Jika Anak tidak Sesuai Harapan Orangtua
ANAK adalah kebanggaan. Keberadaan anak terkadang menjadi status orangtua. Pertanyaan seperti anaknya sudah berapa? Tentu akan dijawab dengan gembira.
Jika belum punya, hati kita akan menjadi sedih sekali. Belum lagi cerita tentang prestasi anak. orangtua pastinya berlomba-lomba untuk memastikan anak merekalah yang terbaik.
Terkadang kita menerima amanah berupa anak yang tidak sesuai dengan keinginan kita. Bisa saja mengenai fisiknya atau kesehatannya. Tapi tidak jarang kita menjadi begitu kesal dan sedih jika prestasi anak tidak sesuai dengan harapan kita.
Baca Juga: Jika Anak tidak Sesuai Harapan Orangtua
Satu hal yang kita lupa, anak itu bukan mainan yang bisa kita pilih di toko. Bisa kita tes suaranya atau gerakannya sebelum dia masuk ke dalam keranjang belanja kita. Anak pun demikian. Mereka tidak bisa memilih orangtua yang mereka inginkan.
Mungkin, ini mungkin saja, sebenarnya kalau boleh memilih, kita bukanlah pilihan pertama mereka. Hubungan kita dengan anak kita itu terkait dengan takdir Allah.
“Dan Tuhanmu menciptakan dan memilih apa yang Dia kehendaki. Bagi mereka (manusia) tidak ada pilihan. Maha suci Allah dan Maha tinggi Dia dari apa yang mereka persekutukan.”(QS. Al Qashash : 68)
Karena takdir Allah itulah yang menjatuhkan amanah seorang anak atau lebih kepada kita. Dan anaklah senantiasa kita pinta sesaat setelah kita menikah sebagai pelipur lara dan penyejuk mata.
Namun ketika mereka beranjak besar, kita orangtuanya menjadi tidak sabar menjalani proses belajar mereka menjadi manusia. Kita sering memaksakan kehendak alih-alih memahami keinginan dan bakat mereka.
Sebelum memastikan mereka cerdas dan mempunyai keahlian menjalani masa depan mereka kelak.
Pastikan terlebih dahulu persoakan iman dan akhlak mereka.
Karena tujuan hidup kita semuanya bermuara pada Allah dan pertemuan denganNya di surga nanti. Kita diperintahkan untuk menjaga keluarga kita dari api neraka.
“Wahai orang-orang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat yang kasar dan keras. Yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.”
(QS. At Tahrim:6)
Sebelum kita menghakimi anak karena mereka tidak sesuai dengan apa yang kita inginkan. Ternyata anak kita sangat susah untuk pergi shalat ke masjid, ternyata anak kita sangat sulit lepas dari gadgetnya dan berbagai kelemahan lainnya, mari kita koreksi diri kita.
1. Jangan berharap kebaikan dari anakmu bila tidak mendidik mereka menjadi anak yang shaleh.)
2. Janganlah berharap banyak pada anak jika kita tidak mendidiknya sebagaimana mestinya.
3. Didiklah anakmu sesuai fitrahnya. “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (QS. Ruum : 30)
4. Janganlah menginginkan anakmu sebagai anak yang shalih sebelum engkau menjadi shalih lebih dahulu. Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? (QS.Ash Shaaf: 2)
5. Janganlah menuntut hakmu dari anakmu, sebelum engkau memberi haknya.
Hak anak antara lain, diberi nama yang baik, dikenalkan kepada Allah dan RasulNya, dan diberi nafkah yang halal.
6. Janganlah menuntut hakmu dari anakmu, sampai engkau memenuhi hak Allah atasmu
7. Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari Bani Israil (yaitu): Janganlah kamu menyembah selain Allah, dan berbuat kebaikanlah kepada ibu bapa, kaum kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin, serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia, dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. Kemudian kamu tidak memenuhi janji itu, kecuali sebahagian kecil daripada kamu, dan kamu selalu berpaling.” (QS. Al Baqarah:83)
8. Berbuat baiklah pada anakmu, bahkan sebelum mereka dilahirkan.
Pilihkan mereka orangtua yang baik dengan memilih pasangan yang beriman. Perbanyaklah menuntut ilmu agama dan perbanyaklah kemampuan agar mampu menafkahi dan membimbing mereka menuju jalan kebaikan.
9. Janganlah berfikir tentang hasil akhir dari usahamu mendidik, tetapi bersungguh-sungguhlah dalam mendidik.
10. Janganlah berhenti mendidik sampai kematian memisahkan..
Menjadi orangtua yang shaleh dan berhasil tidak pernah lepas dari pertolongan dan bimbingan Allah. Semoga kita mampu menjaga amanah Allah berupa anak-anak ini. [May/Ln]