ANAK perempuan memiliki hak untuk memilih calon pendamping hidupnya tanpa ada paksaan dari kedua orangtuanya atau walinya. Ia harus dimintai pendapat terlebih dahulu sebelum dinikahkan dengan seorang laki-laki. Ini telah disabdakan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu menuturkan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
لاَ تُنْكَحُ اْلأَيِّمُ حَتَّى تُسْتَأْمَرَ وَلاَ تُنْكَحُ الْبِكْرُ حَتَّى تُسْتَأْذَنَ
“Janda tidak boleh dinikahkan sehingga dia diminta perintahnya, dan gadis tidak dinikahkan sehingga diminta izinnya.” (H.R. Bukhari dan Muslim)
Pada hadis di atas jelas bahwa, baik janda maupun gadis memiliki hak untuk memilih seorang suami. Dalam sebuah riwayat dikisahkan, Abdullah bin Umar menuturkan, “Utsman bin Mazh’un meninggal dunia.
Baca Juga: Sebelum Menikah, Calon Pengantin Harus Mempersiapkan Hal Berikut agar Rumah Tangga Harmonis
Anak Perempuan Memiliki Hak untuk Memilih Calon Pendamping Hidupnya
Ia meninggalkan seorang anak perempuan dan istrinya bernama Khaulah binti Hakim bin Haritsah bin Auqash. Sebelum meninggal, ia berwasiat kepada saudaranya, Qudahamh bin Mazh’un, untuk memelihara anak perempuannya tersebut.
Sedangkan Utsman dan Qudamah adalah pamanku (Abdullah bin Umar). Lalu aku menemui Qudamah bin Mazh’un untuk meminang anak perempuan itu, dan ia pun menikahkanku.
Sementara itu, Mughirah bin Syu’bah telah menemui ibunya dan dengan hartanya berhasil mengambil hati sang ibu untuk menjadikannya menantu.
Tentu saja sang anak tidak bisa menentang kehendak ibunya. Qudamah dan ibu anak perempuan itupun berselisih dan tak ada yang mau mengalah.
Oleh sebab itu, mereka pun mengadukannya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Qudamah berkata, “Wahai Rasulullah! Anak perempuan saudaraku ini telah diserahkan oleh mendiang ayahnya kepadaku untuk kujaga dan ku pelihara. Dan aku telah menikahkannya dengan anak bibinya sendiri yaitu Abdullah bin Umar. Namun ibunya berkehendak lain, dan anak itu tidak mau membantah keinginan ibunya.”
Rasulullah bersabda, “Anak perempuan itu adalah anak yatim. Janganlah kalian menikahkannya tanpa mendapatkan persetujuan darinya.” Maka mereka pun mengambil dariku, setelah aku memilikinya. Akhirnya ia dinikahkan dengan Mughirah bin Syu’bah.”
Dari kasus di atas sebagai contoh bahwa seorang perempuan tidak boleh dipaksakan untuk menikah dengan laki-laki yang tidak ia inginkan.