KESUCIAN Cinta adalah refleksi cinta dari Arsal Sjah, orang yang selalu belajar mencintai. Baginya, pernikahan itu bukan sekadar ikatan cinta, tapi mengikat cinta dalam kesucian cinta-Nya.
Pernikahan itu bukan hanya sekadar tentang cinta dan mengikat cinta, tetapi mengikat cinta dalam kesucian cinta-Nya yang wujudnya adalah ta’abbud.
Itulah sebabnya, selepas akad nikah, saat seorang lelaki dan perempuan yang sebelumnya bukan mahrom bersama dalam satu kamar, maka yang pertama kali disunnahkan adalah shalat sunnah dua rakaat bersama.
Lalu, berdoa bersama. Sang suami lalu mencium kening sang istri disertai doa harapan pada-Nya.
Baca Juga: Menikah tapi Hati Tidak Ridho
Kesucian Cinta
Karena semata cinta takkan mampu untuk menjaga dan mengamankan biduk hingga sampai pada pulau harapan (surga).
Bahkan, doa seorang lelaki di malam pengantin yang diaminkan perempuan yang baru saja diikatnya dalam akad itu semakin menegaskan bahwa pernikahan adalah tentang orientasi ta’abbudiyah bukan selainnya.
“Allahummajma’ bainana, maa jama’ta fii khoiron, wa FARRIQ BAINANA MAA FARRAQTA ILAA KHOIRIN”
Ya Allah, kumpulkanlah di antara kami apa yang telah engkau kumpulkan dalam kebaikan, dan pisahkanlah di antara kami apa yang engkau pisahkan untuk kebaikan.
Doa Pengantin
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia mengatakan bahwa jika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ingin memberikan ucapan selamat pada seseorang yang telah menikah, beliau mendoakan,
بَارَكَ اللَّهُ لَكَ وَبَارَكَ عَلَيْكَ وَجَمَعَ بَيْنَكُمَا فِى خَيْرٍ
“Semoga Allah memberkahimu ketika bahagia dan ketika susah dan mengumpulkan kalian berdua dalam kebaikan.”
(HR. Abu Daud, no. 2130; Tirmidzi, no. 1091. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih)
Ada dua kalimat penting dalam Doa Pengantin di atas memohon berkah ketika bahagia dan ketika susah dan mengumpulkan pengantin dalam kebaikan.
Sahabat Muslim, yuk terus belajar mencintai dalam ta’abudiyah kepada-Nya.[ind]