IZIN bertanya: bagaimana memperbaiki Luka Batin dan mental anak remaja yang sering dimarahi, terima kasih atas jawabannya.
Motivator parenting dari Rumah Pintar Aisha Randy Insyaha menjelaskan sebagai berikut.
Untuk anak yang sudah remaja terapinya ada di QS. Ali Imron: 159,
“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepada-Nya.” (QS. Ali Imron: 159).
Jadi menurut ayat ini dalam mendidik anak yang pertama adalah mendidik dengan lemah lembut.
Jika kita mendidik anak dengan lemah lembut maka akan terjadi ikatan hati antara orang tua dengan anak.
Anak akan merasa nyaman, aman dan bahagia bersama orang tuanya. Anak akan lebih terbuka menyampaikan apa saja yang ia rasakan, menceritakan apa saja yang terjadi pada dirinya baik di rumah atau di sekolah, termasuk juga ia akan terbuka untuk memberitahu hal-hal yang sensitif.
Jika ikatan hati antara anak dan orang tua sudah terbentuk maka sebenarnya 50% dari masalah anak sudah mampu teratasi.
Kebanyakan anak yang bermasalah disebabkan renggangnya hubungan antara anak dan kedua orang tuanya.
Orang tua yang suka memerintah, menasehati, bahkan sampai membentak, marah-marah, berperilaku kasar itulah penyebab dari permasalahan anak.
Anak yang disikapi dengan keras dan kasar, maka mereka akan menjaga jarak dengan orang tuanya.
Mereka sebisa mungkin menjauhi dan tidak mau bertemu dengan orang tuanya, bahkan tidak akan peduli lagi.
Mereka trauma diomelin, takut dimarahin, maka lebih baik menghindar dari orang tuanya daripada bertemu yang akan menambah rasa sakit hatinya.
Kemudian jika kita merasakan anak kita nakal, kurang berbakti, memiliki sifat yang tidak baik, atau bentuk-bentuk penyimpangan dan kenakalan lainnya maka yang pertama kita lakukan adalah memaafkannya, menerimanya apa adanya, ikhlas dulu dengan apa yang terjadi padanya.
Memang betul anak bersalah, anak berperilaku tidak baik, anak melawan orang tua.
Seharusnya anak dong yang minta maaf kepada orang tua bukan malah sebaliknya.
Ayah, Bunda kita tidak tahu kenapa anak bisa berakhlak atau berperilaku tidak baik sehingga kita sebagai orang tua terus menerus memarahinya.
Bisa jadi lho, semua itu bersumber dari kedua orang tuanya. Kenapa anak suka marah-marah bisa jadi mencontoh orang tuanya yang suka memarahinya.
Bisa jadi anak cenderung cuek, tidak peduli karena mungkin kita sebagai orang tuanya seringkali mengabaikan mereka.
Jadi coba kita refleksi dulu kenapa anak kita seperti itu bisa jadi karena sikap orang tua kepada mereka.
Ayah Bunda, di dunia ini ada hukum tabur tuai. Apa yang kita dapatkan hari ini besar kemungkinan karena perbuatan kita di masa lalu.
Coba cek, apakah ada uang haram dari rezeki yang kita dapatkan. Apakah anak-anak kita memakan makanan yang bersumber dari uang haram.
Lalu coba cek, apakah kita merasa pernah melakukan dosa karena dosa-dosa itulah yang menjadi penyebab musibah datang, masalah menghampiri termasuk juga masalah karena anak.
Jadi pertama perbanyaklah istighfar dan minta ampun kepada Allah karena bisa jadi keburukan anak kita itu, diri kitalah yang menjadi penyebabnya.
Karena semua itu ternyata bersumber dari kita sebagai orang tua maka maafkanlah kesalahan anak.
Maafkan mereka. Mereka itu anak-anak kita. Mereka itu seperti gelas kosong. Kitalah yang mengisinya mau diisi air yang jernih atau air yang kotor.
Katakan dan berdoalah wahai orang tua “Ya Allah aku memaafkan anakku, ampuni aku ya Allah, ampuni juga dosa-dosa anakku, sayangi anakku. Ya Allah aku meridhoinya maka ridhoi anakku ya Allah”
Lalu mohonkan ampun kepada Allah, atas penyimpangan-penyimpangan yang dia lakukan.
Semoga keikhlasan kita memaafkan anak dan ketulusan kita dalam memohonkan ampunan kepada Allah, menurunkan hidayah Allah sehingga anak kita menjadi lebih baik lagi.
Baca juga: Luka Batin pada Anak
Memperbaiki Luka Batin pada Anak dan Remaja
Kemudian sering-seringlah mengajak diskusi dan bermusyawarah bersama anak, dalam hal apa saja yang menyangkut dirinya.
Sebagaimana Nabi Ibrahim yang mengajak diskusi Nabi Ismail saat Nabi Ibrahim akan menyembelih Nabi Ismail atas perintah Allah.
Nabi Ibrahim bukanlah tipe Ayah yang otoriter, yang ingin menang sendiri, egois, tetapi Nabi Ibrahim memberikan keteladanan kepada kita untuk sering-sering berdiskusi bersama anak, atas segala hal yang berhubungan dengan mereka.
“Maka ketika anak itu sampai (pada umur) sanggup berusaha bersamanya, (Ibrahim) berkata, “Wahai anakku! Sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu!”
Dia (Ismail) menjawab, “Wahai ayahku! Lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu; insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar.” (QS. As Saffat: 102).
Lalu seandainya, segala hal sudah kita lakukan, namun anak masih saja membandel, belum sadar juga, masih suka melakukan penyimpangan maka Allah memerintahkan kita untuk bertawakal.
Kita pasrahkan keadaan anak kita kepada Allah. Kita terus saja berdoa meminta solusi dan pertolongan Allah.
Insha Allah, pertolongan Allah akan segera datang, mungkin memang tidak saat ini, tetapi tidak ada doa yang kembali sia-sia.
Setiap doa akan Allah kabulkan. Insha Allah nanti saat waktu yang tepat anak kita akan kembali menjadi anak yang sholeh dan baik.
Kesimpulannya, pertama didiklah anak dengan lemah lembut dan menghindari mendidik dengan keras dan kasar.
Jika anak berbuat salah maka maafkanlah anak dan mintakan ampunan kepada Allah atas kesalahan mereka.
Bermusyawarahlah, setiap akan mengambil keputusan yang berhubungan dengan anak.
Jika segala usaha telah dilakukan, selanjutnya adalah bertawakal kepada Allah dan terus berdoa tanpa putus, tanpa lelah agar anak kita menjadi anak yang sholeh dan berbakti.[ind]