ChanelMuslim.com – Rumah tangga abadi itu seperti pohon yang setiap komponennya memiliki peran dan fungsi masing-masing yang saling berkaitan. Hal itu disampaikan oleh Ketua Tim Penggerak PKK Kota Sukabumi Hj. Fitri Hayati Fahmi, S.Ag., M.MPd.
“Akarnya adalah kasih sayang, batangnya adalah keterbukaan, rantingnya adalah saling percaya, dedaunannya adalah kesetiaan, bunganya adalah kerinduan, buahnya adalah rasa damai di jiwa sakinah, mawadah, warohmah,” ujar Fitri Hayati, Kamis (18/2/2021) dalam Kuliah Wakaf Salman ITB bertema Ketahanan Rumah Tangga yang digelar secara virtual.
Menurut, Fitri, memperjuangkan rumah tangga berarti menguatkan faktor-faktor ketahanannya, ada nilai-nilai keluarga yang harus dijalankan sesuai fungsinya.
Penguatan ketahanan keluarga harus terus dilakukan apalagi pada masa pandemi seperti saat ini. Banyak keluarga yang terguncang, baik dari sisi ekonomi, akidah, maupun akhlak,
Hj. Fitri Hayati Fahmi, S.Ag., M.M.Pd menyebutkan, menurut UU No. 52 Tahun 2009 Bab 1 Pasal 1 ayat 6 bahwa keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri suami istri, atau suami, istri dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya. Adapun ciri-ciri keluarga yang memiliki ketahanan, meliputi ketahanan fisik, ketahanan sosial, dan ketahanan psikologis.
“Ketahanan keluarga mencerminkan ketahanan fisik, yaitu terpenuhinya kebutuhan keluarga seperti pangan, sandang, perumahan, pendidikan dan kesehatan, dan terbebas dari masalah ekonomi,” kata Fitri Hayati Fahmi.
Ketahanan sosial, lanjut Fitri, apabila keluarga berorientasi nilai agama, komunikasi berlangsung efektif, dan komitmen keluarga tinggi. Pembagian peran terjadi dalam keluarga, begitu pula dukungan untuk saling maju, dan waktu kebersamaan keluarga, membina hubungan sosial dan mekanisme penanggulangan masalah.
Kemudian ketahanan psikologis, apabila keluarga mampu menanggulangi masalah non fisik, pengendalian emosi secara positif, konsep diri positif termasuk terhadap harapan dan kepuasan dan kepedulian suami terhadap istri.
Fitri mengungkapkan bahwa ketahanan keluarga selain didukung oleh upaya pemerintah dan negara, pada dasarnya, ketahanan keluarga itu termasuk intrinsik integratif, yaitu agama memandang konsep ketahanan keluarga.
Ia juga menjabarkan 5 fungsi keluarga yaitu sebagai berikut.
Pertama, fungsi masjid artinya bahwa di dalam setiap keluarga itu memiliki imam. Sejatinya, peran ayah menjadi imam dan pemimpin bagi istri dan anak-anaknya, apapun jabatannya, berapapun penghasilannya, tetap suami menjadi imam.
Fungsi keluarga yang kedua adalah fungsi sekolah.
“Kurikulum terbaik yang harus ditanamkan kepada anak-anak adalah kurikulum yang diajarkan oleh agama kita,” paparnya.
Sekolah sebagai tempat untuk mengembangkan proses interaksi dan belajar yang paling utama.
“Yang harus ditanamkan adalah tauhid dan akidah yaitu tempat pertama ditanamkannya nilai-nilai ini melalui keluarga. Bagi anak, agama dalam keluarga merupakan identitas bagi dirinya,” ujar Fitri.
Keluarga juga tempat untuk saling mengingatkan. Amar ma’ruf nahi munkar. Syaikh al-Utsaimin mengatakan:
“Janganlah salah seorang dari kalian di tengah-tengah keluarganya seperti orang yang tidak ada. Tidak mengarahkan mereka dengan kebaikan dan bimbingan serta melarang mereka dari kejelekan dan kerusakan.”
Keluarga adalah tempat menegakkan sesuatu yang benar dan menjauhi larangan-Nya.
Menurut Fitri, fungsi keluarga berikutnya adalah benteng agama. Agama merupakan kebutuhan dasar manusia dan merupakan pertahanan serangan dari berbagai virus yang dapat menyerang ke sendi-sendi keluarga.
Keluarga akan mengajarkan setiap anggotanya untuk melaksakan hak dan kewajibannya sebagai seorang muslim, beribadah dengan keyakinan kepada Allah swt.
Fungsi keempat, adalah rumah sakit. Jadikanlah rumah tempat untuk pulang yang memberikan perlindungan sebagia tempat bernaung bagi setiap anggota keluarga di dalamnya.
“Fungsi rumah sakit, artinya istri harus menjadi dokter untuk jiwa anak dan keluarganya, maka kesehatan bagi seorang ibu penting,” ujarnya.
Keluarga juga merupakan pelabuhan. Keluarga adalah sebaik-baiknya tempat kembali. Ketika lelah dan letih menyapa dalam perjalanan, maka keluarga menjadi pelabuhan terakhir. Keluarga yang baik adalah keluarga yang dapat menjadi wadah ideal untuk menciptakan suasana cinta dan kasih sayang.
“Ke mana pun dan di mana pun pasangan kita pergi, rumah itu harus menjadi pelabuhan bagi fisik mereka. Keluarga harus menjadi tempat untuk pulang,” tutupnya.[ind/Walidah]