SEBUAH keluarga islami tentunya sangat memperhatikan perilaku dan sikap dari setiap anggota keluarganya termasuk dalam memilih emosi yang harus dikeluarkan.
Mengekspresikan emosi dalam keluarga sangat penting, dan sangat serius untuk menjaga keluarga tetap harmonis dan sakinah, sehingga keluarga tidak datar dan hambar, jauh dari pertengkaran dan percekcokan.
Baca juga : Resensi Novel Jo & Kas Karya Asma Nadia, Hidup di Lingkungan Keluarga Islami tapi Tetap Pacaran?
Keluarga Islami Pandai Memilih Emosi
Untuk menjaga keharmonisan dan kesakinahan dalam keluarga, harus pandai memilih emosi yang positif. Karena tidak semua emosi itu positif, bahkan ada juga yg negatif.
Emosi yang positif itu diekspresikan kepada sikap-sikap yang baik dan terpuji, sedangkan emosi yang negatif diekspresikan kepada sikap-sikap yang buruk dan tercela.
Pembentukan keluarga yang Islami dilandasi oleh ketaatan kepada Allah sehingga pandai memilih dan mengedepankan emosi yang positif daripada emosi yang negatif. Sebab:
1. Keluarga Islami selalu mengokohkan iman dan takwa sehingga bisa melahirkan emosi yang positif agar selalu sesuai dengan nilai-nilai agama dan bisa menghindar dari emosi yang negatif karena emosi yang negatif lahir dari nafsu dan bertentangan dengan nilai-nilai agama.
2. Rajin beribadah kepada Allah sehingga memiliki suasana kondusif untuk menjaga emosi yang positif dan selalu bersemangat untuk beramal shaleh.
3. Selalu berakhlak mulia sehingga senang mengekpresikan emosi yang positif saja.
4. Rajin berzikir sehingga saat berkomunikasi bisa mengontrol dan mengendalikan emosi negatifnya.
5. Rajin membaca Alquran, memahami dan mengamalkannya sehingga dalam proses pendidikan anak Qur’ani bisa berjalan lancar, tidak dipengaruhi oleh emosi yang negatif.
6. Menjaga hubungan silaturrahim sehingga bisa melakukan interaksi sosial dengan emosi yang positif.
7. Selalu berpegang pada prinsip yang halal dan baik, sehingga emosi yang positif berpengaruh terhadap kesehatan ruhani, akal dan jasadnya.
Keluarga Islami sadar bahwa marah itu suatu bentuk emosi sehingga orang yang sering marah-marah disebut emosional (negatif).
Karena itu, marah harus dikelola untuk emosi yang positif, misalnya bisa marah untuk hak-hak Allah yang terganggu dan bisa mengendalikan marah saat hak-hak pribadi terganggu.
Keluarga yang bisa mengendalikan emosi negatifnya akan selalu berhati bersih sehingga bisa bersabar dan mengendalikan diri.
Wallahu a’lam bish showab.[MRR]