ChanelMuslim.com – Tagar justice for Audrey viral di twitter, menjadi trending topic dan telah mencapai sekitar 482 ribu twitter. Bermula dari kasus perundungan yang dilakukan oleh 12 siswi SMA kepada seorang siswa SMP di Pontianak. Siswi SMP itu kemudian dikenal sebagai Audrey.
Bermula dari pesan berbalas-balasan via whatsaap antara salah satu siswa SMA berinisial DA dengan kakak Audrey. Persoalan yang mereka ributkan hanya tentang mantan pacar DA yang sekarang dekat dengan kakak Audrey. Selanjutnya untuk membuat kakak Audrey keluar dan menemui DA mereka menjemput Audrey dari rumah neneknya. Kemudian yang terjadi Audrey dirundung sedemikian rupa hingga wajahnya pun dibenturkan ke aspal. Bahkan salah seorang dari 12 siswi SMA itu melukai alat vital Audrey hingga terjadi pembengkakan. Saat ini Audrey sedang menjalani perawatan medis dan terapi psikis di rumah sakit.
Perdebatan pun terjadi ketika Komisi Perlindungan Anak daerah (KPAD) menyatakan bahwa pelaku dan korban sama-sama masih di bawah umur sehingga kasus ini sebaiknya tidak berlanjut ke pengadilan. Netizen pun kecewa dengan pernyataan ini. "Komisi Pengawasan dan Perlindungan Anak Daerah (KPAD) berharap ini berakhir damai demi masa depan para pelaku. Kenapa korban kekerasan seperti ini harus damai?" ujar pembuat petisi, Fachira Anindy, dalam petisi tersebut seperti dikutip dari Change.org.
Lepas dari perdebatan perlu tidaknya kasus ini bergulir hingga kepengadilan, kasus ini membuat para orangtua prihatin dan mawas diri. Kasus yang dialami Audrey bisa terjadi pada siapa pun dan kapan pun. Tentunya kita memberikan empati kepada keluarga Audrey dan mempertanyakan bagaimana orang tua ke 12 siswa itu mendidik mereka.
Sebagai orangtua, kita dapat membantu anak-anak belajar bagaimana menghadapi intimidasi jika itu terjadi. Bagi beberapa orang tua, mungkin tergoda untuk memberi tahu anaknya untuk melawan. Kita mungkin marah karena anak kita menderita dan kita pun disuruh "membela diri sendiri" ketika kecil. Atau kita mungkin khawatir jika anak kita akan terus menderita di tangan si penindas, dan berpikir bahwa melawan adalah satu-satunya cara untuk menghentikan perundungan.
Tetapi penting untuk menasihati anak-anak untuk tidak menanggapi perundungan dengan melawan. Itu dapat dengan cepat meningkat menjadi kekerasan, masalah, dan seseorang terluka. Sebaliknya, yang terbaik adalah menjauh dari situasi, bergaul dengan orang lain, dan memberi tahu orang dewasa.
Berikut adalah beberapa strategi lain untuk dijadikan bahan diskusi dengan anak-anak yang dapat membantu memperbaiki situasi dan membuat mereka merasa lebih baik:
1. Hindari pengganggu dan gunakan sistem pertemanan (buddy system)
Gunakan kamar mandi yang berbeda jika ada pelaku perundungan di dekatnya dan jangan pergi ke loker ketika tidak ada orang di sekitar. Pastikan anak memiliki seseorang yang selalu bersamanya sehingga dia tidak sendirian atau berdua saja dengan si pengganggu. Selalu bersama teman-teman saat di bus, di lorong-lorong, atau saat istirahat – di mana pun si perundung itu berada. Tawarkan untuk melakukan hal yang sama kepada seorang teman.
2. Tahan amarahnya.
Sebenarnya wajar untuk marah pada si pengganggu. Namun itu membuat mereka merasa lebih kuat. Berlatihlah untuk tidak bereaksi dengan menangis atau terlihat merah atau kesal. Dibutuhkan banyak latihan, tetapi ini adalah keterampilan yang berguna untuk menghindari radar para penindas. Terkadang anak-anak merasa berguna untuk mempraktikkan strategi "mendinginkan" seperti menghitung sampai 10, menuliskan kata-kata marah mereka, mengambil napas dalam-dalam, atau berjalan pergi. Kadang-kadang hal terbaik untuk dilakukan adalah mengajar anak-anak untuk memakai “muka datar” sampai mereka terhindar dari bahaya (tersenyum atau tertawa dapat memancing pengganggu).
3. Bertindak berani, berjalan pergi, dan abaikan si penindas.
Ajarkan anak untuk dengan tegas dan jelas mengatakan pada penindas untuk berhenti, lalu pergi. Berlatihlah untuk mengabaikan ucapan menyakitkan, seperti bertingkah tidak tertarik atau mengirim SMS ke seseorang di ponselnya. Dengan mengabaikan penindas, anak menunjukkan bahwa dirinya tidak peduli. Akhirnya, pelaku intimidasi mungkin akan bosan mencoba mengganggunya.
4. Beri tahu orang dewasa
Segera beri tahu orangtua seperti guru, kepala sekolah, orang tua, dan penjaga kantin di sekolah agar semuanya bisa membantu menghentikan intimidasi.
5. Bicarakan tentang perundungan itu
Ajak anak untuk berbicara dengan orangtuanya atau seseorang yang dipercaya, seperti konselor, guru, saudara kandung, atau teman. Mereka mungkin menawarkan beberapa saran yang bermanfaat, dan bahkan jika mereka tidak dapat memperbaiki situasi, mereka bisa membantu anak-anak tidak lagi merasa sendirian.
6. Memulihkan Keyakinan
Berurusan dengan purundungan dapat mengikis kepercayaan anak. Untuk membantu memulihkannya, dorong anak-anak untuk menghabiskan waktu bersama teman-teman yang memiliki pengaruh positif. Partisipasi dalam klub, olahraga, atau kegiatan menyenangkan lainnya membangun kekuatan dan persahabatan.
7. Berikan telinga untuk mendengarkan
Anak-anak juga mengalami masa-masa dan situasi yang sulit. Doronglah anak-anak untuk menceritakannya pada Anda. Biarkan mereka bercerita hingga ke peristiwa detilnya dan dengarkan dengan penuh perhatian. Pastikan mereka tahu Anda percaya pada mereka dan bahwa Anda akan melakukan apa pun untuk mengatasi perundungan yang mereka alami.
[Maya]
Referensi: kidshealth.com