SEJARAH napak tilas perjalanan dakwah Nabi SAW banyak sekali menyimpan kisah dan makna yang tersirat didalamnya. Salah satunya adalah kisah perjalanan Nabi di Thaif.
Pada suatu ketika di sekitar Thaif.
‘Addas memberikan setangkai anggur kepada Muhammad saw. “Bismillah,” ucap Muhammad saw sesaat seusai menerima anggur itu dan lalu memakannya.
Addas terperanjat. Ia tidak pernah mendengar perkataan itu sebelumnya. “Sesungguhnya ucapan ini tidak biasa diucapkan oleh penduduk negeri ini.”
“Kamu berasal dan negeri mana? Dan apa agamamu?” tanya Nabi saw.
“Aku seorang Nasrani dan penduduk Nineveh (Persia, ed),” jawab ‘Addâs.
“Itu negeri seorang saleh bernama Yunus bin Matta,” kata Rasulullah saw.
‘Addâs semakin penasaran. “Apa yang kamu ketahui tentang Yunus bin Matta?”
“Dia adalah saudaraku, seorang nabi, demikian pula dengan diriku.”
‘Addâs tertegun. Ia terkejut mendengar jawaban itu. Tanpa pikir panjang, ia langsung merengkuh kepala Rasulullah saw. Ia juga mencium kedua tangan dan kedua kaki Nabi saw.
Sementara, kedua putra Rabi’ah menyaksikan adegan itu dengan penuh keheranan. Ketika ‘Addâs datang, keduanya berujar, “Celakalah dirimu! Apa yang terjadi denganmu?”
“Wahai tuanku! Tiada sesuatu pun di bumi ini yang lebih baik daripada orang ini! Dia telah memberitahukan kepadaku hal yang hanya diketahui oleh seorang nabi,” jawab ‘Addâs.
“Celakalah dirimu, wahai ‘Addâs! Jangan biarkan dia memalingkanmu dari agamamu! Sebab agamamu lebih baik daripada agamanya,” kata mereka berdua. (Ibnu Hisyâm).
Setelah berdialog, Addas kemudian menyatakan memeluk agama Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw. Lokasi pertemuan Nabi Muhammad saw dengan ‘Addas yang berupa kebun anggur itu kini masih utuh bekasnya.
Baca juga : 5 Pesan Nabi Kepada Orang Yang Berdakwah
Napak Tilas Perjalanan Dakwah Nabi di Thaif
Masyarakat Thaif menandai lokasi itu dengan membangun masjid yang dikenal dengan nama Masjid Addas.
Berada di tengah kebun anggur yang berhimpitan dengan rumah-rumah penduduk, Masjid Addas berdiri kokoh dengan kondisi yang meski kecil dan tempat shalatnya sempit, ditandai dengan menara yang lebih tinggi dari rata-rata rumah penduduk.
Posisinya tidak jauh dari Wadi Matsna, tempat Nabi Muhammad dilempari batu oleh penduduk Bani Tsaqif. Perjalanan dakwah ke Thaif adalah perjalanan berat. Masyarakat Thaif menolak dakwah Rasulullah saw.
Tidak hanya itu, mereka melempari Rasulullah saw dengan batu. Mereka melempar batu yang diarahkan ke pembuluh darah di atas tumit Nabi saw sehingga kedua sandal beliau saw basah bersimbah darah.
Sebuah riwayat yang menceritakan tentang pertanyaan Aisyah ra kepada Rasulullah saw tentang hari yang lebih berat dari perang Uhud.
Rasulullah saw menjawabnya perjalanan ke Thaif adalah yang terberat, sampai-sampai Allah mengutus Malaikat penjaga gunung untuk melakukan segala perintah beliau.
“Lalu aku angkat kepalaku, dan aku lihat tiba-tiba muncul Jibril memanggilku seraya berkata, “Sesungguhnya Allah telah mendengar perkataan dan jawaban kaummu terhadapmu, dan Allah telah mengutus Malaikat penjaga gunung untuk engkau perintahkan sesukamu,“ kata Rasulullah saw.
“Kemudian Malaikat penjaga gunung memanggilku dan mengucapkan salam kepadaku dan berkata, “Wahai Muhammad! Sesungguhnya Allah telah mendengar perkataan kaummu terhadapmu.
Aku adalah Malaikat penjaga gunung, dan Rabb-mu telah mengutusku kepadamu untuk engkau perintahkan sesukamu.
Jika engkau suka, aku bisa membalikkan gunung Akhsyabin ini ke atas mereka.” Rasulullah saw menjawab, “Bahkan aku menginginkan semoga Allah berkenan mengeluarkan dari anak keturunan mereka generasi yang menyembah Allah semata, tidak menyekutukan-Nya, dengan sesuatu pun.” (HR. Bukhari Muslim)
Jejak Nabi di Thaif tidak banyak diketahui jamaah haji atau umrah dari luar Arab Saudi. Thaif belum menjadi tujuan ziarah bagi jamaah dari Indonesia.
Rata-rata KBIH atau biro perjalanan yang melayani umrah dan haji tidak menyediakan ziarah ke Thaif. Elly Zarnie Lubis, founder Umrah Backpacker (UBePe) lewat PT Usaha Berkah Bersama menawarkan layanan ziarah ke Thaif untuk para jamaahnya.
Selain Masjid Addas dan Wadi Matsna ada jejak Nabi SAW di Masjid Kuk. Masjid Kuk sesungguhnya penanda berupa bangunan kecil berbatu bata sangat sederhana.
Di dalamnya ada ruangan kecil yang bisa digunakan untuk shalat beberapa orang. Kondisinya tak terawat. Berada di kaki sebuah bukit yang dipercayai sebagai tempat Nabi SAW beristirahat saat ke Thaif kedua kalinya.
Menurut ustadz Rahmat Sunhwa, muthowwif dari UbePe, di lokasi masjid Kuk pernah terjadi mukjizat Nabi Muhammad SAW. Saat Nabi SAW beristirahat sambil meletakkan kepalanya dengan bertopang siku tangannya di atas batu.
Tiba-tiba batu itu ambles. Di tempat itulah kemudian diberi tanda dengan didirikan masjid dengan nama Kuk atau Kuw’ yang artinya siku.
Thaif merupakan salah satu kota yang memiliki hawa sejuk, karena berada di lembah pegunungan Asir dan pegunungan Al Hada.
Kota yang terletak sekitar 67 kilometer atau 1 jam 45 menit dari Kota Makkah Al Mukarramah ini terkenal dengan perkebunan Delima, Kurma, sayuran lainnya, termasuk juga banyak tumbuh pohon Zaqqum, pohon berduri.
Jalan menuju Thaif, khususnya ketika melewati Pegunungan Asir dan Pegunungan Al Hada berkelok-kelok, panjang dan menanjak mengelilingi pinggiran pegunungan yang tandus, berbatu dan berpasir.
Di jalur ini kita akan menemukan sebuah monumen berupa jalan setapak yang disebut sebagai Kara Heritage. Kara Heritage diyakini sebagai jejak perjalanan Rasulullah saw bersama Zaid bin Haritsah menuju Thaif.
Memasuki kota Al Hada sebelum Thaif, sepanjang jalan baru ditemukan sejumlah pepohonan dan perkebunan kurma. Beberapa rumah tradisional juga berdiri di tengah-tengah perkebunan itu.
Di sepanjang kawasan ini terdapat beberapa tempat wisata bagi penduduk Arab Saudi. Di tempat ini juga terdapat kawasan yang dijadikan tempat mengambil miqat untuk haji atau umrah, yaitu di Wadi Sair Kabir.
Di Thaif ada masjid yang dinamakan Masjid Ibnu Abbas yang dibangun pada tahun 592 H. Masjid itu dinamakan Masjid Ibn Abbas, karena tempatnya disamping Makam Ibnu Abbas.
Makam Ibn Abbas terletak di depan tempat shalat wanita sekarang. Ada juga seorang tokoh besar yang bernama Imam Muhammad bin Al-Hanafiyah bin Ali Ibn Abi Thalib yang juga dimakamkan di situ.
Dia anak Ali bin Abi Thalib ra dari istri selain Fathimah.
Abdullah bin Abbas adalah seorang sahabat Nabi dan juga sepupunya sejajar dengan Ali bin Thalib. Ia adalah anak dari Abbas bin Abdul-Muththalib, paman dari Rasulullah Muhammad SAW.
Ibnu Abbas lahir tahun 619 M dan wafat di Thaif tahun 687M atau 68H dalam usia 68 tahun. Dalam riwayat lain Ibnu Abbas dalam usia 75 tahun dan 78 tahun.
Ibnu Abbas merupakan salah satu sahabat yang berpengetahuan luas. Banyak hadits sahih yang diriwayatkan melalui Ibnu Abbas.
Selain tempat-tempat besejarah, Thaif menyajikan kuliner dan pusat perbelanjaan yang ramai. Pasar buah segar beraneka warna dan jenis pastilah membuat mata terpesona dan tenggorokan mencecap ludah.
Delima, anggur, tin, jeruk, dan tentu kurma muda dapat dijumpai. Kita bisa langsung memilih dan membelinya kemudian dimakan di pinggiran bebukitan menikmati senja.
Bagi yang menyukai parfum Thaif menawarkan parfum dari bunga mawar (rose parfume). Kita tinggal memilih yang disukai sesuai isi kantong.
Dan di perjalanan pulang menuju Mekah, jika beruntung kita bisa melihat sekawanan monyet pegunungan Thaif. Kesejukan kota Thaif banyak digunakan sebagai tempat peristirahatan dan pariwisata di musim panas.
Bahkan para raja dan kerabatnya banyak membangun tempat-tempat peristirahatan di kawasan ini. Sehingga Thaif juga mendapat julukan Qaryah Al Mulk atau Desa Para Raja. [Maya, laporan perjalanan]