan kita.
Baca Juga: Pentingnya Pendidikan Pranikah dari Orangtua
Ketiga, belajar beradaptasi dengan pasangan.
Setelah tahap mengenali yang membuat kita tahu kondisi pasangan, apa yang ia suka dan tidak, dan bagaimana menyikapinya setelah itu tahap selanjutnya adalah kita perlu belajar beradaptasi dengan pasangan.
Beradaptasi saat kita ngobrol dengan pasangan, beradaptasi saat menghadapi pasangan yang marah, saat bertemu dengan mertua, saat bertemu keluarga besarnya.
Jadi intinya adalah kenali pasangan kita, seringlah ngobrol dan bertanya hal apapun, sehingga kita akan banyak tahu dan mengenal lebih dalam pasangan kita.
Lalu kita harus mulai beradaptasi dengan apa yang menjadi keinginan pasangan.
Bagi pengantin yang baru menikah, konsepnya adalah bukan menuntut untuk dibahagiakan tetapi berusahalah saling memberi kebahagiaan.
Bukan istri menuntut suami untuk membahagiakannya atau sebaliknya, bukan saling menuntut tetapi saling memberi kebahagiaan.
Istri membahagiakan suami dan suami membahagiakan istri. Saat masing-masing pasangan saling memberi kebahagiaan maka insha Allah pernikahan akan langgeng.
Wahai suami katakan pada diri sendiri, bagaimana saya sebagai suami bisa sesuai yang diharapan istri.
Sedangkan istri juga demikian bagaimana saya sebagai seorang istri sesuai dengan harapan suami. Jangan saya sebagai suami, istri yang harus menyesuaikan suami.
Konsepnya tidak seperti itu. Jika masih menggunakan konsep itu maka kita akan lelah, capek, stres karena kita menunggu pasangan berubah sesuai dengan keinginan kita.
Yang ketiga yang harus disiapkan adalah bersiap untuk menjadi ayah, menjadi ibu dan bersiap untuk mendidik anak. Bagaimana cara menyiapkannya yakni dengan banyak belajar ilmu parenting.[ind]