ChanelMuslim.com – Renungan dalam mendidik remaja. Ayah Bunda, tulisan ini adalah sebuah renungan untuk diri saya juga sebagai orang tua.
Ayah, Bunda coba tengok anak remajamu. Sudah usia berapa dia saat ini. Sudah mencapai apa dia saat ini. Sudah jadi apa dia saat ini.
Abdullah bin Abbas menjadi staf ahli di pemerintahan Umar bin Khattab di usia 15 tahun. Usamah bin Zaid menjadi panglima perang melawan tentara Romania dan menang di usia 18 tahun.
Ibnu khaldun menjadi ilmuwan yang penting bagi peradapan di usia 18 tahun. Umar bin Abdul Aziz menjadi Gubernur Madinah di usia 20 tahun. Muhammad Al Fatih menjadi penakluk Konstatinopel di usia 22 tahun dll.
Baca Juga: 4 Dukungan Oki Setiana Dewi dalam Mendidik Anak
Renungan dalam Mendidik Remaja
Coba perhatikan dengan anak kita. Di usia yang sama, anak kita sudah mencapai apa? Apakah masih sibuk keluyuran bersama teman-temannya. Apakah masih hobi bermain game sampai lupa waktu. Atau masih melakukan aktivitas yang tidak produktif dan membuang-buang waktu.
Coba perhatikan baik-baik, hal-hal yang banyak orang menganggap kecil tapi sebenarnya hal yang paling mendasar.
Bagaimana sholat subuhnya wahai Ayah. Apakah mereka sudah mandiri, bangun sendiri dan berangkat sendiri ke masjid untuk sholat subuh. Atau mereka selalu kesiangan bahkan jangan-jangan mereka tidak pernah sholat subuh.
Bagaimana sholat wajibnya wahai Bunda, apakah mereka bergegas berangkat ke masjid saat mendengar azan tiba atau mereka suka menunda-nunda bahkan tidak pernah sholat.
Coba perhatikan Bun waktu subuh, apa yang mereka lakukan, apakah membaca Al-Qur’an, dzikir pagi atau masih pulas di atas kasur.
Perhatikan juga kata-kata yang sering mereka ucapkan, apakah kata-kata yang baik atau kata-kata yang kotor.
Bagi anak putri, di usianya yang sudah remaja, apakah ia sudah benar berhijab atau masih suka-suka dia bahkan belum mengenakan hijab.
Baca Juga: Ibu Bahagia Kunci Mendidik Anak pada Masa Pandemi
Orangtua Tidak Bisa Menjamin Kesholehan Anak
Mungkin Ayah dan Bunda berpikir, wajarlah namanya juga anak remaja. Kalau belum serius menjalankan agama, ya namanya juga anak-anak nanti kalau sudah dewasa juga akan sholat, juga akan berjilbab.
Benar Bun, apakah Bunda bisa menjamin. Bunda, syariat Allah itu wajib bagi yang sudah baligh. Tidak ada bedanya di hadapan Allah apakah ia masih remaja, sudah dewasa atau sudah menjadi orang tua.
Saat mereka sudah baligh mereka sudah harus menjalankan kewajiban dan larangan. Mereka sudah mendapatkan dosa dan pahala dari setiap perbuatannya.
Jika mereka melakukan kesalahan maka mereka akan mendapatkan dosa sebagaimana orang yang sudah dewasa.
Sudah tidak ada lagi pemakluman sebagaimana dulu saat mereka masih anak-anak. Mereka sudah sama dengan orang dewasa, sudah diberi kewajiban menjalankan syariat agama.
Jadi jangan anggap remeh anak yang selalu telat sholat subuh apalagi tidak pernah sholat subuh. Jangan menjadi pemakluman karena mereka masih remaja. Ini berbahaya Bun.
Baca Juga: 4 Bekal dalam Mendidik Anak
Kisah Anak yang Menuntut Orangtua di Akhirat
Bunda, kelak di akhirat ada lho orang tua dan anak yang saling bertengkar hebat. Betul, Bunda, Ayah, antara orang tua dan anak saling menyalahkan dan saling mengutuk.
Untuk memberikan kita pemahaman yang lebih detail saya ceritakan sebuah ceramah dari K.H. Zainudin MZ tentang kisah orang tua yang akan dimasukkan ke dalam surga oleh Allah namun akhirnya batal.
Dalam sebuah kisah, ada sepasang suami istri yang taat sekali beribadah. Keduanya juga baik kepada orang lain. Atas kebaikan mereka, akhirnya mereka masuk surga.
Ketika mereka akan masuk ke surga, tiba-tiba ditahan oleh anaknya sendiri. Kebetulan karena amal yang buruk, ahli maksiat dan banyak dosa, maka anak itu dimasukkan ke neraka.
Si anak protes pada Allah, “Mereka memang baik dan taat beribadah. Tapi mereka tak pernah mengajari saya agama. Mereka tak pernah mengajari saya berbuat baik. Saya masuk neraka gara-gara mereka. Karena itu, saya minta keadilan. Tolong agar mereka dimasukkan ke neraka juga.”
Akhirnya sepasang suami istri ini tak jadi masuk surga. Mereka pun dijebloskan ke dalam neraka.
Baca Juga: Sikap yang Tepat dalam Mendidik Anak di Usia Baligh
Tanggung Jawab Orangtua dalam Mendidik Remaja
Sebagai orang tua, khususnya bagimu wahai Ayah, ingatlah tanggung jawabmu sebagaimana dalam ayat ini.
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS. At Tahrim: 6).
Jika engkau lalai wahai Ayah, engkau akan mempertanggungjawabkannya di hadapan Allah.
“Seorang laki-laki adalah pemimpin dalam keluarganya, dan dia akan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang dipimpinnya,” (HR. Bukhari dan Muslim).
Coba renungkan wahai Ayah, sejauh mana tanggung jawab kita sebagai orang tua mendidik agama mereka, mendidik akhlak mereka, senantiasa mengajak untuk beribadah kepada-Nya dan senantiasa memperingatkan segala apa yang Allah larang.
Jangan asyik dengan dirimu sendiri. Jangan asyik dengan meningkatkan kualitas keimanan dan ibadahmu untuk dirimu sendiri.
Karena engkau laki-laki, wahai Ayah, engkau bertanggung jawab atas kedudukanmu sebagai seorang suami sekaligus sebagai seorang Ayah.
Baca Juga: Mendidik Anak Berdasarkan Usia Harus Berdalih
Menyelamatkan Keluarga dari Neraka
Tanggung jawab paling utama sebagai seorang suami sekaligus Ayah adalah menyelamatkan keluargamu dari api neraka.
Saat engkau abai kepada istrimu dan abai kepada anak-anakmu maka mereka kelak akan menjadi musuhmu. Mereka kelak akan menuntut pertanggungjawabanmu kepada-Nya.
Mereka akan meminta keadilan karena kelalaianmu mengajarkan agama dan keenggananmu mengajak mereka beribadah.
Wahai Ayah, tidak cukup menjadi sholeh sendiri tetapi menjadikan keluarga kita menjadi keluarga yang sholeh dan penuh keberkahan.
Wahai Ayah peranmu tidak hanya mencukupi kebutuhan hidup mereka saja tetapi lebih daripada itu.
Tidak cukup hanya memberikan pakaian, membelikan rumah yang nyaman, memberikan uang jajan, menyekolahkan anak sampai tinggi, dan kebutuhan dunia yang lain namun melupakan bekal akhirat mereka.
Semua menjadi tidak berguna Ayah, selama bekal akhirat mereka tidak engkau siapkan. Saat itu terjadi engkau akan saling bermusuhan, saling menuntut, saling menyalahkan, saling menghujat, saling mencela. Apakah itu yang engkau inginkan wahai Ayah, tentu saja tidak.
Baca Juga: Musuh Terbesar dalam Mendidik Anak
Masuk Surga Sekeluarga
Ayah, semoga kita tidak termasuk menjadi orang tua yang saling menjadi musuh dengan anaknya atau dengan istrinya di hadapan Rabbnya.
Sungguh rugi sekali, jika ada orang tua yang rajin ibadah namun melalaikan tanggung jawabnya membimbing dan menyiapkan bekal akherat anaknya.
Jangan wahai Ayah, jangan sampai terjadi. Oke, baiklah Ayah, mulai saat ini, kita tidak boleh sholeh sendirian. Kita harus sholeh berjamaah bersama keluarga.
Kita harus bercita-cita masuk surga bersama keluarga. Kita harus berkomitmen, saling menasihati, saling mengingatkan sesama anggota keluarga untuk sebuah tujuan bersama sebagaimana yang tertuang dalam ayat ini.
“Allah mengangkat derajat anak cucu seorang mukmin setara dengannya, meskipun amal perbuatan anak cucunya di bawahnya, agar kedua orangtuanya tenang dan bahagia.
Kemudian beliau membaca firman Allah yang artinya, “Dan orang-orang yang beriman, dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan” (QS. AthThuur: 21).[ind]
Sumber: Kulwap Tumbuh Yuk! Randy Ariyanto W. dan Dyah Lestyarini. Rumah Pintar Aisha: Juli 2021.