GURU yang merasa dirinya pintar. Seorang dosen bertanya kepada para mahasiswi yang kebetulan 80% dari mereka sudah menjadi guru baik di PAUD, RA juga TK.
Jika kalian menemukan seorang anak yang menggambar corat coret lalu ketika kalian bertanya itu gambar apa, murid kalian menjawab itu gambar mobil. Apa yang akan kalian lakukan?
Sontak para mahasiswi ini tertawa.
“Oh, oke jadi kalian semua mentertawakan murid kalian, ya kan?”, lalu apalagi yang akan kalian lakukan.
Salah satu mahasiswi bicara, “Nak, itu bukan gambar mobil, nih, begini gambar mobil”, lalu saya akan memberikan contoh gambar mobil yang benar bu”, ujarnya dengan penuh percaya diri.
“Baiklah, kalian semua melakukan hal yang sama?” Mereka diam. “Ayo, jujurlah,” ujar saya. Mereka semua kembali tertawa.
“Kalian merasa sudah melakukan hal yang benar versi kalian bukan? Mengoreksi murid, lalu memberikan contoh gambar mobil yang sebenarnya, bukan coretan seperti yang murid kalian buat?” tanya saya. Semua diam.
“Tahukah kalian, apa yang kalian lakukan adalah salah. Kalian sebagai guru sangat kejam, menyedihkan sekali nasib murid-murid kalian sejak dini sudah di-bully oleh gurunya sendiri.
Baca Juga: Dicari Guru yang Mau Berjuang
Guru yang Merasa Dirinya Pintar
“Karyanya ditertawakan, dianggap salah padahal dia baru saja memulai memberanikan diri untuk membuat karya di usia sekecil itu”.
“Kalian merasa jadi guru yang hebat bukan, serba bisa dan serba tahu? Memberi contoh gambar mobil yang benar, padahal gambar kalian belum tentu bagus dan sempurna jika disodorkan kepada seorang ahli gambar”.
Kalian tahu, akibat ulah kita para guru yang sok pintar, sok jago, sok serba paling tau hari ini, mem-bully murid tanpa sadar, murid kita tidak mau lagi belajar.
Murid kita merasa putus asa dan merasa diabaikan. Selalu disalahkan. Ingat kasus terbaru anak SMP yang lompat dari lantai 4?
Jiwa-jiwa hampa tak tersentuh kasih sayang manusia dewasa. Di rumah, di sekolah, di lingkungan merasa terabaikan.
Lalu, apa yang seharusnya guru lakukan? Hasil gambar murid babycare kami namanya Agniya, ketika dia lapor gambarnya sudah selesai guru akan bicara,
“Alhamdulillah, sudah selesai jurnalnya, bu guru melihat garis lengkung banyak sekali, garis tidak putus, gambar apa ini, Neng?”
Dia menjawab, “Singa”. “Oh baiklah, Agniya menggambar Singa, bu guru tulis ya S I N G A, selamat Agniya sudah tuntas jurnalnya”, kemudian guru menyalami muridnya.
Guru berkata jujur, menyampaikan fakta bahwa yang nampak adalah garis tak putus, garis lengkung.
Namun ketika anak itu menyebut singa, guru mengapresiasi dia tanpa menyalahkan dia sedikit pun. Kelak, dia akan menggambar singa persis seperti aslinya.
Semua mahasiswi itu melongo, tak menyangka saya akan berkata demikian.
Nanti saya post lagi cerita semacam ini, setelah Agniya besar dan dia menggambar singa seperti singa sebenarnya yaaaa…biasanya kita tak percaya jika belum ada bukti nyata bukan?[ind]
Ditulis oleh: Widianingsih
Judul asli: Guminter
Sumber:
https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=2791436510879328&id=100000390191829