MENGASUH anak memang sulit-sulit gampang ya, Bunda Ayah! sehingga tak jarang orangtua harus belajar mengatasi stres.
Seorang Penggian Kekokohan Keluarga dan Parenting Islami, Ustadz Bendri Jaisyurrahman, memberikan nasihat dan arahan pada orangtua untuk mengelola maupun mengatasi stres selama pengasuhan.
Kerja yang padat, fisik yang lelah, anak-anak yang sulit diatur, utang yang menumpuk, berujung pada stres. Dampaknya marah-marah ke anak.
Baca Juga: 5 Pemicu Stres Pada Anak
Cara Mengatasi Stres Saat Mengasuh Anak
Akibatnya anak jadi tak nyaman berinteraksi. Lebih senang di luar rumah, bermain dengan teman. Pulang bawa perilaku membangkang. Ortu pun makin stres.
Bagi anak usia dini, saat berinteraksi dengan orangtua yang stres akan kehilangan rasa nyaman dan cenderung pasif tak bisa berprestasi.
Anak pun juga belajar cara ekspresikan perasaan dari orangtua yang stres. Jika marah ia membentak, melempar, bahkan memukul.
Ikatan emosional juga cenderung berkurang yang berujung hilangnya rasa nyaman dan percaya. Saat remaja ‘tertutup’ dari orang tua.
Stres ibarat sampah. Sementara anak seharusnya menerima bunga. Mengasuh dengan stres menjejalkan sampah hingga menumpuk di anak.
Ingat-ingat kembali tentang harapan saat menikah yakni memiliki anak, hadiah dari Allah. Tegakah kita menyakiti amanah Allah ini?
Sementara begitu banyak pasangan yg belum dikaruniakan anak? Bersyukurlah dengan cara tidak menyakiti anak dalam kondisi apapun
Kenali pemicu stress: lapar, ngantuk, lelah ataupun sedih. Jika alami hal tersebut lebih baik menghindar dari anak agar tak jadi korban.
Coba jujur akan masalah yang dihadapi. Apakah dari luar atau dari perilaku anak? Jangan sampai marah-marah ke anak tersebab kita habis dimarahi oleh bos. Atau gara-gara nonton adegan di sinetron BHSI.
Kerjasama antarpasangan amatlah membantu. Saat kita stres minta pasangan kita untuk memegang anak dulu. Atau cari pihak lain yang amanah.
Ingatlah, bahwa anak ini tanggung jawab bersama. Jadi bukan hanya satu pihak yang mengasuh. Apalagi kalau memiliki anak yang banyak. “Hayati lelah, Bang”.
Sekali-kali rencanakan waktu sendiri “me time” guna melakukan relaksasi dan refleksi diri. Jika sudah relaks, lebih mudah mengatasi masalah anak.
Buat program “me time” dalam sepekan beberapa jam. Agar tidak banyak emosi negatif yang menumpuk. Komunikasikan ke pasangan.
Analisis kembali perilaku anak yang bisa menambah stres dan siapkan antisipasinya. Contoh: anak rebutan mainan, apakah beli mainan baru? Hehe ini mah pihak ayah yang malah jadi stres.
Banyak baca-baca buku tentang anak. Kadang pemicu stress karena ketidaktahuan akan tahap kembang anak. Jika perlu bertanya kepada ahli.
Kalau terlanjur stres ketika bersama anak, tarik nafas dalam-dalam guna mengurangi ketegangan syaraf. Tapi jangan dikeluarkan dari bawah pas ada suami. Suami ngamuk, tambah stres.
Ubah posisi tubuh. Jika sedang di atas pohon segera turun. Jika sedang berdiri segera duduk. Jika duduk segera berbaring atau keluar rumah agar dapat suasana baru.
Ungkapkan perasaan secara jujur kepada anak “Maaf ya nak. Bunda kesal kamu teriak-teriak terus. Bunda jadi terganggu”. Anak belajar ungkap perasaan.
Segera minta bantuan pihak lain jika makin stres. Tinggalkan anak sejenak. Jangan ikuti emosi saat itu. Rugi.
Jika kesal berkecamuk terhadap perilaku anak, pandangi fotonya saat bayi. Tegakah kita menyakiti bayi yang sudah tumbuh itu?
Segera berwudhu dan sholat 2 rakaat. Jika sedang berhalangan, bagi para ibu, cukup wudhu saja. Doa dan curhat jujur kepada Pemberi Amanah.
Minta maaf kepada Allah karena hendak marah sama anak yg merupakan pemberianNya. Berharap Allah kasih jalan segera dan lembutkan hati.
Jika terlanjur marah kepada anak, dan Anda tersadar. Buru-buru minta maaf. Jangan biarkan anak terlalu lama dalam prasangka ‘takut’ kepada kita.
Semoga kita bisa kendalikan stres agar anak selalu terjaga perasaannya. Terus berlatihlah kendalikan emosi kita. Silahkan sebar jika ada guna. [Ln]
Allahu’alam Bishowab