DI manakah dan bagaimanakah anak mendapatkan kebahagiaannya? Pertanyaan itu dilontarkan dalam sebuah penelitian yang dirilis oleh Global Parenting, sebuah lembaga parenting dunia yang menanyakan kepada orang tua bagaimana anak mendapat kebahagiaannya.
Sayangnya, Indonesia adalah negara kedua setelah India yang menempatkan sekolah sebagai muara kebahagiaan anak.
Baca Juga: Doa Terbaik untuk Keshalihan, Kesuksesan dan Kebahagiaan Anak
Di manakah Anak Mendapatkan Kebahagiaannya?
Konselor Keluarga Irwan Rinaldi mengatakan bahwa menempatkan sekolah sebagai muara di mana anak-anak akan merasakan bahagia adalah sebuah kemunduran besar dalam pengasuhan.
Seharusnya, lanjut Ayah Irwan, keluargalah yang memberikan porsi yang besar terhadap kebahagiaan anak.
Meskipun ide bahwa anak akan meraih kebahagiaan di sekolah bagi penyelenggara sekolah adalah sebuah peluang yang besar,.
Namun, bagi orang tua, ini adalah peringatan untuk kembali belajar mengenai pengasuhan anak. Irwan melanjutkan, sekolah terbaik idealnya adalah sekolah yang juga menyediakan sekolah untuk orang tua.
Dari sini akan memunculkan sinergi antara orang tua dan sekolah. Hal yang juga penting adalah mengubah paradigma pemadam kebakaran yang selama ini melekat pada sebagian keluarga Indonesia.
Apa itu paradigma pemadam kebakaran? Yaitu ketika ada masalah baru bereaksi. Padahal, pengasuhan yang terbaik adalah ketika orang tua memiliki bekal ilmu yang cukup sebagai orang tua.
Ayah dengan karakter kelaki-lakiannya dan Ibu dengan karakter keperempuanannya menjadi teladan bagi anak-anaknya.
Lalu, bagaimana jika sudah timbul masalah dalam pengasuhan?
Hal yang harus dilakukan adalah dengan berbenah diri. Dekatkan diri kepada Allah dan perbaiki ibadah.
Selain dimulai dari pribadi, masyarakat bahkan negara dapat turut mengatasi persoalan mengenai absennya ayah dalam pengasuhan.
Di luar negeri, seperti Singapura, mereka memiliki lembaga khusus yang mengurusi ayah. Kalau di rumah, benahi ayahnya. Kalau di sekolah yang dibenahi pak gurunya.
Begitu pun di masjid bisa dimasukkan program masjid ramah anak sehingga semua terlibat dalam pengasuhan anak.
Dengan pembenahan itu, Ayah Irwan optimis, anak-anak Indonesia akan lebih bahagia dimulai dari keluarga yang hangat di rumah.
Hadirnya sosok ayah dalam pengasuhan, anak akan lebih bahagia. Psikologis anak akan berkembang sesuai usia biologisnya bahkan bisa lebih maju.
Idealnya pengasuhan adalah saat usia psikologis anak melampaui usia biologisnya. Jadi, berhenti terus bertanya: “Sudah makan belum?” kepada anak, tapi katakan: “Bagaimana perasaanmu hari ini?” [ind/Cms]