AYAH Bunda, sering kita dengar sikap buruk orangtua yang sering menghina anak. Seorang ayah atau ibu yang bersikap buruk terhadap anak-anaknya.
Misalnya memberi julukan yang buruk ketika anak melakukan kesalahan bahkan pada saat pertama kali membuat kesalahan.
Sekali saja mereka berbohong, maka ia sudah dipanggil sebagai pendusta. Jika sekali saja ia mengambil permen adiknya, ia sudah dipanggil sebagai pencuri.
Jika sekali saja ia menolak perintah kita untuk mengambilkan minum, ia sudah panggil sebagai pemalas. Orangtua menghinanya di depan saudaranya bahkan pada kesalahan pertamanya.
Memberi julukan yang hina dan mencela kepada anak itu merupakan salah satu faktor yang menyebabkan anak memandang dirinya hina dan tercela.
Selain itu, membuat anak memandang orang lain dengan penuh kebencian, benci, penuh prasangka. Ia juga akan semakin sering melarikan diri dari kenyataan hidup dan tanggung jawab yang harus ia jalani.
Dari sinilah kita bisa melihat hasil dari pendidikan yang rusak dan penuh perlakuan yang kejam dari orangtua.
Bagaimana kita bisa mengharapkan anak-anak yang memiliki ketaatan, kehormatan, keberanian, keistiqomahan dan sekaligus kasih sayang dalam dirinya,
jika kita menanamkan benih-benih kebencian, kedurhakaan dan penyimpangan dalam diri mereka sedari kecil.
Baca Juga: Dampak Parenting yang Buruk Pada Anak
Sikap Buruk Orangtua yang Sering Menghina Anak Menyebabkan Anak Memandang Rendah Dirinya
Sesungguhnya Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam telah mengajarkan kepada kita bagaimana menangani kenakalan anak dengan lemah lembut.
Mu’awiyah bin Hakam as Silmi radhiyallahu anhu berkata, “Ketika aku shalat bersama Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam tiba-tiba salah seorang di antara mereka bersin.
Kemudian aku berkata kepadanya, “Semoga Allah memberikan rahmat kepadamu.”
Mereka melemparkan pandangan kepadaku, lalu aku berkata lagi, “Mengapa kalian memandang aku?”
Kemudian mereka memukulkan tangan mereka ke paha mereka. Setelah aku melihat mereka menyuruhku diam, maka aku diam.
Ketika Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam selesai dari shalatnya beliau memanggilku. Demi bapak dan ibuku, aku tidak pernah melihat seorang guru yang cara mengajarnya lebih baik dari pada beliau.
Dan demi Allah, beliau tidak berlaku kasar terhadapku, tidak memukulku, dan tidak pula mencelaku, tetapi beliau bersabda,
“Sesungguhnya di dalam shalat ini tidak boleh ada sedikit pun perkataan manusia, selain dari pada tasbih, takbir, dan bacaan Al qur’an.”
(HR. Muslim)
Ketika anak melakukan kesalahan, yang sebaiknya Ayah Bunda lakukan adalah dengan memberi peringatan yang halus dan lembut.
Jelaskan kesalahan-kesalahan anak dengan argumentasi yang dapat membuat dia tersadar dan segera meninggalkan kesalahannya.
Jika kita ingin membuatnya jera dengan memberi peringatan keras, maka jangan lakukan itu di depan orang banyak. [Maya Agustiana/ind]