BUNDA, seringkali kita bersikap berlebihan saat anak jatuh. Berikut ini ada tiga sikap keliru yang sering dilakukan oleh para orang tua saat anak terjatuh. Kita simak yuk.
Menanamkan rasa takut dan menyalahkan anak
Misalnya nih, saat anak lari-lari, kebiasaan orang tua akan mengatakan “Hei jangan lari-lari nanti jatuh”.
Tahukah Bun, itu sama saja Bunda telah menanamkan rasa takut kepada anak. Kalau anak tiba-tiba benar-benar terjatuh, lalu dengan spontan orang tua berkata: “Tuh kan jatuh beneran, Bunda bilang apa? Syukurin”, maka anak akan belajar menyalahkan diri sendiri.
Anak akan takut melakukannya lagi dan anak akan enggan mencoba sesuatu karena takut disalahkan orang tuanya.
Seharusnya Bun, saat anak menunjukkan keberanian, kepintaran, kehebatan maka anak diberi dorongan dan motivasi. Kita bangun rasa percaya dirinya, bangun keberaniannya, diberi tanggung jawab bukan sebaliknya diberi rasa takut dan disalahkan.
Menyalahkan lantai atau batu
Maka anak belajar menyalahkan orang lain tatkala melakukan kesalahan. Dampaknya nanti saat SD atau SMP, saat anak mendapatkan nilai 6, anak akan menyalahkan gurunya, habis gurunya killer, nggak asyik, membosankan.
Anak akan selalu mencari alasan di balik hal-hal yang ia merasa kurang mampu, tidak bisa, tidak suka dan tidak nyaman. Ia akan mudah menyalahkan orang lain.
Memotivasi anak dengan perkataan yang keliru
Ketiga, saat anaknya jatuh, orang tua berkata “Ooo.. seperti ini saja tidak apa-apa kok, Ah luka sedikit masak anak cowok kayak gini aja nangis”.
Kelihatannya orang tua benar dalam mendidik anak karena menginginkan anak untuk kuat dan tangguh tapi bagaimana kelak saat kita berusia 60 tahun kemudian kita mengeluh: “Aduh asam urat kambuh”.
Apa yang anak katakan, “Yah asam urat aja masak nggak bisa tahan, eh ibu masak sudah tua masih menangis.”
Nah, apakah anak-anak seperti ini bukan menjadi anak yang durhaka? Ia belajar untuk tidak peka terhadap perasaan orang, karena saat ia sakit, orang tuanya tidak memahaminya, orang tuanya tidak mengerti apa yang dia rasakan.
Maka saat orang lain tertimpa musibah, ia akan mengatakan “Ah..cuma gitu doang”, kalau musibah yang dialami agak berat paling cuma bilang “Ooo…”.
Baca Juga: Anak Jatuh dari Tempat Tidur, Ini Pengalaman Mendebarkan Ryana Dea
Bun, Hindari 3 Sikap Keliru Ini saat Anak Jatuh
Nah, sekarang bagaimana Bun solusinya?
Kalau anak jatuh kemudian menangis, langkah pertama adalah jangan banyak mengajak bicara dulu saat anak menangis. Segera bawa anak lalu diobati kemudian ditenangkan.
Setelah ditenangkan, dengarkan bagaimana anak bisa terjatuh lalu beritahu, misalnya: “Nak, kalau lari ada resikonya jatuh, engkau harus lebih berhati-hati. Selamat ya Nak, engkau belajar hal baru.”
Jadi Bun, ubah polanya ya. Tinggalkan pola lama yakni saat anak manjat, tiba-tiba ibu cemas kemudian lari dan berkata: “Nak, awas jatuh”, tiba-tiba brukk jatuh beneran. Bagaimana tidak jatuh, doa ibu diamini malaikat.
Diganti pola baru yakni saat anak manjat, datangi anak, tetap tenang, “Wah barakallah, hebat sudah manjat tinggi, coba sekarang turun dengan hati-hati agar lebih hebat lagi, ibu menunggu di bawah.”
Ayah Bunda, itulah tiga hal keliru yang sering dilakukan para orang tua saat anak terjatuh. Semoga kita semua dapat belajar dari tiga sikap itu ya.[ind]
sumber: Kulwap Tumbuh Yuk. Randy Ariyanto W. dan Dyah Lestyarini. Rumah Pintar Aisha. Oktober 2021.