KAK Eka Wardhana dari Rumah Pensil Publisher mengingatkan kita untuk mengenalkan Tuhan sejak dini kepada anak-anak. Karena tidak bisa disentuh oleh Panca Indera, konsep tentang Tuhan dianggap bersifat abstrak oleh otak kita. Benarkah demikian, Ayah dan Bunda?
Hmm… menurut saya hal itu bisa jadi benar buat orang dewasa. Karena otak manusia dewasa telah berada di ranah berpikir yang kongkret. Namun tidak demikian lho dengan anak-anak.
Ahli Psikologi Perkembangan bernama Jean Piaget mengatakan di bawah umur 7 tahun, cara berpikir seorang anak masih bersifat pra operasional dan pra kongkret. Mudahnya Ayah dan Bunda, anak-anak masih banyak berpikir dengan menggunakan imajinasi mereka.
Baca Juga: Bunda Eka Hartanti Bagikan Tips Kenalkan Sosok Nabi Sejak Dini Kepada Anak
Kenalkan Tuhan Sejak Dini
Nah, inilah saatnya menanamkan dalam-dalam di benak anak bahwa Tuhan itu ada, Tuhan itu Mahakuasa, Tuhan itu segala-galanya yang bersifat baik.
Masa kanak-kanak adalah masa tersubur untuk menanamkan dalam-dalam pohon keimanan. Itulah yang disebut fitrah.
Ayah dan Bunda, sadar atau tidak konsep pendidikan di Indonesia diletakkan di atas cara berpikir orang-orang non muslim dari dunia barat.
Kita dididik untuk hanya percaya pada hal-hal yang bisa disentuh oleh panca indera. Tidak ada tempat buat segala sesuatu yang bersifat ghaib.
Padahal, sebagai muslim kita tahu setidaknya ada satu indera lagi yang kita punya: imajinasi.
Dengan menggunakan imajinasi kita bisa membayangkan dahsyatnya Hari Kiamat, pedihnya Neraka dan indahnya Surga.
Imajinasi pula yang mengantarkan kita ke masa lalu, membayangkan berbagai peristiwa yang telah dialami umat-umat terdahulu: banjir Nabi Nuh, terbelahnya laut di zaman Nabi Musa, tampannya Nabi Yusuf sampai para wanita mengiris tangan mereka tanpa disadari.
Benarlah yang dibilang petinju terbesar sepanjang masa, Muhammad Ali: Orang yang tidak punya imajinasi memang tidak memiliki sayap. Ayah dan Bunda, tanpa imajinasi, iman sulit untuk ditanam.
“Umur umatku berkisar antara 60 sampai 70 tahun,” demikian sabda Nabi kita tercinta, Muhammad Shalallahu alaihi wassalam. Berarti usia kita memang amat singkat, Ayah dan Bunda.
Tanpa imajinasi, kita tak akan pergi ke mana-mana dengan jatah umur sependek itu. Benarlah seperti yang dikatakan orang-orang bijak, “Waktu memiliki keterbatasan, tetapi imajinasi tidak.”
Imajinasi sering terlihat lebih kuat dari pengetahuan, sama seperti halnya mimpi lebih kuat dari kenyataan dan harapan selalu lebih unggul dari pengalaman.
Nah Ayah dan Bunda, ternyata anak-anak kita tengah berada di dalam dunia yang sangat hebat sampai seolah tak terbatas. Dengan mudah seorang anak berkata, “Aku ingin jadi presiden!”, “Aku ingin jadi orang terkaya!” Bagi saya hal-hal seperti itu menunjukkan bukti betapa besar sebenarnya potensi yang dimiliki oleh seorang anak.
Ayah dan Bunda, sebagai seorang muslim sudah selayaknya kita memanfaatkan masa-masa emas ini untuk menancapkan akidah yang benar dalam-dalam.
Orang-orang pengikut aliran sesat yang menganggap Ahmad Musadeq (salah satu contoh) sebagai nabi, adalah orang-orang yang di saat kecil tidak ditanam benih akidah yang benar.
Akhirnya, setelah dewasa barulah mereka berusaha mencari. Kenapa akhirnya mereka percaya pada orang nggak ganteng (soalnya dari kecil saya sudah membayangkan kalau Nabi Muhammad itu ganteng banget) bernama Ahmad Musadeq atau Mirza Ghulam Ahmad?
Jawabannya ya balik lagi: sebagai orang dewasa mereka lebih percaya pada panca indera. Mereka lihat Ahmad Musadeq ada di depan mata: bisa dilihat, bisa diraba, bisa dijilat (hueeek!), bisa didengar dan bisa dicium bau ilernya saat bangun tidur, sementara junjungan kita Muhammad Shalallahu alaihi wassalam tak bisa dilihat, maka jadilah mereka memilih si Ahmad Musadeq (semoga dia cepat insyaf) ini.
Sementara orang-orang yang sejak kecil tertanam di hatinya akidah yang benar minimal akan geleng-geleng kepala tak habis pikir: kenapa ya ada orang yang mau ikutan ajarannya si orang nggak ganteng itu?
Begitulah Ayah dan Bunda, besarnya perbedaan menanamkan akidah di masa subur dengan masa kering.
Karena itu, yuk kenalkan Allah Subhanahu Wa Ta’ala sejak dini, ceritakan kisah Nabi Muhammad sesegera mungkin agar kelak anak-anak kita tumbuh jadi muslim yang lurus dan teguh. Manfaatkan benar masa-masa emas ini, Ayah dan Bunda. Sebab sebentar lagi ia akan berlalu dan tak akan pernah kembali….
Salam Smart Parents!
[ind/Cms]